JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, kembali membuat gebrakan dengan melakukan reshuffle besar-besaran di jajaran Perum Bulog. Kebijakan ini menuai ragam respons, terutama dari pakar komunikasi nasional, Effendi Gazali, yang melihat langkah ini sebagai inisiatif yang dapat memperbaiki nasib petani dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Langkah pertama Erick Thohir dalam perubahan ini adalah penunjukan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono sebagai Kepala Dewan Pengawas (Dewas) Perum Bulog, menggantikan Arief Prasetyo Adi. Sebelumnya, Arief telah menjabat sejak 1 Desember 2023. Selain itu, Erick juga menggantikan Wahyu Supardyono dengan Mayor Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama Bulog.
Effendi Gazali memberikan tanggapan terkait perubahan ini, menyebutkan bahwa langkah Erick Thohir berpotensi memberikan efek positif yang signifikan bagi sektor pertanian tanah air. "Perubahan ini menjadi terobosan berarti bagi petani. Bulog di bawah Sudaryono sebagai Dewas, memulai suatu inovasi sekaligus terobosan. Mereka dengan cepat menyerap aspirasi pemangku-kepentingan utamanya petani. Dengan demikian, banyak cara dan upaya yang bisa langsung dirasakan petani," ungkap Effendi.
Kebijakan yang dinilai sebagai langkah strategis ini mencakup penguatan jaringan distribusi serta perbaikan mekanisme pembelian gabah. Pemerintah, melalui Presiden Prabowo, telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Hal ini bertujuan mengatasi masalah harga rendah dan kelebihan pasokan yang selama ini menjadi momok bagi petani.
Program yang diluncurkan tidak hanya menjanjikan serapan gabah yang lebih besar, tetapi juga menawarkan harga yang lebih menguntungkan bagi petani. "Dengan adanya serapan gabah yang meningkat, mereka dapat memperoleh pendapatan yang lebih stabil dan lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tambah Effendi.
Efek dari perubahan kepemimpinan ini diharapkan tidak sebatas pada peningkatan kesejahteraan petani, melainkan juga pada penguatan ketahanan pangan nasional. Stok beras diharapkan lebih terjamin, dengan pasokan yang tetap stabil di pasar, menghindari lonjakan harga yang merugikan konsumen.
Dalam dunia yang semakin terhubung berkat teknologi digital, Effendi menyoroti pentingnya strategi komunikasi yang efektif. "Komunikasi adalah hal yang amat penting di era begitu kuatnya campuran media, khususnya media sosial saat ini. Yang paling utama adalah berusaha konsisten mendengar dan menyerap aspirasi petani," ujar Effendi, menekankan perlunya keterbukaan dan dialog setara antara pemerintah, Bulog, dan petani.
Effendi juga menyampaikan harapannya agar kebijakan yang diambil ini menjadi awal dari peningkatan kesejahteraan sektor pertanian di Indonesia. Dengan komunikasi yang lebih baik dan transparansi dalam setiap pengambilan keputusan, diharapkan petani merasa lebih dihargai dan diberdayakan. "Ini baru angin segar awal. Komunikasi yang tulus dan setara dengan petani harus terus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya."
Penggantian posisi petinggi dalam perusahaan milik negara seperti Bulog memang bukan hal baru. Namun, dengan pendekatan inovatif dari Sudaryono sebagai Kepala Dewas dan Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama, ada harapan baru bagi industri pertanian di Indonesia. Para pemangku kepentingan optimis perubahan ini akan menghasilkan kebijakan yang lebih responsif serta memberikan dampak positif yang nyata di lapangan.
Meski perubahan ini menuai optimisme, tentunya implementasi dari kebijakan baru ini perlu diawasi dengan cermat. Kepala Bulog yang baru diharapkan dapat segera menyesuaikan diri dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk memastikan target ketahanan pangan tercapai. Bulog harus mampu mengelola cadangan pangan negara dengan lebih efisien dan memastikan distribusi logistik pangan dapat berjalan lancar, demi kesejahteraan petani dan stabilitas kebutuhan pangan nasional.
Dengan latar belakang kepemimpinan baru, publik menantikan apakah janji-janji peningkatan kesejahteraan petani dan kekuatan pertanian Indonesia dapat terwujud. Seluruh elemen masyarakat, khususnya para petani, kini menggantungkan harapan besar pada Bulog, agar mampu berperan lebih besar dalam memajukan sektor pertanian dan ekonomi nasional. Perubahan ini diharapkan bisa membuka jalan bagi reformasi dalam industri pangan dan membawa Indonesia menjadi lebih kuat dalam ketahanan pangan.