JAKARTA – Masyarakat dikejutkan dengan unggahan di media sosial yang menceritakan pengalaman seorang perempuan asal Salatiga yang mengalami kesalahan diagnosis medis. Awalnya, perempuan tersebut didiagnosis menderita radang tenggorokan, namun setelah gejala terus memburuk, diagnosis berubah menjadi kanker tenggorokan. Kasus seperti ini menyoroti betapa pentingnya membedakan antara kanker laring dan radang tenggorokan, agar penanganan dapat dilakukan secara tepat dan efektif.
Perbedaan Gejala Kanker Laring dan Radang Tenggorokan
Dr. Andhika Rachman, seorang spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi, memaparkan bahwa kanker laring merupakan kanker yang berkembang di bagian pita suara (laring). Fungsi dari laring ini adalah sebagai penghasil suara dan menjadi jalur udara dari tenggorokan menuju paru-paru. Gejala awal kanker laring sering kali mirip dengan gejala radang tenggorokan, sehingga membingungkan dan berpotensi menyebabkan kesalahan diagnosis.
“Pada stadium awal, kanker laring sering menimbulkan gejala yang mirip dengan radang tenggorokan. Namun, seiring perkembangan penyakit, gejalanya akan menjadi lebih spesifik dan membedakan dari radang tenggorokan biasa,” jelas dr. Andhika.
Berikut adalah perbedaan utama antara gejala radang tenggorokan dan kanker laring:
Gejala Radang Tenggorokan (Laringitis)
- Suara serak: Gejala ini biasanya berlangsung selama beberapa hari.
- Nyeri tenggorokan: Sering kali akan membaik dalam beberapa hari saat diobati dengan antibiotik dan anti-radang.
- Demam: Umum terjadi, terutama jika penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus.
- Benjolan: Jarang terjadi, kecuali jika infeksi menyebar ke kelenjar getah bening.
- Batuk kronis: Bisa terjadi, tetapi tidak selalu.
- Nyeri menelan: Berpotensi terjadi pada infeksi sedang hingga berat.
- Penurunan berat badan dan sesak napas: Jarang dan tidak umum terjadi.
Gejala Kanker Laring
- Suara serak: Berlangsung lebih dari dua minggu tanpa perbaikan.
- Nyeri tenggorokan kronis: Terutama terasa saat menelan dan terus memburuk seiring waktu.
- Demam: Cenderung tidak tinggi, umumnya terjadi pada sore hari atau menjelang malam.
- Benjolan: Sering kali muncul, terutama jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening.
- Kesulitan menelan: Memburuk seiring berjalannya waktu, menjadi gejala yang signifikan.
- Batuk kronis: Dapat menetap dan terkadang disertai darah.
- Penurunan berat badan: Umum terjadi pada pasien.
- Sesak napas dan stridor: Gejala ini dapat muncul pada stadium lanjut akibat penyempitan saluran napas.
Dr. Andhika menekankan pentingnya konsultasi ke dokter spesialis jika suara serak atau gejala lainnya berlanjut lebih dari dua minggu. Perhatian ekstra harus diberikan kepada gejala yang terus memburuk dan tidak merespon pengobatan biasa untuk radang tenggorokan.
Statistik dan Faktor Risiko Kanker Laring
Berdasarkan data global, kasus baru kanker laring diperkirakan mencapai 2,9 per 100.000 orang setiap tahun. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan lazimnya dialami oleh individu berusia di atas 50 tahun. Faktor risiko utama kanker laring adalah kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan. Paparan terhadap zat-zat beracun dan riwayat penyakit refluks gastroesofageal juga dapat meningkatkan risiko kanker laring.
“Penting bagi masyarakat untuk menyadari faktor risiko dan gejala awal kanker laring, sehingga diagnosis dapat dilakukan sedini mungkin dan pengobatan yang tepat dapat dimulai,” tambah dr. Andhika.
Upaya Pencegahan dan Pentingnya Kesadaran
Upaya pencegahan terbaik adalah dengan menghindari faktor risiko seperti merokok dan konsumsi alkohol. Edukasi masyarakat mengenai gejala dan perbedaan antara radang tenggorokan dan kanker laring juga sangat diperlukan. Masyarakat diimbau untuk tidak menyepelekan gejala yang berkepanjangan dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis profesional.
Kesadaran yang tinggi dan langkah proaktif dalam penanganan gejala dapat membantu dalam pencegahan dan pengelolaan kanker laring. Dengan informasi yang tepat dan diagnosis dini, peluang kesembuhan akan meningkat secara signifikan.
Kasus yang viral di media sosial ini mengingatkan kita betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan tenggorokan dan langkah-langkah yang harus diambil bila mengalami gejala yang meragukan. Seiring dengan berkembangnya informasi dan teknologi medis, diharapkan angka kesalahan diagnosis dapat diminimalisir, memberikan kesempatan bagi pasien untuk mendapatkan perawatan yang optimal.