Batu Bara Menang di Tengah Perang Dagang: Harga Naik, Permintaan Asia Melejit

Selasa, 08 April 2025 | 08:50:38 WIB
Batu Bara Menang di Tengah Perang Dagang: Harga Naik, Permintaan Asia Melejit

JAKARTA  – Di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, batu bara justru mencetak kejutan. Komoditas yang sering dikaitkan dengan isu lingkungan ini tampil sebagai pemenang tak terduga, didorong oleh lonjakan permintaan dari negara-negara Asia yang berupaya memangkas biaya energi demi tetap kompetitif di pasar global.

Kenaikan harga batu bara ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan global, di mana kebijakan tarif baru Presiden Trump menambah beban biaya impor barang ke AS. Setidaknya 10% tarif dikenakan pada hampir semua kategori barang yang masuk ke negara tersebut. Di tengah situasi ini, banyak pelaku industri, khususnya di Asia, mencari cara untuk menekan biaya produksi dan batu bara muncul sebagai solusi ekonomis.

“Pedagang batu bara dengan senang hati akan menjadi sukarelawan untuk membantu upaya pemangkasan biaya tersebut dengan memasok produsen listrik dengan volume tambahan batu bara termal,” tulis laporan .

Batu Bara: Energi Termurah di Tengah Badai Tarif

Batu bara tetap menjadi sumber energi paling murah dan dominan di kawasan Asia. Pada tahun 2024, batu bara menyumbang sekitar 56% dari total pasokan listrik regional. Sementara itu, gas alam yang lebih bersih hanya menyumbang sekitar 10%. Namun, dengan tekanan tarif yang besar dari AS, banyak utilitas listrik Asia kini memprioritaskan efisiensi biaya ketimbang transisi energi bersih.

“Untuk dapat menghasilkan listrik seefisien dan semurah mungkin, produsen listrik di Asia kemungkinan harus meningkatkan penggunaan batu bara dan mengurangi penggunaan bahan bakar yang lebih mahal,” sebut laporan tersebut.

Langkah ini memungkinkan banyak produsen barang di Asia untuk tetap mempertahankan sebagian ekspor mereka ke pasar AS, meskipun harus menghadapi tambahan beban tarif. Hal ini menjadi pendorong utama meningkatnya permintaan batu bara secara regional.

Permintaan Impor Melejit di Asia

Tren konsumsi batu bara di Asia juga tercermin dalam data perdagangan global. Perusahaan intelijen perdagangan Kpler mencatat bahwa negara-negara manufaktur utama Asia mengalami lonjakan impor batu bara yang signifikan sepanjang 2024, termasuk:

China: naik 10%

Vietnam: naik 28%

Kamboja: naik 26%

Filipina: naik 5%

Malaysia: naik 3%

Secara keseluruhan, impor batu bara ke negara-negara tersebut mencapai rekor tertinggi, bahkan ketika pengiriman ke wilayah lain di dunia justru mengalami penurunan.

Kondisi ini memberi keuntungan strategis bagi pedagang batu bara. Permintaan yang tinggi, namun terpusat di sejumlah negara aktif, memungkinkan efisiensi dalam rantai pasokan dan optimalisasi pengiriman.

“Kombinasi antara permintaan yang tumbuh pesat di kelompok negara konsumen yang semakin menyempit ini adalah berita baik bagi para pedagang batu bara,” ujar laporan Hellenic Shipping News.

2025: Tahun Keemasan Baru bagi Batu Bara?

Melihat kondisi saat ini, prospek batu bara di tahun 2025 dinilai sangat cerah. Dorongan dari kebijakan tarif global yang menuntut efisiensi biaya, serta kebutuhan Asia untuk menjaga daya saing industrinya, akan menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan permintaan batu bara.

Volume pengiriman batu bara ke pasar utama Asia diperkirakan akan terus meningkat, memberi ruang bagi pertumbuhan margin keuntungan bagi para eksportir dan pedagang. Hal ini terjadi bahkan ketika sektor industri lain kesulitan menavigasi tekanan biaya dan ketidakpastian pasar global.

Meski begitu, lonjakan penggunaan batu bara tidak lepas dari kritik. Banyak pihak khawatir peningkatan konsumsi bahan bakar fosil ini akan berdampak buruk terhadap tingkat emisi karbon regional, sekaligus menghambat kemajuan transisi energi bersih.

Namun bagi banyak negara Asia yang saat ini menghadapi realitas ekonomi keras akibat proteksionisme global, batu bara kembali menjadi pilihan rasional untuk menjaga stabilitas pasokan listrik dan daya saing industri.

Dalam ironi global yang menarik, kebijakan tarif agresif dari Presiden Trump justru membawa berkah bagi industri batu bara Asia. Di saat dunia menaruh harapan pada energi bersih, batu bara bangkit kembali, didorong oleh kebutuhan untuk menekan biaya dan mempertahankan daya saing ekonomi.

Dengan harga yang kembali naik dan lonjakan permintaan dari pasar-pasar utama, tahun 2025 bisa menjadi titik balik penting bagi masa depan komoditas ini—meski dengan risiko besar terhadap lingkungan yang masih harus diatasi.

Terkini