Pemudik Lebaran 2025 Minta Kereta Api Lebih Ramah untuk Penyandang Disabilitas

Selasa, 08 April 2025 | 08:26:23 WIB
Pemudik Lebaran 2025 Minta Kereta Api Lebih Ramah untuk Penyandang Disabilitas

JAKARTA - Mudik Lebaran adalah tradisi yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia, dan salah satu moda transportasi yang paling banyak digunakan adalah kereta api. Seiring dengan tingginya antusiasme pemudik, kereta api menjadi pilihan utama bagi mereka yang hendak pulang kampung. Namun, meskipun kereta api terbukti efisien dan cukup diminati, masih ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan, terutama dalam hal fasilitas bagi penyandang disabilitas. Menurut sejumlah pemudik, terutama mereka yang menggunakan kursi roda, fasilitas kereta api selama musim mudik perlu diperbaiki agar lebih ramah terhadap penyandang disabilitas.

Berdasarkan data yang dirilis oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 1 Jakarta, tercatat bahwa jumlah penumpang kereta api untuk arus mudik Lebaran 2025 mengalami lonjakan signifikan. Pada hari Sabtu, 29 Maret 2025, jumlah penumpang yang berangkat dari wilayah Jakarta mencapai angka 27.934 orang, dengan okupansi kereta api mencapai 103 persen. "Pada hari ini, penumpang yang berangkat tercatat sebanyak 27.934 dengan okupansi sebesar 103 persen," ujar Ixfan Hendriwintoko, Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 1 Jakarta.

Ixfan juga menjelaskan bahwa pada hari yang sama, dari Stasiun Pasar Senen, tercatat ada 42 perjalanan kereta api yang melayani 27.156 penumpang, sementara dari Stasiun Gambir terdapat 21.762 penumpang dengan okupansi mencapai 102 persen. Secara keseluruhan, pada tanggal tersebut, PT KAI Daop 1 mencatatkan total 49.696 penumpang dengan 87 perjalanan dan okupansi mencapai 103 persen.

Meskipun angka ini mencerminkan tingginya minat masyarakat terhadap kereta api sebagai moda transportasi selama musim mudik, tantangan utama masih ada pada aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, terutama pada fasilitas toilet dan akses naik turun kereta. Seorang pengguna kursi roda, Putri Windi Aulia (29), yang berasal dari Tangerang Selatan, mengungkapkan keprihatinannya mengenai fasilitas kereta api yang kurang ramah bagi penyandang disabilitas, terutama fasilitas toilet. Putri yang menggunakan Kereta Api Sawunggalih pada Sabtu, 29 Maret 2025, untuk mudik dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Kutoarjo, Jawa Tengah, berharap ada perbaikan pada fasilitas tersebut.

“Toilet paling penting. Kami pengguna kursi roda kalau naik kereta api itu enggak pernah ke toilet, karena susah dan agak ribet,” ujar Putri yang mengungkapkan bahwa meskipun fasilitas kereta api untuk penyandang disabilitas sudah ada, namun penerapannya sering kali tidak optimal.

Penerapan fasilitas kereta api ramah disabilitas memang sudah dimulai sejak 2001, dan semakin diperluas sejak 2012 dengan peluncuran kereta ekonomi AC yang dilengkapi dengan toilet difabel. Kereta api Menoreh, Majapahit, Krakatau, dan beberapa kereta ekonomi lainnya mulai dilengkapi dengan fasilitas toilet yang lebih besar, sehingga bisa digunakan oleh pengguna kursi roda. Pada tahun 2014, salah satu kereta yang dilengkapi fasilitas serupa adalah kereta api Jayabaya, dan lebih lanjut pada 2016 dan 2017, kereta ekonomi New Image serta kereta premium juga mulai memperkenalkan fasilitas ramah disabilitas.

Namun, meskipun ada kereta difabel, penggunaannya masih terbatas. Sebagai contoh, kereta api Wijayakusuma yang menggunakan kereta difabel di kelas ekonomi premium-nya, juga memiliki kekurangan dalam penerapan fasilitas tersebut. Selain itu, fasilitas toilet di kereta api wisata terbaru dari KAI, kereta Panoramic, meskipun lebih luas dan dapat diakses oleh kursi roda, juga belum dirancang khusus sebagai toilet difabel.

Staf Kajian Aksesibilitas Direktorat Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan, Muhammad Subhan, menyatakan bahwa meskipun kereta api cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) kini sudah dilengkapi dengan fasilitas toilet disabilitas, namun spesifikasi teknis untuk toilet disabilitas di kereta api secara umum masih belum ada standar yang jelas. “Untuk kriteria toilet disabilitas di kereta belum ada spesifikasi teknisnya, yang baru ada toilet khusus disabilitas di Indonesia adalah kereta cepat,” ujar Muhammad Subhan.

Selain fasilitas toilet, Putri Windi Aulia juga menyoroti tantangan lainnya yang dihadapi penyandang disabilitas saat menggunakan kereta api, yaitu akses ke peron yang kadang terlalu tinggi, sehingga membutuhkan bantuan fisik untuk mengangkat kursi roda. "Kadang ada kereta yang mau naik ke peronnya itu susah banget, terlalu tinggi, harus gotong-gotong. Jadi pas kursi roda mau masuk kadang enggak muat," keluh Putri. Oleh karena itu, ia berharap ada perbaikan dalam hal aksesibilitas, terutama untuk pengguna kursi roda agar dapat lebih mudah dan mandiri saat menggunakan kereta api.

Menanggapi masalah ini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah berusaha menyediakan fasilitas bagi penyandang disabilitas, seperti menyediakan area untuk meletakkan kursi roda yang dilipat di kursi bagian ujung kereta. Namun, hal ini dianggap kurang optimal karena tidak semua pengguna kursi roda dapat turun dari kursi roda mereka untuk duduk di kursi penumpang. “Penumpang pengguna kursi roda membutuhkan akses yang mudah untuk masuk, lalu area kosong tempat kursi roda sehingga penumpang tidak perlu turun dari kursi roda, dan tetap berada di kursi roda pada saat berada di dalam kereta,” tambah Putri.

Penyandang disabilitas berharap pemerintah dan PT KAI dapat terus memperbaiki fasilitas transportasi kereta api agar lebih ramah bagi semua kalangan, termasuk mereka yang membutuhkan aksesibilitas khusus. Upaya untuk meningkatkan layanan ini, terutama pada musim mudik Lebaran yang semakin padat, diharapkan dapat menjamin kenyamanan dan kemudahan bagi semua penumpang, tanpa terkecuali penyandang disabilitas. Seiring dengan berjalannya waktu, para pengguna kereta api berharap agar fasilitas dan aksesibilitas ini semakin membaik, sejalan dengan peningkatan kualitas layanan transportasi publik di Indonesia.

Terkini