JAKARTA - Jalur penyeberangan tradisional di Desa Jimbung, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menjadi akses vital yang masih diandalkan masyarakat sebagai penghubung ke Desa Mojorejo, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Meski di kawasan tersebut telah dibangun Jembatan TBB (Terusan Bojonegoro-Blora) yang berada di Dusun Menden, Kecamatan Kradenan, namun jalur penyeberangan sungai tetap menjadi pilihan utama warga sekitar.
Penyeberangan yang menggunakan perahu sederhana ini melintas di aliran Sungai Bengawan Solo, salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa. Keberadaan jalur tersebut memiliki peran strategis dalam mendukung aktivitas harian warga kedua desa, baik untuk urusan ekonomi, pendidikan, maupun sosial.
Untuk mengantisipasi potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di sepanjang aliran Bengawan Solo, Babinsa Koramil 08/Kedungtuban, Kodim 0721/Blora, intensif melakukan patroli wilayah. Salah satunya dengan menyambangi langsung titik penyeberangan tradisional di Desa Jimbung.
Patroli wilayah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya deteksi dini dan pembinaan wilayah. Hal ini bertujuan agar aktivitas penyeberangan tetap berjalan dengan aman dan terkendali, terutama menghadapi cuaca yang tidak menentu di pertengahan tahun ini.
Babinsa Koramil 08/Kedungtuban, Serka Tarmuji, mengatakan bahwa penyeberangan tradisional ini menjadi akses alternatif vital bagi warga setempat. Meskipun telah tersedia jalur darat melalui Jembatan TBB, banyak warga masih lebih memilih jalur penyeberangan karena dianggap lebih cepat dan hemat biaya.
"Penyeberangan tradisional ini masih menjadi pilihan utama warga sekitar, khususnya untuk aktivitas harian. Karena itu, pengawasan dan pembinaan sangat penting," ujar Serka Tarmuji saat ditemui di lokasi penyeberangan.
Serka Tarmuji menyebutkan bahwa dalam patroli yang dilakukan, dirinya tidak hanya melakukan pengawasan terhadap kondisi sungai dan penyeberangan, tetapi juga menyampaikan imbauan langsung kepada para operator perahu.
Menurutnya, keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap aktivitas penyeberangan. Oleh karena itu, ia mengingatkan agar operator perahu selalu memperhatikan kondisi cuaca, tidak memaksakan jumlah penumpang melebihi kapasitas perahu, serta memastikan seluruh peralatan dalam kondisi layak pakai.
"Kami ingatkan agar senantiasa waspada, memperhatikan kondisi cuaca, serta tidak memaksakan jumlah penumpang melebihi kapasitas," tegasnya.
Serka Tarmuji juga menambahkan, jika kondisi cuaca memburuk atau hujan deras turun dan debit air Bengawan Solo meningkat, maka operasional penyeberangan harus ditunda sementara waktu demi keselamatan bersama.
"Kami harap masyarakat dan pengelola penyeberangan dapat bekerja sama untuk menghindari risiko kecelakaan, terutama saat kondisi sungai tidak bersahabat," lanjutnya.
Langkah preventif ini diambil mengingat pengalaman sebelumnya, di mana saat musim penghujan, arus sungai Bengawan Solo bisa menjadi sangat deras dan membahayakan keselamatan pengguna jasa penyeberangan.
Di sisi lain, para operator perahu menyambut baik langkah Babinsa Koramil 08/Kedungtuban yang rutin menyambangi mereka untuk memberikan pengarahan dan pengawasan. Salah satunya adalah Antok, salah satu operator perahu di penyeberangan tradisional Jimbung.
Antok mengaku senang karena adanya pendampingan dari TNI membuat mereka merasa lebih aman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
"Kami senang dan tenang saat menyeberangkan warga, ada bapak tentara yang ikut mengawasi," ucap Antok.
Menurut Antok, meski banyak warga mulai memanfaatkan jembatan darat, penyeberangan tradisional tetap menjadi pilihan favorit, khususnya bagi mereka yang memiliki aktivitas harian antar-desa dengan kebutuhan mendesak. Dengan perahu, perjalanan bisa ditempuh lebih singkat dibanding harus memutar melalui jalur darat yang memerlukan waktu lebih lama dan ongkos lebih mahal.
Antok juga menyampaikan bahwa para operator berupaya mematuhi semua imbauan yang disampaikan aparat, mulai dari jumlah muatan hingga ketelitian melihat kondisi cuaca.
"Kami selalu waspada, Mas. Kalau cuaca mendung tebal atau air sungai mulai naik, kami pasti berhenti. Kami juga tidak mau ambil risiko," tambah Antok.
Keberadaan penyeberangan tradisional ini memang memiliki nilai strategis bagi warga dua wilayah, khususnya dalam mendukung roda perekonomian masyarakat. Banyak warga yang berprofesi sebagai petani, pedagang kecil, hingga pekerja harian yang memanfaatkan jalur ini untuk mobilitas mereka.
Namun demikian, pemerintah dan aparat setempat terus berupaya mengingatkan masyarakat agar selalu berhati-hati. Dengan kondisi Bengawan Solo yang dikenal memiliki debit air fluktuatif, keselamatan menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.
Deteksi Dini Potensi Bencana
Selain pengawasan terhadap aktivitas penyeberangan, patroli yang dilakukan Babinsa juga bertujuan untuk mendeteksi dini potensi bencana alam di wilayah sekitar. Kedungtuban dan beberapa kawasan di Blora dikenal sebagai daerah rawan banjir ketika musim hujan tiba. Oleh karena itu, Babinsa juga rutin menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait perkembangan cuaca.
Serka Tarmuji mengatakan bahwa patroli ini akan terus dilakukan secara berkala, terutama di musim pancaroba seperti saat ini, di mana cuaca sering tidak menentu.
"Kami selalu berkoordinasi dengan pihak terkait, baik perangkat desa, BPBD, maupun aparat kepolisian, agar bisa bersama-sama memberikan informasi dan imbauan kepada masyarakat," ungkapnya.
Dengan adanya sinergi antara aparat TNI, pemerintah desa, dan masyarakat, diharapkan aktivitas penyeberangan tradisional di Desa Jimbung bisa tetap berjalan aman, lancar, dan terhindar dari potensi risiko kecelakaan maupun bencana alam.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk lebih memperhatikan penggunaan fasilitas penyeberangan resmi agar setiap perjalanan yang dilakukan tidak membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
Komitmen Babinsa Dalam Pengamanan Wilayah
Kegiatan yang dilakukan Babinsa Koramil 08/Kedungtuban merupakan salah satu bentuk nyata dari tugas pembinaan teritorial TNI di wilayah binaan. Babinsa memiliki peran penting dalam membantu menjaga stabilitas keamanan wilayah, termasuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keselamatan dalam berkegiatan sehari-hari.
"Kami tidak hanya bertugas dalam hal pertahanan negara, tetapi juga mendampingi masyarakat agar merasa aman dan nyaman dalam menjalankan aktivitasnya," tutup Serka Tarmuji.
Dengan adanya dukungan dari aparat TNI, masyarakat berharap fasilitas penyeberangan tradisional yang menjadi urat nadi mobilitas ini dapat terus beroperasi dengan aman dan nyaman, tanpa harus mengorbankan keselamatan.