Pasar Properti Bali Terus Naik, BI Ingatkan Tantangan

Jumat, 22 Agustus 2025 | 11:22:16 WIB
Pasar Properti Bali Terus Naik, BI Ingatkan Tantangan

JAKARTA - Pasar properti di Bali kembali menunjukkan dinamika yang menarik pada pertengahan tahun 2025. Harga rumah baru dari pengembang, atau rumah primer, terus merangkak naik mengikuti tren nasional, menandai pertumbuhan yang stabil meski sejumlah tantangan masih membayangi.

Bank Indonesia (BI) melalui Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mencatat Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Bali pada triwulan II 2025 naik 0,67 persen secara year on year, dari 104,27 menjadi 104,97. Kenaikan ini tercatat merata di semua tipe rumah, mulai dari rumah kecil, menengah, hingga besar. Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menegaskan, “Tren kenaikan harga properti tetap terjaga hingga triwulan II 2025.”

Data BI memperlihatkan, rumah tipe kecil dengan luas bangunan ?36 m² mengalami kenaikan harga 1,85 persen. Rumah tipe menengah (36–70 m²) naik 0,39 persen, sedangkan rumah tipe besar (>70 m²) naik 0,31 persen. Faktor utama yang mendorong kenaikan ini adalah meningkatnya harga bahan bangunan dan biaya tenaga kerja. “Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga rumah,” ujar Erwin.

Meski harga rumah terus meningkat, pola penjualan tiap tipe rumah relatif stabil. Pada triwulan I 2025, rumah kecil menyumbang 25 persen penjualan, rumah menengah 54 persen, dan rumah besar 21 persen. Namun, meskipun minat beli tetap ada, beberapa hambatan masih menjadi kendala, mulai dari suku bunga KPR yang tinggi, keterbatasan lahan, hingga tingginya uang muka serta harga bahan bangunan.

Dalam hal pembiayaan pembangunan, mayoritas pengembang di Bali masih mengandalkan dana internal, sekitar 56 persen. Sisanya berasal dari pinjaman bank (38 persen) dan kontribusi dana pembeli (6 persen). “Porsi pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali masih sama dengan triwulan sebelumnya,” jelas Erwin.

Sementara itu, dari sisi konsumen, sebagian besar masyarakat memilih membeli rumah dengan skema KPR, mencapai 62 persen dari total penjualan rumah primer. Pilihan lain berupa cash bertahap dipilih 35 persen pembeli, sedangkan cash keras hanya 3 persen. KPR sendiri memungkinkan masyarakat membeli rumah dengan cicilan dalam jangka waktu tertentu, menjadikannya opsi utama di tengah kenaikan harga properti.

Tren kenaikan ini menunjukkan bahwa Bali masih menjadi magnet bagi pasar properti, terutama bagi mereka yang ingin memiliki hunian di pulau dengan potensi investasi tinggi. Lingkungan yang asri, aksesibilitas yang semakin baik, serta perkembangan infrastruktur turut mendukung permintaan yang stabil.

Namun, BI mengingatkan para pihak terkait untuk tetap mencermati faktor-faktor penghambat, agar pertumbuhan pasar properti bisa berlangsung sehat dan berkelanjutan. Kenaikan harga bahan bangunan, biaya tenaga kerja, serta suku bunga yang relatif tinggi menjadi perhatian utama agar tidak mengurangi daya beli masyarakat.

Dengan pertumbuhan IHPR yang positif, pasar properti di Bali diproyeksikan tetap menarik bagi pengembang maupun calon pembeli, meskipun sejumlah tantangan masih harus diantisipasi. Tren ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara harga properti yang wajar, pembiayaan yang memadai, dan ketersediaan lahan untuk memastikan sektor properti Bali terus berkembang secara berkelanjutan.

Terkini

KUR BTN 2025: Pinjaman Mudah untuk UMKM

Jumat, 22 Agustus 2025 | 12:56:02 WIB

OJK Ingatkan, Laporkan Scam Secepatnya

Jumat, 22 Agustus 2025 | 13:04:32 WIB

Cek Jadwal Kapal Pelni Manokwari ke Biak Bulan Agustus

Jumat, 22 Agustus 2025 | 13:14:15 WIB

PLN Electric RUN 2025: Segera Daftar Mulai 25 Agustus

Jumat, 22 Agustus 2025 | 13:25:49 WIB