Transisi Energi Tersendat, Penggunaan Energi Fosil di ASEAN Diprediksi Meningkat

Transisi Energi Tersendat, Penggunaan Energi Fosil di ASEAN Diprediksi Meningkat
Transisi Energi Tersendat, Penggunaan Energi Fosil di ASEAN Diprediksi Meningkat

JAKARTA  - Kawasan Asia Tenggara menghadapi tantangan besar dalam mencapai target transisi energi bersih, seiring dengan peringatan dari Institute for Essential Services Reform (IESR) bahwa penggunaan energi fosil di wilayah ini diprediksi akan meningkat. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, dalam sebuah seminar virtual yang berlangsung baru-baru ini.

Menurut Fabby, saat ini porsi energi terbarukan di ASEAN hanya mencapai 15,6 persen, jauh di bawah target yang telah ditetapkan yaitu 23 persen pada tahun 2025. "Kita berada pada posisi yang mengkhawatirkan. Mengingat kawasan Asia Tenggara memiliki potensi energi bersih lebih dari 17 terawatt, namun hanya berhasil menerima dua persen dari total investasi energi terbarukan global, ini adalah peringatan bagi kita semua," ujar Fabby menekankan urgensi permasalahan ini.

Potensi Energi Bersih yang Belum Dimanfaatkan

ASEAN dianggap sebagai salah satu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Namun, ketergantungan yang berkelanjutan pada bahan bakar fosil dapat menimbulkan risiko besar terhadap keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di wilayah ini. Dengan lebih dari 17 terawatt potensi energi bersih yang belum dimanfaatkan, ASEAN memiliki peluang besar untuk berkembang dalam sektor energi terbarukan. Potensi ini mencakup tenaga surya, angin, hidro, dan biomassa yang tersebar di seluruh wilayah.

Pemanfaatan energi terbarukan secara optimal dapat mengurangi ketergantungan ASEAN pada bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas. Namun, realisasi potensi ini membutuhkan investasi yang signifikan serta kebijakan yang mendukung transisi energi. “Tanpa intervensi besar dan kebijakan yang tepat, bahan bakar fosil diperkirakan akan memasok hingga 75 persen kebutuhan energi ASEAN di masa depan," Fabby menjelaskan.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Peningkatan penggunaan bahan bakar fosil akan berdampak serius tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi kawasan. Peningkatan emisi karbon sebagai hasil dari penggunaan fosil secara masif dapat memperburuk perubahan iklim, yang pada akhirnya mempengaruhi sektor-sektor penting seperti pertanian, kesehatan, dan infrastruktur.

"Dampaknya bukan hanya pada peningkatan emisi karbon, tetapi juga semakin rentannya ekonomi kawasan. Kita harus mengatasi hal ini dengan cepat dan terkoordinasi," tambah Fabby, menggarisbawahi pentingnya tindakan segera untuk mengurangi emisi karbon melalui transisi yang berkelanjutan.

Tantangan Investasi dan Kebijakan

Investasi yang rendah di sektor energi terbarukan di Asia Tenggara dibandingkan dengan wilayah lain di dunia menjadi salah satu kendala utama. Paket kebijakan yang mendukung dan insentif untuk investor di bidang energi terbarukan dapat menjadi solusi untuk menarik lebih banyak investasi, meningkatkan teknologi energi bersih, dan mendorong perkembangan infrastruktur yang diperlukan.

Meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya transisi energi juga merupakan aspek kunci yang perlu diutamakan. Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat dibutuhkan untuk mempercepat transisi energi ini. "ASEAN harus meningkatkan daya tarik investasi dan memberlakukan kebijakan yang berpihak pada energi terbarukan. Ini memerlukan komitmen dari semua pihak," saran Fabby.

Melangkah Menuju Masa Depan yang Lebih Bersih

Dengan tantangan dan potensi besar yang dimiliki, ASEAN berada di persimpangan penting dalam menentukan arah kebijakan energinya. Menyelaraskan kebijakan dengan target energi terbarukan dan memperkuat kerangka investasi akan menjadi langkah strategis menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Langkah ke depan yang dapat diambil termasuk diversifikasi sumber energi, peningkatan efisiensi energi, dan pengembangan teknologi baru di sektor energi terbarukan. Mengatasi hambatan regulasi dan birokrasi yang sering menghambat investasi juga merupakan langkah penting.

"Dengan kolaborasi yang tepat dan tindakan yang cepat, ASEAN memiliki kesempatan untuk menjadi pelopor dalam transisi energi bersih di dunia," tegas Fabby, optimis dengan potensi perubahan yang dapat dicapai.

Meraih target 23 persen energi terbarukan tidak hanya akan meningkatkan ketahanan energi di ASEAN, tetapi juga memberi contoh global tentang keberhasilan transisi energi yang berkelanjutan. Meningkatkan komitmen terhadap energi bersih akan mengarah pada lingkungan yang lebih sehat dan ekonomi yang lebih kuat, mengamankan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.

Aldi

Aldi

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pertamina Resmi Turunkan Harga BBM Non Subsidi Awal Juni 2025, Ini Rincian Harga Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex

Pertamina Resmi Turunkan Harga BBM Non Subsidi Awal Juni 2025, Ini Rincian Harga Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex

Jelang Iduladha 2025, Pemkab Jepara Siapkan 114.000 Tabung Gas Elpiji untuk Pastikan Kebutuhan Masyarakat Terpenuhi

Jelang Iduladha 2025, Pemkab Jepara Siapkan 114.000 Tabung Gas Elpiji untuk Pastikan Kebutuhan Masyarakat Terpenuhi

Warga Kampung Menra di Sinjai Akhirnya Nikmati Listrik Setelah Puluhan Tahun Gelap Gulita

Warga Kampung Menra di Sinjai Akhirnya Nikmati Listrik Setelah Puluhan Tahun Gelap Gulita

Produk Lokal NTT Kini Lebih Mudah Tembus Pasar Nasional Berkat Akses Logistik yang Kian Membaik

Produk Lokal NTT Kini Lebih Mudah Tembus Pasar Nasional Berkat Akses Logistik yang Kian Membaik

Pengembang Perumahan di Banjarmasin Sambut Positif Kebijakan Pengurangan Luas Rumah Subsidi

Pengembang Perumahan di Banjarmasin Sambut Positif Kebijakan Pengurangan Luas Rumah Subsidi