Dolar AS Perkasa, Harga Minyak Dunia Terus Terkoreksi Akibat Spekulasi OPEC+

Dolar AS Perkasa, Harga Minyak Dunia Terus Terkoreksi Akibat Spekulasi OPEC+
Dolar AS Perkasa, Harga Minyak Dunia Terus Terkoreksi Akibat Spekulasi OPEC+

JAKARTA — Harga minyak mentah dunia kembali berada di bawah tekanan, tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya spekulasi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan menambah produksi dalam waktu dekat.

Pada perdagangan Jumat pagi waktu Indonesia bagian barat, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli tercatat turun sebesar USD 0,37 menjadi USD 64,07 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga melemah sebesar USD 0,39 ke level USD 60,81 per barel. Sepanjang pekan ini, Brent mengalami penurunan sekitar 2%, dan WTI menyusut sekitar 2,7%.

Penguatan Dolar AS Tekan Harga Minyak

Baca Juga

Pilihan Rumah Murah Mulai Rp 100 Juta di Kabupaten Pahuwato, Peluang Emas Miliki Hunian Terjangkau

Faktor utama yang menekan harga minyak global saat ini adalah penguatan dolar AS. Dolar yang lebih kuat secara historis cenderung menurunkan permintaan minyak karena komoditas ini dihargai dalam dolar, sehingga menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

Penguatan dolar dipicu oleh disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak dan belanja baru oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS, yang menambah keyakinan investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Hal ini secara langsung memperkuat nilai tukar dolar terhadap mata uang utama lainnya, dan memicu penyesuaian harga komoditas di pasar global.

OPEC+ Diperkirakan Naikkan Produksi Minyak

Di sisi lain, pasar juga tertekan oleh kabar bahwa OPEC+—kelompok produsen minyak yang terdiri dari anggota OPEC dan sekutunya seperti Rusia—sedang mempertimbangkan untuk menaikkan produksi mereka. Kenaikan yang dipertimbangkan mencapai 411.000 barel per hari mulai Juli, meskipun belum ada keputusan final yang diumumkan secara resmi.

Langkah ini diprediksi sebagai respons terhadap ketidakpastian permintaan global dan untuk menstabilkan pasar energi yang dinilai mulai menunjukkan potensi oversupply. Penambahan produksi ini juga menjadi strategi untuk menjaga pangsa pasar OPEC+ di tengah tekanan geopolitik dan meningkatnya produksi dari negara-negara non-OPEC seperti Amerika Serikat.

Investor Cermati Indikator Tambahan

Situasi pasar saat ini membuat investor semakin hati-hati. Mereka kini menantikan data mingguan mengenai jumlah rig pengeboran aktif di Amerika Serikat yang akan dirilis oleh Baker Hughes. Data ini sering dijadikan indikator aktivitas dan kapasitas produksi minyak di masa mendatang.

Jika terjadi peningkatan jumlah rig aktif, pasar dapat menilai adanya potensi tambahan pasokan dari AS, yang akan semakin memperkuat tekanan terhadap harga minyak global.

Proyeksi Harga Minyak Tahun Ini dan Tahun Depan

Berdasarkan proyeksi yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA), harga minyak mentah Brent diperkirakan akan berada pada rata-rata USD 74 per barel untuk tahun 2025, turun dari rata-rata USD 81 per barel pada tahun sebelumnya. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh peningkatan produksi global yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan permintaan energi.

Dalam laporan terpisah, analis dari J.P. Morgan memperkirakan harga rata-rata minyak Brent akan berada di angka USD 73 per barel pada 2025. Sementara itu, minyak mentah WTI diproyeksikan rata-rata berada pada kisaran USD 64 per barel. Lembaga tersebut juga menilai adanya surplus pasokan sebesar 1,3 juta barel per hari yang kemungkinan besar akan bertahan hingga beberapa kuartal ke depan, dengan permintaan yang masih tergolong lemah akibat ketidakpastian ekonomi global.

Tantangan Keseimbangan Pasar

Kombinasi antara penguatan dolar AS dan potensi peningkatan produksi dari OPEC+ telah menciptakan tekanan ganda terhadap harga minyak dunia. Pasar energi global saat ini berada dalam kondisi yang sangat sensitif terhadap kebijakan dan dinamika geopolitik. Pelaku pasar diimbau untuk terus memantau pergerakan harga dan respons kebijakan dari negara-negara produsen utama.

“Ketidakpastian arah kebijakan OPEC+ serta perkembangan ekonomi global yang belum stabil menjadi dua faktor utama yang akan terus membayangi harga minyak dalam waktu dekat,” ujar salah satu analis pasar energi. Ia juga menambahkan bahwa para pelaku pasar harus bersiap menghadapi volatilitas harga yang cukup tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Penyesuaian Strategi Energi Global

Sementara itu, sejumlah negara konsumen utama energi seperti Tiongkok dan India mulai mempercepat program transisi energi mereka untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak. Kebijakan ini juga berdampak pada penurunan proyeksi permintaan jangka panjang di pasar global.

Meski demikian, analis tetap memperkirakan bahwa harga minyak akan berada pada kisaran stabil di atas USD 60 per barel hingga akhir tahun 2025, dengan catatan tidak terjadi eskalasi geopolitik yang signifikan ataupun gangguan besar dalam distribusi energi global.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PGN Dapat Tambahan Pasokan Gas dari Natuna, Wujud Nyata Arahan Presiden Prabowo untuk Ketahanan Energi Nasional

PGN Dapat Tambahan Pasokan Gas dari Natuna, Wujud Nyata Arahan Presiden Prabowo untuk Ketahanan Energi Nasional

Pemerintah Tunjuk Huayou Gantikan LG, Proyek Baterai Listrik Senilai Rp165 Triliun Siap Dijalankan

Pemerintah Tunjuk Huayou Gantikan LG, Proyek Baterai Listrik Senilai Rp165 Triliun Siap Dijalankan

Indonesia Siapkan Rp 81,6 Miliar Per Megawatt untuk Kembangkan Energi Panas Bumi

Indonesia Siapkan Rp 81,6 Miliar Per Megawatt untuk Kembangkan Energi Panas Bumi

Industri Nikel Indonesia Siapkan Standardisasi Global untuk Perkuat Hilirisasi Mineral

Industri Nikel Indonesia Siapkan Standardisasi Global untuk Perkuat Hilirisasi Mineral

Pelni dan Pelindo Kolaborasi Bangun Ekosistem Logistik Berkelanjutan, Dorong Efisiensi Distribusi Nasional

Pelni dan Pelindo Kolaborasi Bangun Ekosistem Logistik Berkelanjutan, Dorong Efisiensi Distribusi Nasional