BMKG Supadio Pontianak Peringatkan Potensi Hujan Lebat dan Karhutla di Kalimantan Barat
- Kamis, 05 Juni 2025

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di wilayah Kalimantan Barat. Selain memantau potensi hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang, BMKG juga mendeteksi sedikitnya 15 titik panas (hotspot) yang mengindikasikan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah provinsi tersebut.
Menurut informasi resmi yang disampaikan oleh Koordinator Data dan Informasi BMKG Supadio Pontianak, Sutikno, kondisi cuaca di Kalimantan Barat saat ini sedang berada dalam fase transisi dan rawan terhadap dua ancaman cuaca ekstrem secara bersamaan—yakni hujan intensitas tinggi serta kemungkinan karhutla akibat cuaca panas dan kering di beberapa lokasi.
“Sebagian wilayah Kalimantan Barat memang mengalami hujan selama 24 jam terakhir dengan intensitas bervariasi, dari ringan hingga sangat lebat,” kata Sutikno.
Baca JugaRekomendasi Tablet RAM 8GB: Pilihan Terbaik untuk Kinerja Maksimal dan Multitasking Lancar
Ia menyebut bahwa curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi pada 5 hingga 6 Juni serta 9 Juni 2025, khususnya pada siang hingga sore hari. Dalam periode tersebut, masyarakat diimbau waspada terhadap cuaca ekstrem yang bisa disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat.
“Dampak dari hujan lebat dapat berupa genangan air, banjir, hingga tanah longsor, terutama di wilayah dengan kontur tanah yang labil,” tambahnya.
Potensi Banjir dan Longsor Akibat Cuaca Ekstrem
Wilayah Kalimantan Barat yang memiliki karakteristik topografi bervariasi dinilai cukup rentan terhadap bencana banjir dan longsor, khususnya di area dataran rendah dan lereng perbukitan. BMKG mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap kemungkinan munculnya bencana hidrometeorologi.
Sutikno menjelaskan bahwa intensifikasi hujan pada periode peringatan dini kali ini bisa dipicu oleh beberapa faktor atmosferik, seperti penguatan angin monsun Asia, gelombang Rossby ekuatorial, dan gangguan atmosfer lain yang meningkatkan konveksi lokal.
“Fenomena dinamika atmosfer seperti ini kerap kali memicu hujan lebat mendadak. Maka penting bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan informasi prakiraan cuaca resmi dari BMKG,” tegasnya.
15 Hotspot Terpantau, Karhutla Mengancam
Selain hujan lebat, BMKG juga mencatat adanya 15 titik panas (hotspot) di beberapa wilayah Kalbar yang terdeteksi berdasarkan pemantauan citra satelit. Hal ini menunjukkan potensi awal munculnya karhutla yang dapat mengancam kelestarian hutan dan mengganggu kualitas udara di sekitarnya.
Berdasarkan prakiraan BMKG, potensi karhutla bisa meningkat dalam periode 5 hingga 11 Juni 2025, terutama di daerah-daerah yang tidak menerima curah hujan secara merata.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan, terutama di musim kering atau saat kondisi atmosfer mendukung penyebaran api secara cepat,” ujar Sutikno.
Kualitas Udara Masih Aman, Tapi Tetap Harus Diwaspadai
Berdasarkan data BMKG per tanggal 4 Juni 2025, indeks rata-rata kualitas udara partikulat halus PM2.5 di Kalimantan Barat masih berada dalam kategori baik hingga sedang. Namun, seiring munculnya titik panas dan potensi karhutla, masyarakat tetap diimbau untuk memantau perkembangan kualitas udara, terutama jika terjadi kabut asap yang dapat mengganggu kesehatan pernapasan.
BMKG juga mengingatkan masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penderita penyakit pernapasan, agar mengurangi aktivitas luar ruangan jika kualitas udara memburuk akibat polutan dari kebakaran lahan.
Imbauan Mitigasi: Peran Aktif Masyarakat Sangat Penting
Sebagai langkah mitigasi, BMKG menganjurkan agar masyarakat terus memperbarui informasi cuaca dan iklim melalui kanal resmi BMKG, seperti aplikasi mobile, media sosial, dan situs resmi. Informasi yang diperoleh secara real time akan membantu masyarakat dalam mengambil keputusan cepat dan tepat, khususnya untuk aktivitas harian dan kegiatan pertanian.
“Informasi dari BMKG bisa diakses secara gratis dan cepat. Kami sangat berharap masyarakat menjadi lebih proaktif memantau kondisi cuaca di wilayahnya masing-masing,” pungkas Sutikno.
BMKG juga mendorong pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk terus memperkuat sistem deteksi dini dan respons cepat terhadap bencana iklim, seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan. Kerja sama lintas sektor menjadi kunci dalam menanggulangi dampak cuaca ekstrem di Kalimantan Barat yang secara geografis memang rentan terhadap bencana lingkungan.
Tren Cuaca dan Perubahan Iklim
Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini juga dikaitkan dengan tren perubahan iklim global. Kondisi ini membuat pola cuaca semakin tidak menentu, dan memunculkan tantangan baru bagi sistem peringatan dini cuaca yang dimiliki oleh negara tropis seperti Indonesia.
BMKG terus meningkatkan kapasitas monitoring dan prediksi iklim, termasuk pemanfaatan teknologi satelit dan radar cuaca untuk memperkuat sistem observasi atmosfer dan permukaan bumi.
Kolaborasi dan Kewaspadaan Hadapi Cuaca Ekstrem
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu dan potensi karhutla yang terus mengintai, masyarakat Kalimantan Barat diminta tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Baik dalam menghadapi hujan lebat maupun kebakaran lahan, kolaborasi antara warga, pemerintah, dan institusi seperti BMKG dan BPBD sangat krusial.
BMKG Supadio Pontianak menegaskan komitmennya untuk terus memberikan informasi akurat dan terkini demi keselamatan masyarakat.
“Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan menghindari aktivitas yang bisa memicu bencana. Mari kita jaga Kalimantan Barat dari ancaman banjir dan karhutla,” tutup Sutikno.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.