Bisnis Mobil Bekas Tetap Melaju di Tengah Tekanan, Permintaan Stabil Sepanjang Semester I 2025
- Senin, 16 Juni 2025

JAKARTA — Di tengah berbagai tantangan ekonomi dan fluktuasi daya beli masyarakat, sektor bisnis mobil bekas di Indonesia menunjukkan ketahanan yang cukup kuat. Meski pasar otomotif secara umum menghadapi tekanan akibat pelemahan daya beli, segmen mobil bekas justru tetap menunjukkan performa positif.
Hingga pertengahan tahun 2025, permintaan terhadap mobil bekas masih stabil, didukung oleh kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi yang efisien dan terjangkau. Para pelaku usaha mobil bekas mengaku optimistis terhadap prospek pasar di semester kedua tahun ini.
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), melalui anak usahanya PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) yang mengelola bisnis lelang mobil bekas JBA Indonesia, mencatatkan tren bisnis yang tetap solid.
Baca JugaPinjaman KUR BCA 2025 Tanpa Jaminan Hingga Rp100 Juta untuk UMKM
Direktur Utama ASLC, Jany Candra, mengungkapkan bahwa permintaan mobil bekas di pasar lelang tetap stabil sepanjang paruh pertama tahun ini. Menurutnya, faktor kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi tetap menjadi penopang utama penjualan.
"Kami melihat bahwa secara umum permintaan mobil bekas masih stabil. Meskipun ada tekanan daya beli, kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan tetap ada, terutama yang mencari kendaraan dengan harga lebih terjangkau," ujar Jany.
Bisnis Tetap Lancar Meski Tantangan Daya Beli
Jany menegaskan bahwa bisnis lelang mobil bekas yang dijalankan oleh JBA tetap berjalan dengan baik. Permintaan dari konsumen yang mencari kendaraan dengan harga kompetitif menjadi alasan utama mengapa bisnis mobil bekas tetap menunjukkan tren positif, meskipun pasar otomotif secara umum mengalami kontraksi.
Hingga akhir kuartal II 2025, JBA Indonesia mencatatkan volume lelang yang masih sesuai ekspektasi perusahaan. Selain pembelian secara perorangan, kontribusi besar juga datang dari pelaku bisnis showroom mobil bekas yang mengandalkan platform lelang untuk mendapatkan stok kendaraan berkualitas.
"Kami tetap optimistis terhadap kinerja bisnis hingga akhir tahun. Volume lelang kami sesuai target, dan kami melihat tren permintaan akan terus berlanjut karena harga mobil baru yang relatif tinggi," tambah Jany.
Harga Mobil Baru yang Tinggi Jadi Peluang Pasar
Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan pasar mobil bekas adalah tingginya harga mobil baru. Dalam situasi daya beli masyarakat yang cenderung melemah, harga mobil baru yang semakin mahal mendorong konsumen untuk beralih mencari mobil bekas sebagai alternatif yang lebih ekonomis.
Kondisi ini secara tidak langsung menjadi peluang bagi pelaku bisnis mobil bekas untuk mendulang keuntungan, terutama melalui skema lelang yang menawarkan harga lebih bersaing.
Tren ini juga didukung oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi untuk aktivitas harian, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan penyangga Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Fokus Perusahaan: Perluasan Layanan Digital
Untuk memperluas jangkauan bisnisnya, ASLC juga terus memperkuat layanan digital melalui platform lelang online. Digitalisasi bisnis menjadi strategi utama perusahaan dalam menjangkau lebih banyak konsumen, termasuk dari daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Dengan inovasi digital tersebut, proses lelang mobil bekas kini dapat dilakukan secara online tanpa harus datang langsung ke lokasi lelang, sehingga meningkatkan kenyamanan bagi konsumen dan memperluas akses pasar.
"Kami juga berupaya terus meningkatkan layanan digital agar masyarakat di berbagai wilayah Indonesia dapat mengakses layanan lelang mobil bekas secara lebih mudah. Ini menjadi salah satu strategi kami dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen," jelas Jany.
Tantangan: Pasar Sensitif Harga dan Selektif
Meski bisnis tetap menunjukkan tren positif, Jany mengakui bahwa pasar mobil bekas kini semakin sensitif terhadap harga. Konsumen cenderung lebih selektif dalam memilih kendaraan, sehingga pelaku usaha dituntut untuk dapat menyediakan kendaraan dengan kondisi yang baik dan harga kompetitif.
Selain itu, tantangan lainnya adalah fluktuasi harga kendaraan dan persaingan antarpenjual, baik di pasar lelang maupun showroom konvensional. Oleh karena itu, kualitas kendaraan menjadi faktor kunci agar penjualan tetap lancar.
"Memang saat ini konsumen lebih selektif. Mereka mencari mobil dengan kondisi prima dan harga terbaik. Maka dari itu kami pastikan kendaraan yang kami lelang memiliki standar kualitas yang ketat," tutur Jany.
Prospek Semester II 2025: Tetap Optimistis
Melihat tren yang ada, ASLC tetap optimistis terhadap prospek bisnis mobil bekas hingga akhir tahun. Perusahaan menargetkan peningkatan volume lelang seiring dengan masih tingginya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah terkait insentif pajak kendaraan dan suku bunga pembiayaan mobil juga menjadi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan pasar. Jika kondisi ekonomi membaik dan daya beli masyarakat kembali pulih, bisnis mobil bekas diperkirakan akan tumbuh lebih agresif.
"Kami optimis pasar akan tetap bergerak positif, apalagi kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi tetap ada. Dengan dukungan digitalisasi dan jaringan lelang kami, kami yakin target bisnis bisa tercapai," pungkas Jany.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.