
JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah gencar mendorong diversifikasi pasar ekspor batu bara menyusul menurunnya permintaan dari dua pasar utama, yakni China dan India. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekspor batu bara Indonesia di tengah dinamika global, terutama melimpahnya pasokan domestik di kedua negara tersebut.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Surya Herjuna, mengatakan bahwa penurunan permintaan batu bara dari China dan India disebabkan oleh pasokan domestik yang memadai di kedua negara tersebut, ditambah kondisi musim hujan yang mengurangi aktivitas pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. "Dari sisi pemerintah, kami melihat momentum masih bisa dijaga dengan cara mendorong diversifikasi pasar ke negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh atau negara-negara Eropa Selatan," ujar Surya.
Menurut Surya, penurunan ekspor ke dua negara terbesar tujuan batu bara Indonesia memang berdampak signifikan, khususnya bagi produsen batu bara kalori rendah yang selama ini sangat bergantung pada pasar China dan India. Meski demikian, ia menegaskan bahwa situasi tersebut tidak serta merta membuat produsen merugi. "Tapi tidak langsung membuat rugi apabila perusahaan cepat beradaptasi," jelasnya.
Baca JugaMegaproyek Flyover Sitinjau Lauik Segera Dibangun, Solusi Jalur Ekstrem Sumatera Barat
Untuk menyikapi tantangan tersebut, Kementerian ESDM juga terus melakukan evaluasi terhadap target produksi nasional agar lebih seimbang dengan permintaan global. Selain itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong percepatan hilirisasi batu bara guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Dari sisi industri, sejumlah analis komoditas menilai bahwa perusahaan tambang batu bara nasional dipastikan akan merasakan imbas dari penurunan permintaan tersebut. Tiga perusahaan besar yang diproyeksikan terdampak signifikan antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, mengungkapkan bahwa ketiga perusahaan tersebut memiliki eksposur ekspor yang besar ke China dan India. "PTBA 47% ekspor dengan pasar utama India sebesar 6,4 juta ton (+32% yoy) pada 2024. ADRO pasar ekspor didominasi ke China sekitar 33%, India sekitar 15%. ITMG pasar ekspor dominasi ke China dan India," kata Audi.
Audi juga menyoroti bahwa tren penurunan permintaan dari China dan India diproyeksikan akan semakin dalam, terutama setelah China berencana memangkas impor batu bara kalori rendah dari Indonesia akibat kelebihan pasokan di dalam negerinya. "Hal tersebut menjadi sentimen negatif terhadap ekspor batu bara Indonesia, khususnya yang memiliki kalori 3.800—5.500 kcal/kg GAR," tambah Audi.
Kondisi ini turut berdampak pada harga batu bara global. Dengan kelebihan pasokan yang terjadi di China dan India, Audi memperkirakan harga batu bara dunia akan cenderung stagnan hingga mengalami tekanan. "Kami memperkirakan harga batu bara akan bergerak dalam rentang US$100—US$120 per ton pada tahun ini," ungkapnya.
Sebagai gambaran, pada Jumat, 13 Juni 2025, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di angka US$105,25 per ton. Harga ini naik tipis sebesar 0,62% dibandingkan hari sebelumnya. Meski demikian, secara mingguan kenaikannya hanya sekitar 0,38%.
Secara keseluruhan, tren harga batu bara sepanjang tahun ini masih menunjukkan kecenderungan negatif. Sejak awal tahun (year-to-date), harga batu bara telah merosot hampir 16%, dan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, harga batu bara sudah turun lebih dari 22%.
Tekanan ini juga tercermin dari kinerja ekspor batu bara Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara Indonesia sepanjang Januari hingga April 2025 mencapai US$8,17 miliar. Angka ini mengalami kontraksi sebesar 19,74% secara tahunan (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara dari sisi volume, ekspor batu bara Indonesia hingga April 2025 tercatat sebesar 122,76 juta ton, turun sekitar 5,79% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 130,3 juta ton.
Pemerintah optimistis bahwa upaya diversifikasi pasar serta hilirisasi batu bara di dalam negeri dapat menjadi solusi jangka menengah dan panjang untuk menjaga daya saing batu bara Indonesia di pasar global. "Kami akan terus berupaya agar ekspor batu bara tetap terjaga sambil mendorong hilirisasi untuk memperkuat ekonomi nasional," pungkas Surya Herjuna.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.