
JAKARTA — Para orang tua diimbau lebih cermat dalam memilih camilan untuk anak, khususnya dalam memperhatikan kadar gula tambahan yang terkandung dalam makanan tersebut. Imbauan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Melia Yunita, Sp.A, dalam acara temu media di Jakarta. Menurutnya, kebiasaan memberikan camilan tinggi gula dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius pada anak.
"Kalau kita mau memberi camilan, itu berarti yang dibicarakan camilan kemasan ya. Kalau itu ada label MPASI, itu oke saja karena akan berbeda sekali dengan camilan kita," kata dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Ia menegaskan bahwa anak-anak, khususnya yang berusia di bawah dua tahun, tidak dianjurkan mengonsumsi makanan dengan tambahan gula. Asupan gula tambahan yang diberikan kepada anak bisa menjadi pemicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari obesitas hingga gangguan kognitif.
Baca JugaGame Eksklusif PS5: Menyelami Dunia Permainan yang Hanya Bisa Dinikmati di Konsol PlayStation 5
"Anak di bawah usia dua tahun tidak boleh ada konsumsi gula tambahan," tegasnya.
Camilan dengan Label MPASI Lebih Aman
Dokter Melia menjelaskan bahwa camilan dalam kemasan yang sudah berlabel sebagai Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) cenderung lebih aman dikonsumsi oleh anak-anak. Pasalnya, produk-produk tersebut memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan memiliki batasan kandungan gula dan natrium.
"Selama masih ada label untuk MPASI, itu berarti memang didesain untuk mereka. Jadi dia (produsen) akan sangat membatasi gula di situ, gula dan natrium ya," tambahnya.
Sebagai dokter spesialis anak yang juga praktik di Eka Hospital Cibubur, dr. Melia menyarankan agar orang tua membiasakan diri membaca label kandungan gizi pada kemasan makanan sebelum diberikan kepada anak. Hal itu untuk memastikan camilan yang dikonsumsi benar-benar sesuai kebutuhan nutrisi anak.
Bahaya Gula Berlebih: Ketagihan hingga Risiko Penyakit Serius
Mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi tidak hanya berisiko membuat anak ketagihan camilan manis, tetapi juga meningkatkan kadar gula darah. Akibatnya, anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit, seperti obesitas, diabetes, hingga gangguan kesehatan jantung di kemudian hari.
Tak hanya itu, kebiasaan mengonsumsi makanan manis juga dapat mengganggu kesehatan saluran cerna anak. Jika pencernaan anak terganggu, penyerapan nutrisi menjadi tidak optimal sehingga berdampak buruk pada tumbuh kembang mereka.
"Kalau saluran cerna anak tidak sehat karena mengonsumsi makanan tinggi gula, maka imunitas anak bisa menurun," ungkap dr. Melia.
Menurutnya, masalah pada saluran cerna juga bisa membuat anak menjadi lebih rewel karena tubuhnya tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga perkembangan fungsi kognitif anak.
"Jadi, jaga kesehatan saluran cerna, termasuk tadi, hindari konsumsi gula yang berlebihan. Itu yang menjadi highlight saya untuk anak-anak zaman sekarang ini," ujar dr. Melia menegaskan.
Peran Orang Tua dalam Membentuk Pola Makan Anak
Dalam kesempatan yang sama, dr. Melia menyoroti pentingnya peran orang tua dalam membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini. Orang tua diharapkan menjadi contoh dalam menerapkan pola makan sehat agar anak terbiasa dengan makanan bernutrisi dan tidak bergantung pada rasa manis.
Ia juga mengingatkan bahwa makanan manis bukan satu-satunya cara untuk membuat anak senang. Sebaliknya, makanan bernutrisi dengan rasa alami justru lebih baik untuk perkembangan mereka.
"Jangan biasakan anak sejak dini mengonsumsi camilan yang tidak memberikan manfaat nutrisi," tambahnya.
Salah satu cara untuk menghindari anak mengonsumsi camilan rendah nutrisi, menurut dr. Melia, adalah dengan memberikan asupan protein hewani yang cukup. Protein hewani dapat membantu anak kenyang lebih lama dan menurunkan keinginan mengonsumsi makanan manis berlebihan.
Dampak Konsumsi Gula Berlebih terhadap Kesehatan Anak
Beberapa risiko kesehatan akibat konsumsi gula tambahan berlebihan yang perlu diwaspadai orang tua antara lain:
Obesitas – Asupan gula berlebih dapat menyebabkan penumpukan lemak di tubuh anak yang berujung pada obesitas.
Diabetes Tipe 2 – Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko anak mengalami diabetes tipe 2.
Gangguan Jantung – Pola makan tinggi gula sejak dini bisa memicu gangguan kesehatan jantung di kemudian hari.
Gangguan Pencernaan – Saluran cerna anak yang terlalu sering menerima makanan manis bisa mengalami gangguan sehingga nutrisi sulit diserap.
Masalah Kognitif – Kurangnya penyerapan nutrisi akibat gangguan cerna juga bisa berdampak pada kemampuan belajar dan konsentrasi anak.
Edukasi Nutrisi Sejak Dini
Untuk mengantisipasi berbagai risiko tersebut, edukasi gizi sejak dini sangat diperlukan. Orang tua perlu memahami bahwa membentuk pola makan sehat tidak hanya dilakukan dengan melarang anak makan camilan, tetapi juga dengan memberikan alternatif camilan sehat yang sesuai kebutuhan pertumbuhan anak.
Dengan demikian, anak tetap mendapatkan pengalaman makan yang menyenangkan tanpa harus mengorbankan kesehatannya di masa depan.
Kampanye Edukasi Gizi Anak
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga terus menggaungkan pentingnya edukasi gizi keluarga sebagai bagian dari upaya menurunkan angka obesitas anak dan mencegah penyakit tidak menular sejak dini. Salah satunya melalui program edukasi kepada ibu-ibu muda tentang pentingnya membaca label kemasan makanan dan memahami kandungan gizinya.
Sejalan dengan itu, dr. Melia berharap para orang tua semakin sadar akan bahaya tersembunyi dari camilan tinggi gula.
"Kalau kita sudah tahu bahayanya, pasti kita akan lebih berhati-hati dalam memberikan makanan ke anak," tutupnya.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Manfaat Mouse Ergonomis untuk Kerja: Investasi Kesehatan dan Produktivitas Anda
- Jumat, 20 Juni 2025