
JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan lebat yang akan melanda beberapa wilayah Indonesia selama sepekan ke depan, terhitung sejak 20 hingga 26 Juni 2025. Dalam Prospek Cuaca Mingguan yang dirilis Direktorat Meteorologi Publik BMKG pada Kamis, 19 Juni 2025, dua wilayah utama yang diprediksi terdampak paling signifikan adalah Sulawesi Tengah dan Papua Selatan, yang saat ini berstatus Siaga.
Peringatan dini ini merupakan bagian dari langkah antisipasi terhadap kemungkinan cuaca ekstrem yang dapat berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, terutama di kawasan rawan terdampak.
“Sulawesi Tengah dan Papua Selatan masuk dalam kategori Siaga untuk periode 20 hingga 26 Juni 2025 karena adanya peningkatan potensi hujan lebat yang dipicu oleh gangguan atmosfer aktif di wilayah Indonesia,” jelas BMKG dalam keterangan resminya.
Baca JugaCara Cek Status Penerima BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025, Ini Syarat dan Langkahnya
Daerah Lain Juga Berpotensi Terdampak
Selain dua wilayah tersebut, sejumlah provinsi lain juga turut mendapat peringatan dini cuaca dari BMKG untuk periode yang sama, di antaranya:
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Maluku
Papua Tengah
Wilayah-wilayah tersebut diperkirakan akan mengalami hujan lebat pada periode 20-22 Juni 2025. Sementara itu, Papua Pegunungan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hujan lebat pada periode 23-26 Juni 2025.
Peringatan dini ini dikeluarkan berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer dan laut, yang menunjukkan adanya potensi peningkatan curah hujan akibat pengaruh beberapa fenomena global dan regional.
Pengaruh MJO, Gelombang Rossby, dan Kelvin
BMKG mengungkapkan, peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), sebuah fenomena cuaca global berupa gangguan atmosfer di sekitar khatulistiwa yang dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan. Selain itu, Gelombang Rossby Equatorial dan Gelombang Kelvin yang masih aktif melintasi wilayah Indonesia turut memperkuat potensi curah hujan tinggi dalam beberapa hari ke depan.
“Aktivitas MJO, Gelombang Rossby, dan Kelvin secara spasial masih berpropagasi di sebagian besar wilayah Indonesia. Ketiganya berperan besar dalam memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah,” jelas BMKG.
Meski Indonesia secara klimatologis sedang memasuki puncak musim kemarau, namun pengaruh gangguan atmosfer tersebut memicu anomali cuaca, di mana sejumlah daerah justru masih berpotensi mengalami hujan lebat.
Intrusi Udara Kering Menambah Labil Atmosfer
Selain faktor gangguan atmosfer, BMKG juga mencatat adanya intrusi udara kering yang bergerak dari wilayah selatan Indonesia. Intrusi ini mendorong terjadinya pertemuan udara kering dengan udara lembap, yang menyebabkan atmosfer menjadi labil, sehingga memicu pertumbuhan awan-awan konvektif penghasil hujan.
“Wilayah yang berada di sisi depan dari batas intrusi udara kering tersebut menjadi lebih labil, sehingga mendukung pertumbuhan awan hujan yang intensif,” lanjut BMKG dalam keterangannya.
Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Dengan adanya potensi hujan lebat tersebut, masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
“BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi prakiraan cuaca terkini dan peringatan dini yang kami keluarkan secara berkala,” tegas BMKG.
Sebelumnya, BMKG juga mencatat bahwa sejumlah wilayah di Indonesia mengalami curah hujan sangat lebat pada sepekan terakhir. Data BMKG menunjukkan hujan dengan intensitas sangat lebat tercatat di Bandara Minangkabau (Sumatera Barat), Bogor (Jawa Barat), dan Melawi (Kalimantan Barat).
Dengan pola cuaca yang masih fluktuatif ini, pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait diharapkan dapat menyiapkan langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi akibat potensi cuaca ekstrem.
Imbauan BMKG kepada Masyarakat
Untuk mengantisipasi dampak buruk akibat hujan lebat tersebut, BMKG memberikan beberapa imbauan penting kepada masyarakat:
Waspada terhadap kemungkinan banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah, bantaran sungai, dan lereng perbukitan.
Menghindari aktivitas di luar ruangan apabila tidak mendesak, khususnya saat cuaca mendung tebal atau hujan mulai turun.
Memastikan kondisi saluran drainase atau saluran air di lingkungan sekitar bersih dan tidak tersumbat untuk mengurangi risiko genangan air.
Mematuhi arahan dari pemerintah daerah dan aparat setempat apabila terdapat peringatan evakuasi atau langkah darurat lainnya.
BMKG juga meminta masyarakat untuk selalu mengikuti pembaruan informasi cuaca resmi melalui kanal resmi BMKG, baik melalui situs web, aplikasi mobile, maupun media sosial.
Pantau Perkembangan Cuaca Secara Berkala
Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa perubahan iklim dan dinamika atmosfer dapat memicu kondisi cuaca yang tidak menentu. Oleh sebab itu, BMKG terus mengintensifkan pemantauan cuaca serta melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.
“Perubahan pola curah hujan ini merupakan dampak dari gangguan atmosfer global dan regional yang sifatnya sementara. Namun masyarakat tetap harus waspada terhadap potensi dampak yang bisa ditimbulkannya,” ujar BMKG.
Dengan informasi prakiraan cuaca mingguan ini, diharapkan masyarakat di wilayah terdampak dapat lebih siap dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi hingga akhir Juni 2025.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.