Atlas Resources Targetkan Produksi Batu Bara 5,33 Juta Ton Tahun 2025

Atlas Resources Targetkan Produksi Batu Bara 5,33 Juta Ton Tahun 2025
Atlas Resources Targetkan Produksi Batu Bara 5,33 Juta Ton Tahun 2025

JAKARTA  – PT Atlas Resources Tbk (ARII) menetapkan target produksi batu bara sebesar 5,33 juta ton pada tahun 2025, mengalami penurunan dibandingkan realisasi produksi pada 2024 yang mencapai 6,36 juta ton. Penurunan ini disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan yang telah mendapat persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Target produksi tersebut akan diwujudkan melalui dua anak usaha utama ARII, yakni PT Gorby Putra Utama (GPU) dan PT Gorby Energy (GE), yang beroperasi di wilayah strategis Sumatera Selatan. "Produksi GPU ditargetkan mencapai 3,6 juta ton dan GE sebesar 1,73 juta ton tahun ini. Seluruhnya mengacu pada RKAB Minerba yang sudah kami terima," ungkap Direktur ARII, Joko Kus Sulistyoko, dalam paparan publik yang digelar di Jakarta, Senin, 23 Juni 2025,

Fokus pada Efisiensi Operasional

Baca Juga

Tarif Pasang Listrik Pascabayar PLN Berdasarkan Daya Resmi Berlaku

Di tengah tekanan penurunan harga batu bara global, Atlas Resources melakukan berbagai langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional. Salah satunya adalah penggantian armada dump truck (DT) berkapasitas 30 ton menjadi 40 ton. "Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas angkut batu bara sekaligus menurunkan biaya logistik per ton," jelas Joko.

Selain itu, Atlas Resources juga mengoptimalkan penggunaan pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mereka miliki, guna mengurangi ketergantungan pada bahan bakar solar yang harganya jauh lebih mahal. “Penggunaan PLTU ini menjadi salah satu kunci efisiensi dalam operasional tambang kami,” tambahnya.

Tantangan yang Dihadapi

Joko Kus Sulistyoko menyebutkan sejumlah tantangan yang tengah dihadapi industri batu bara, termasuk cuaca yang tidak menentu, kenaikan harga minyak dunia, serta regulasi kewajiban pemakaian bahan bakar solar jenis B40 yang berdampak pada biaya produksi.

“Kami harus menghadapi tantangan dari berbagai sisi, mulai dari kondisi cuaca yang kadang tak bersahabat, hingga kebijakan penggunaan solar B40 yang membuat biaya operasional meningkat,” ujarnya.

Dukungan Infrastruktur dan Logistik

Untuk mendukung target produksi dan efisiensi distribusi batu bara, Atlas Resources juga mengoptimalkan infrastruktur hauling melalui PT Musi Mitra Jaya dengan kapasitas angkut sebesar 12,5 juta ton. Selain itu, pengapalan batu bara akan menggunakan fasilitas pelabuhan PT Sriwijaya Bara Logistic yang memiliki kapasitas hingga 15 juta ton.

“Kami fokus untuk efisiensi operasional dan optimalisasi infrastruktur, terutama di saat harga batu bara mengalami tekanan seperti saat ini,” tegas Joko.

Strategi di Tengah Pasar yang Berubah

Penurunan target produksi tidak berarti perusahaan berhenti berkembang. Atlas Resources berupaya menyesuaikan diri dengan dinamika pasar batu bara global yang saat ini sedang mengalami fluktuasi harga. Dengan menjaga efisiensi dan fokus pada pengelolaan biaya, perusahaan berharap dapat mempertahankan daya saing sekaligus memberikan nilai tambah kepada pemegang saham.

Atlas Resources juga tengah merancang strategi ekspor yang menyasar pasar-pasar utama seperti China dan India, di mana permintaan batu bara masih cukup besar. Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk tetap stabil dan tumbuh meskipun menghadapi berbagai tekanan eksternal.

Proyeksi dan Harapan 2025

Meski target produksi tahun 2025 lebih rendah, Atlas Resources tetap optimistis dapat mencapai target tersebut dengan dukungan teknologi, perbaikan proses operasional, dan pengelolaan sumber daya yang baik. Peningkatan kapasitas angkut dan penurunan biaya logistik diharapkan menjadi faktor penentu keberhasilan.

“Produksi yang lebih efisien dan terencana akan membantu kami bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif ini,” kata Joko Kus Sulistyoko.

Target produksi batu bara PT Atlas Resources Tbk tahun 2025 sebesar 5,33 juta ton menandai penyesuaian strategi perusahaan terhadap kondisi pasar yang dinamis. Fokus utama perusahaan adalah meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan infrastruktur untuk menekan biaya, sambil tetap menjaga kualitas dan kuantitas produksi. Meskipun ada tantangan dari cuaca dan kenaikan biaya bahan bakar, Atlas Resources optimistis bahwa langkah-langkah strategis yang diambil akan menjaga keberlanjutan bisnis dan meningkatkan daya saing di pasar domestik maupun internasional.

Sindi

Sindi

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Toyota Indonesia Perkuat SDM Logistik untuk Efisiensi Rantai Pasok

Toyota Indonesia Perkuat SDM Logistik untuk Efisiensi Rantai Pasok

Harga Minyak Dunia Naik, Pemerintah Hadapi Dilema

Harga Minyak Dunia Naik, Pemerintah Hadapi Dilema

Harga BBM Non Subsidi di Indonesia Turun Lagi, Pertalite Tetap Rp10.000 per Liter

Harga BBM Non Subsidi di Indonesia Turun Lagi, Pertalite Tetap Rp10.000 per Liter

Praktisi Migas Usulkan Impor LNG Tidak Dimonopoli PGN, Industri Lain Harus Dilibatkan

Praktisi Migas Usulkan Impor LNG Tidak Dimonopoli PGN, Industri Lain Harus Dilibatkan

Produksi Batu Bara China Terhenti, Harga Dunia Fluktuatif

Produksi Batu Bara China Terhenti, Harga Dunia Fluktuatif