
JAKARTA - Malam Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah di Desa Cibiru Hilir, Kabupaten Bandung, Kamis malam, dirayakan dengan cara yang unik dan penuh makna. Tradisi sepak bola api menjadi sorotan utama dalam perayaan yang berlangsung di lapangan terbuka desa tersebut. Ratusan warga, terutama para remaja, berkumpul menyaksikan atraksi penuh risiko sekaligus sarat simbolisme ini, yang mengobarkan semangat kebersamaan dan refleksi spiritual di malam pergantian tahun baru Islam.
Malam yang Memanas: Sorak Sorai dan Percikan Api
Suasana malam itu begitu hidup, tidak seperti malam biasanya yang sunyi dan tenang. Sorak sorai penonton dan dentuman sepak bola yang dilapisi bara api menciptakan atmosfer berbeda. Api menyala terang dari bola kelapa kering yang telah disulut, menjadi pusat perhatian dan adu keterampilan para peserta.
Setiap tim yang berlaga terdiri dari empat orang, saling beradu mengoper dan menendang bola api di atas lapangan kecil yang sempit. Aksi mereka penuh keberanian dan kontrol, meski menghadapi risiko terbakar, dan itulah yang membuat tradisi ini sangat menarik sekaligus menegangkan.
Baca JugaTips Efektif Relaksasi Pasca Olahraga untuk Pemulihan Tubuh Optimal
Sejarah dan Makna Tradisi Sepak Bola Api
Menurut Abil Saidy Abdillah (20), salah satu pemuda Desa Cibiru Hilir yang turut mengorganisasi acara, tradisi ini sudah berjalan sejak tahun 2010. Meski sempat terhenti selama pandemi Covid-19, antusiasme warga kini kembali bangkit.
“Ini kegiatan satu Muharram, sebenarnya tanggal 27 Juni, tapi kami majukan jadi 26,” kata Abil di lokasi.
Abil juga menjelaskan bahwa sepak bola api bukan sekadar permainan ekstrem atau hiburan semata, melainkan memiliki makna spiritual yang dalam.
“Bola ini panas. Itu mengingatkan kita akan panasnya api neraka. Kita harus introspeksi diri di awal tahun ini,” jelasnya.
Simbolisme bola api yang panas di kaki para pemain ini diharapkan dapat menyadarkan warga, khususnya generasi muda, untuk merenungkan kehidupan dan memperbaiki diri di awal tahun Hijriah.
Perayaan Tahun Ini: Penyesuaian dan Antusiasme
Tahun ini, pertandingan sepak bola api berlangsung sekitar 30 menit, lebih singkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena lapangan yang biasa digunakan sedang dalam tahap renovasi sehingga ukuran lapangan diperkecil.
Meski terkesan berbahaya, tradisi ini tetap diminati dan mendapat dukungan penuh dari warga, termasuk orang tua. Abil bahkan mengakui awalnya sempat khawatir terhadap reaksi orang tua peserta.
“Saya paling takut sama orang tua karena anaknya main. Tapi ternyata tidak. Ini cuma setahun sekali,” ujarnya.
Sikap orang tua yang mendukung menunjukkan bahwa tradisi ini telah diterima sebagai bagian penting dari budaya lokal dan ritual tahunan yang mendidik sekaligus menghibur.
Pengalaman Peserta: Dari Rasa Takut Menjadi Kebanggaan
Harry (17), salah satu pemain sepak bola api, mengaku sudah terbiasa mengikuti tradisi ini sejak kecil. Dia bercerita bahwa sensasi panas saat bermain bukanlah hal yang menakutkan lagi.
“Seru banget. Panasnya cuma di kaki. Kalau masuk ke sarung baru ke badan. Tapi ini lebih seru dari main game online,” ujarnya sambil tertawa.
Komentar Harry memperlihatkan bagaimana tradisi ini berhasil membangun rasa percaya diri dan kekompakan di kalangan remaja, serta menjadi alternatif positif dalam mengisi waktu luang yang bisa membentuk karakter dan mental.
Rangkaian Acara Lain di Malam Tahun Baru Islam
Sepak bola api bukan satu-satunya acara yang memeriahkan malam 1 Muharram di Cibiru Hilir. Rangkaian kegiatan lainnya termasuk pawai obor yang semarak, atraksi bambu gila yang memukau penonton, serta pemutaran film animasi bertema sejarah Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan-kegiatan ini secara kolektif menciptakan suasana perayaan yang tidak hanya meriah tapi juga sarat nilai edukasi dan religius, membangun rasa kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Tradisi yang Perlu Dilestarikan
Sepak bola api di Desa Cibiru Hilir bukan hanya hiburan rakyat, tetapi juga cerminan tradisi lokal yang penuh makna dan menjadi warisan budaya yang unik. Melestarikan tradisi ini penting untuk menjaga identitas dan nilai-nilai kearifan lokal yang membentuk karakter masyarakat setempat.
Abil menegaskan komitmen warga dalam menjaga tradisi ini tetap hidup.
“Kami berharap tradisi ini terus berjalan dan diteruskan oleh generasi berikutnya,” tuturnya.
Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah di Desa Cibiru Hilir menjadi contoh sempurna bagaimana tradisi lokal dapat dipadukan dengan nilai spiritual dan hiburan yang mengundang kebersamaan. Sepak bola api, sebagai puncak acara, bukan hanya mempertontonkan keberanian dan skill para pemain, tetapi juga mengajak warga untuk merenung dan introspeksi diri.
Dalam hiruk-pikuk bola api yang berterbangan, tersimpan pesan mendalam tentang kehidupan, pengendalian diri, dan semangat membangun komunitas yang harmonis. Tradisi ini tidak hanya layak diapresiasi, tetapi juga dijaga keberlangsungannya agar terus menjadi warisan budaya yang hidup dan berkembang.

Zahra
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Blue Bird Perkuat Transportasi dengan Transformasi Digital di Era Disrupsi
- Jumat, 27 Juni 2025
Berita Lainnya
Sekda Jateng Buka Kejuaraan Olahraga Tenis Meja UAH Internasional 2025
- Jumat, 27 Juni 2025