
JAKARTA - Kontribusi Kalimantan terhadap ketahanan energi nasional kembali ditegaskan dalam paparan terbaru Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dalam gelaran Roadshow Edisi Kalimantan yang digelar Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI/ICMA) di Samarinda, terungkap bahwa Kalimantan menjadi tumpuan utama produksi batu bara nasional dengan sumbangan mencapai lebih dari 80 persen.
Menurut data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM tahun 2024, produksi batu bara nasional mencapai 836,1 juta ton. Dari jumlah itu, Kalimantan menyumbang 687 juta ton atau sekitar 82 persen. Angka ini menempatkan Kalimantan sebagai episentrum sektor energi nasional, baik dari sisi volume produksi maupun peran strategisnya dalam bauran energi nasional.
“Sektor pertambangan batu bara menjadi pilar penting mendukung ketahanan energi nasional, dengan Kalimantan sebagai kontributor utama produksi batu bara nasional,” ujar Sekretaris Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Siti Sumilah Rita Susilawati, dalam sambutannya.
Baca Juga
Kalimantan Timur Penyumbang Terbesar
Dalam rincian yang disampaikan, Kalimantan Timur mencatatkan diri sebagai provinsi dengan produksi batu bara tertinggi, yakni mencapai 368 juta ton. Disusul Kalimantan Selatan sebanyak 237 juta ton, Kalimantan Tengah 39 juta ton, Kalimantan Utara 28 juta ton, dan Kalimantan Barat 15 juta ton.
Dominasi Kalimantan dalam sektor pertambangan juga ditopang oleh kenyataan bahwa mayoritas pembangkit listrik di Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara. Sekitar 50-60 persen pembangkit nasional menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Dari jumlah tersebut, 70 persen pasokan energi berasal dari Kalimantan.
“Sebanyak 70 persen sumber energi dari batu bara di Indonesia dipasok dari Pulau Kalimantan. Sehingga pengelola mesti bersyukur dan bisa memanfaatkan secara ramah lingkungan serta bertanggung jawab,” kata Siti menambahkan.
Kontribusi Ekonomi Luar Biasa
Peran Kalimantan tidak hanya berdampak pada ketahanan energi, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Sektor mineral dan batu bara menyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 140,460 triliun pada tahun 2024. Angka ini setara dengan 123,75 persen dari target yang ditetapkan, atau sekitar 52 persen dari total PNBP sektor ESDM.
Capaian produksi pada 2024 juga melampaui target. Produksi batu bara Indonesia kala itu mencapai 836,1 juta ton, atau sekitar 117,76 persen dari target yang dipatok. Untuk tahun 2025, Kementerian ESDM telah menetapkan target produksi sebesar 739,674 juta ton. Hingga Mei 2025, realisasi produksi telah mencapai 357,6 juta ton.
“Kontribusi Kalimantan tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tapi juga menggerakkan roda ekonomi negara melalui sektor minerba,” imbuh Siti.
Waspada Fluktuasi Harga Global
Kendati pencapaian produksi dan penerimaan negara dari sektor batu bara cukup tinggi, tantangan dari pasar global tak dapat dihindari. Ketua Umum APBI, Priyadi, mengungkapkan adanya kekhawatiran terkait fluktuasi harga batu bara di pasar internasional, terutama memasuki paruh kedua tahun 2025.
“Di triwulan pertama harga masih aman, namun di triwulan kedua harga anjlok akibat kondisi global. Kami tidak bisa memprediksi fluktuasi batu bara,” ujar Priyadi dalam kesempatan yang sama.
Situasi ini memicu kekhawatiran akan potensi menurunnya performa ekspor dan pendapatan dari sektor batu bara di paruh kedua tahun berjalan, terlebih jika gejolak ekonomi dan geopolitik global terus berlanjut.
Imbauan untuk Pengelolaan Berkelanjutan
Menyadari dominasi Kalimantan dalam pasokan energi nasional, Kementerian ESDM pun mengimbau seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri tambang, untuk menjalankan praktik pertambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ditegaskan bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus disertai dengan komitmen menjaga lingkungan hidup dan masyarakat sekitar.
“Harus ada rasa syukur dan tanggung jawab dari para pelaku usaha di Kalimantan. Pemanfaatan sumber daya ini perlu dilakukan secara berkelanjutan, agar kontribusinya dapat berlangsung jangka panjang,” pesan Siti.
Selain mengedepankan aspek lingkungan, Siti juga menekankan pentingnya optimalisasi potensi batu bara dalam mendorong pengembangan industri hilir dan transisi energi. Meski batu bara masih menjadi tulang punggung energi nasional, pemerintah tetap mendorong bauran energi menuju pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Menuju Transisi Energi
Kontribusi batu bara terhadap bauran energi nasional pada 2024 masih sangat dominan, yaitu mencapai 40,56 persen. Namun, pemerintah telah mencanangkan target pengurangan ketergantungan terhadap batu bara secara bertahap dengan menumbuhkan investasi di sektor energi bersih.
Namun demikian, selama masa transisi ini, ketergantungan terhadap batu bara tidak dapat dihindari. Karena itu, menurut APBI, diperlukan strategi yang seimbang antara menjaga ketahanan energi dengan mendorong inovasi dan diversifikasi energi.
Dengan Kalimantan sebagai tulang punggung energi nasional saat ini, pengelolaan yang cermat, efisien, dan berkelanjutan menjadi kunci untuk mempertahankan kontribusi daerah ini terhadap ekonomi dan ketahanan energi Indonesia di masa mendatang.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
BMKG: Hujan Deras Masih Ancam NTB
- 11 Juli 2025
2.
Kuliner Halal Bali yang Wajib Dicoba Wisatawan
- 11 Juli 2025
3.
Manfaat Olahraga Pagi untuk Hidup Lebih Sehat
- 11 Juli 2025
4.
12 Pemain Timnas Voli U 16 Siap Berlaga di Asia
- 11 Juli 2025