
JAKARTA - Transformasi ekonomi nasional kian diarahkan pada penguatan industri hilir. Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerintah menempatkan nikel sebagai pendorong utama strategi hilirisasi. Sepanjang periode 2025–2029, pemerintah menargetkan investasi di sektor hilirisasi senilai Rp3.839 triliun, dengan porsi terbesar disumbang oleh industri nikel.
Komitmen ini ditegaskan oleh Rizwan Aryadi Ramdhan, Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, dalam Indonesia Smart Mining Conference 2025 yang berlangsung di Jakarta. Dalam acara dua hari yang digelar pada 15–16 Juli 2025 di Shangri-La Hotel tersebut, Rizwan memaparkan arah strategis hilirisasi selama lima tahun pemerintahan Presiden Prabowo.
“Transformasi ekonomi harus bertumpu pada hilirisasi dan nikel menjadi kunci utama karena Indonesia memegang 42% cadangan nikel dunia,” ungkapnya.
Baca Juga
Dengan posisi strategis itu, nikel dianggap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% per tahun. Oleh karena itu, dari target investasi total sebesar Rp13.032,8 triliun yang dihimpun dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sektor hilirisasi diproyeksikan menyumbang Rp3.839 triliun. Dari angka tersebut, investasi di sektor nikel menjadi yang tertinggi, yakni Rp365 triliun, melampaui tembaga, minyak bumi, gas, dan bauksit.
Tingginya kontribusi nikel terhadap target investasi mencerminkan semakin vitalnya posisi komoditas ini dalam ekonomi nasional. Sepanjang 2024, investasi hilirisasi mencapai Rp407,8 triliun, dengan sektor mineral sebagai penyumbang terbesar. Di dalamnya, industri nikel menjadi pendorong utama, terutama melalui pembangunan smelter, pabrik baterai, dan integrasi dalam ekosistem kendaraan listrik nasional (EV).
Pemerintah juga telah menyusun roadmap hilirisasi sejak 2022, yang memproyeksikan potensi investasi jangka panjang mencapai US$618 miliar. Selain itu, roadmap ini memperkirakan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$235,9 miliar, penciptaan lebih dari 3 juta lapangan kerja baru, serta peningkatan ekspor menjadi US$857,9 miliar pada 2040. Capaian-capaian ini mayoritas ditopang oleh industri berbasis nikel.
Meski roadmap hilirisasi secara keseluruhan mencakup 28 komoditas yang tersebar di delapan sektor prioritas, fokus pemerintah tertuju pada 15 komoditas strategis yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Nikel berada di peringkat pertama, disusul oleh tembaga, migas, bauksit, dan beberapa komoditas lainnya.
Selain nikel, pemerintah juga memberikan perhatian terhadap sejumlah komoditas potensial lain seperti timah, besi baja, pasir silika, hingga produk kelautan dan perikanan seperti udang dan ikan tilapia. Namun, menurut Rizwan, dari semua komoditas tersebut, nikel menjadi yang paling siap, baik dari sisi cadangan sumber daya alam, kesiapan rantai pasok industri, hingga tingginya permintaan global.
“Ini adalah momentum kita untuk tidak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah. Dengan hilirisasi, nilai tambahnya akan kembali ke dalam negeri,” ujar Rizwan menegaskan urgensi strategi ini.
Langkah ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo dalam mendorong industrialisasi nasional dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global. Pemerintah juga bertekad menciptakan iklim investasi yang kondusif agar sektor hilirisasi, khususnya berbasis nikel, bisa berkembang lebih pesat.
Untuk itu, kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan terus diperkuat. Baik investor dalam negeri maupun asing diharapkan dapat mendukung pembangunan industri hilir, dari tahap pengolahan bahan mentah hingga produk akhir bernilai tinggi seperti baterai kendaraan listrik dan komponen teknologi lainnya.
Dengan prospek pertumbuhan global yang semakin tinggi terhadap produk-produk ramah lingkungan dan berbasis energi baru terbarukan, keberadaan industri hilirisasi nikel di Indonesia juga diyakini dapat memainkan peran strategis dalam rantai pasok dunia. Keunggulan cadangan nikel Indonesia menjadi aset utama dalam pengembangan ekosistem EV global, sekaligus memperbesar peluang ekspor produk olahan.
Dengan target ambisius serta peta jalan yang jelas, pemerintah berharap hilirisasi nikel tidak hanya menjadi pendorong ekonomi, tetapi juga sarana untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, serta mempercepat transformasi struktural ekonomi nasional.
Langkah ke depan tentu tidak tanpa tantangan, mulai dari kesiapan infrastruktur, penguatan SDM, hingga peningkatan kapasitas teknologi dan riset. Namun, dengan posisi nikel yang strategis dan dukungan kebijakan yang konsisten, sektor ini berpotensi menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dalam satu dekade mendatang.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Asuransi Jiwa Optimistis Tumbuh di 2025
- 22 Juli 2025
2.
KUR BRI 2025 Bebas Biaya Tambahan untuk UMKM
- 22 Juli 2025
3.
KUR BSI 2025: Modal Usaha hingga Rp30 Juta
- 22 Juli 2025