BMKG Prediksi Gelombang Tinggi hingga 28 Juli

BMKG Prediksi Gelombang Tinggi hingga 28 Juli
BMKG Prediksi Gelombang Tinggi hingga 28 Juli

JAKARTA - Dampak cuaca ekstrem kembali menjadi perhatian serius di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Menyikapi potensi ancaman terhadap masyarakat pesisir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan agar warga meningkatkan kewaspadaan terhadap gelombang tinggi serta banjir rob yang diperkirakan berlangsung hingga tanggal 28 Juli 2025.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan dari Mataram pada Selasa, 22 Juli 2025, Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, Satria Topan Primadi, menjelaskan bahwa ketinggian gelombang laut di sejumlah wilayah NTB bisa mencapai 2,5 meter. Di sisi lain, pasang maksimum air laut diperkirakan melebihi 1,7 meter.

“Tinggi gelombang berkisar antara 0,1 meter hingga 2,5 meter, khususnya pada saat pasang maksimum yang berisiko terjadi banjir rob di beberapa wilayah pesisir,” ujar Satria.

Baca Juga

KUR BRI 2025 Bebas Biaya Tambahan untuk UMKM

Kondisi ini menjadi perhatian penting, terutama bagi masyarakat yang bermukim di pesisir, kawasan rendah, atau bantaran sungai. Ancaman banjir rob dan gelombang tinggi dinilai bisa mengganggu aktivitas nelayan, merusak infrastruktur, bahkan mengancam keselamatan warga bila tidak diantisipasi.

Titik-Titik Pesisir yang Rawan Diterjang

Berdasarkan analisis BMKG, sejumlah wilayah di NTB termasuk dalam kategori rawan dampak gelombang tinggi dan banjir rob. Di Pulau Lombok, kawasan yang berpotensi terdampak antara lain Ampenan, Sekarbela, Gerung, Lembar, Pemenang, Jerowaru, dan Labuhan Lombok. Sedangkan untuk wilayah Pulau Sumbawa, BMKG menyebut beberapa titik rawan seperti Kabupaten Sumbawa, Labuan Badas, serta wilayah pesisir Palibelo, Woha, Bolo, Langgudu, Soromandi, Sape, Rasanae Barat, Hu’u, dan Asakota.

“Masyarakat yang bermukim di pesisir, bantaran sungai, serta kawasan rendah diimbau tetap siaga dan memantau informasi cuaca secara berkala,” tambah Satria.

BMKG mengingatkan agar masyarakat tidak menganggap remeh gejala alam tersebut. Pasalnya, kondisi banjir rob dan gelombang tinggi bisa mengganggu sistem transportasi laut, kegiatan ekonomi pesisir, hingga pasokan logistik ke pulau-pulau kecil di sekitar NTB.

Prediksi Cuaca dan Pola Angin

Sejalan dengan potensi gelombang tinggi, BMKG juga memantau kecepatan angin yang turut memengaruhi kondisi laut. Di wilayah Lembar, arah angin diperkirakan bertiup dari timur hingga selatan dengan kecepatan 5 hingga 20 knot. Sementara waktu pasang laut di kawasan tersebut terjadi antara pukul 07.00 hingga 13.00 WITA.

Di sisi lain, wilayah perairan Sape diprediksi mengalami cuaca bervariasi dari cerah berawan hingga hujan ringan, dengan waktu pasang laut yang lebih panjang, yakni dari pukul 05.00 sampai 15.00 WITA.

Informasi rinci tersebut diharapkan bisa menjadi panduan bagi nelayan, operator pelabuhan, maupun masyarakat pesisir dalam merencanakan aktivitas harian mereka, agar tidak terjebak dalam risiko bencana maritim.

Fase Bulan Baru Jadi Faktor Pemicu

BMKG juga menekankan bahwa faktor astronomis turut memengaruhi naiknya permukaan air laut saat ini. Fenomena fase bulan baru, yang berlangsung dari 23 hingga 26 Juli 2025, menjadi salah satu penyebab utama tingginya pasang laut. Pada fase ini, posisi bulan berada sejajar dengan Matahari dan Bumi, yang menyebabkan gaya tarik gravitasi maksimum terhadap air laut.

“Fenomena ini merupakan kondisi alamiah yang terjadi secara periodik, namun dapat berdampak serius bagi wilayah pesisir jika tidak diantisipasi dengan baik,” tegas Satria.

Ia juga menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus waspada dan mengambil langkah-langkah perlindungan dini. Apabila memungkinkan, masyarakat diimbau untuk menjauh dari garis pantai saat pasang maksimum terjadi, dan mengamankan barang-barang penting di rumah yang berdekatan dengan laut.

BMKG Siapkan Pemantauan Real-Time

Sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko, BMKG berkomitmen untuk terus memantau dinamika cuaca dan kondisi laut secara real-time. Pihaknya akan memperbarui informasi secara berkala melalui kanal resmi seperti website, aplikasi mobile, serta kerja sama dengan instansi pemerintah daerah dan media lokal.

“Masyarakat dan nelayan diharapkan menghindari aktivitas di laut saat kondisi pasang maksimum. Pantau terus informasi dari BMKG untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan,” pungkas Satria.

Dengan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem, koordinasi antara BMKG, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadi kunci penting dalam meminimalisir dampak bencana. Edukasi terhadap warga tentang tanda-tanda alam, waktu pasang-surut, serta kesiapsiagaan menjadi langkah penting agar wilayah pesisir NTB tetap aman dan tangguh menghadapi perubahan iklim dan fenomena laut.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Erick Thohir Siapkan Striker Naturalisasi Baru untuk Timnas

Erick Thohir Siapkan Striker Naturalisasi Baru untuk Timnas

Grab Dukung Penyesuaian Tarif Transportasi Daring

Grab Dukung Penyesuaian Tarif Transportasi Daring

Penerbangan Langsung Lombo Labuan Bajo Dibuka

Penerbangan Langsung Lombo Labuan Bajo Dibuka

Operasi Cartenz 2025, Banyak Kendaraan Langgar Aturan

Operasi Cartenz 2025, Banyak Kendaraan Langgar Aturan

Mobil Listrik Mendominasi GIIAS 2025

Mobil Listrik Mendominasi GIIAS 2025