JAKARTA - Para orang tua diminta lebih berhati-hati dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) kepada bayi, terutama yang berusia di bawah satu tahun. Kementerian Kesehatan dan para pakar anak kembali menegaskan larangan keras pemberian madu pada bayi karena risiko tinggi menyebabkan botulisme, penyakit langka namun berbahaya yang menyerang sistem saraf.
Peringatan ini disampaikan oleh dr. Ian Suteja, Sp.A, dokter spesialis anak, dalam edukasi kesehatan masyarakat yang digelar di Jakarta. Ia menegaskan bahwa salah satu bahan pangan yang paling dilarang untuk diberikan kepada bayi di bawah satu tahun adalah madu.
“Yang wajib tidak boleh dimakan untuk anak berusia di bawah setahun adalah madu,” tegas dr. Ian di hadapan peserta acara edukasi tersebut.
Alasan utama dari larangan ini adalah kandungan toksin botulinum yang dapat ditemukan dalam madu. Toksin ini merupakan racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Meskipun tidak berbahaya bagi anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa karena usus mereka sudah berkembang sempurna, bayi di bawah usia satu tahun belum memiliki sistem pencernaan yang matang sehingga tidak mampu menetralisir racun tersebut.
Risiko Kesehatan Serius Akibat Madu pada Bayi
Menurut dr. Ian, paparan toksin botulinum pada bayi bisa memicu gejala serius. “Kalau kebanyakan madu, bisa bikin kejang-kejang ototnya, kerja ususnya berhenti, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Gejala lain yang kerap timbul akibat botulisme bayi termasuk konstipasi, sulit menyusu, menangis lemah, serta kelumpuhan otot-otot pernapasan yang sangat berbahaya. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi kesulitan bernapas hingga membutuhkan penanganan intensif di rumah sakit.
Informasi ini juga diperkuat oleh penjelasan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dilansir melalui situs resminya. IDAI menjelaskan bahwa toksin botulinum dapat menyerang sistem saraf pusat bayi, menyebabkan hipotonia atau kelemahan otot yang parah.
“Toksin botulinum dapat masuk ke saluran cerna bayi dan menyebabkan kelemahan otot yang berisiko menimbulkan kondisi gawat darurat,” tulis IDAI dalam rilis resminya.
Alternatif Aman Pengganti Madu untuk MPASI
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian MPASI yang tepat, para pakar menyarankan agar orang tua memilih alternatif yang lebih aman untuk pemanis alami.
Menurut dr. Ian, salah satu pilihan yang bisa digunakan adalah sari buah segar, seperti pisang, apel, atau pir yang telah dihaluskan. Buah-buahan tersebut tidak hanya memberikan rasa manis alami tetapi juga kaya akan serat, vitamin, dan mineral penting untuk pertumbuhan bayi.
“Alih-alih menggunakan madu sebagai pemanis, ayah dan ibu bisa menggantinya dengan sari buah yang lebih aman untuk sistem pencernaan bayi,” kata dr. Ian.
Ia juga menekankan bahwa kebiasaan masyarakat Indonesia yang kerap mengandalkan bahan tradisional atau alami seperti madu untuk “meningkatkan imun” perlu dievaluasi, khususnya dalam konteks usia bayi yang rentan terhadap infeksi dan toksin.
Pentingnya Edukasi untuk Orang Tua Baru
Salah satu tantangan dalam edukasi MPASI dan pola asuh sehat adalah kepercayaan yang masih melekat di masyarakat bahwa madu merupakan obat mujarab untuk segala penyakit, termasuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun secara tegas menyatakan bahwa madu tidak boleh diberikan kepada bayi di bawah usia 12 bulan karena risiko infeksi Clostridium botulinum.
Untuk itu, dr. Ian menyarankan agar orang tua baru, terutama ibu-ibu muda, mengikuti edukasi atau penyuluhan tentang gizi anak dan pola asuh dari tenaga medis terpercaya. Hal ini penting agar tidak terjadi miskonsepsi yang dapat membahayakan kesehatan anak.
"Kami mendorong lebih banyak penyuluhan kepada keluarga muda agar mereka tidak hanya mengandalkan informasi dari media sosial atau mitos keluarga," ujar dr. Ian.
Langkah Pencegahan Botulisme dan Panduan MPASI
Berikut beberapa langkah yang direkomendasikan para ahli untuk mencegah botulisme dan menjaga keamanan MPASI:
Hindari pemberian madu, baik langsung maupun sebagai campuran makanan/minuman pada bayi di bawah usia satu tahun.
Selalu periksa label produk makanan bayi yang dijual di pasaran. Beberapa makanan olahan mungkin mengandung madu sebagai pemanis.
Gunakan buah segar sebagai pemanis alami MPASI. Selain aman, juga menambah nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Konsultasikan setiap tahap MPASI kepada dokter anak atau ahli gizi.
Jaga kebersihan dan cara penyajian makanan MPASI agar tidak terkontaminasi bakteri atau racun.
Waspada Tidak Berarti Takut, Utamakan Keselamatan Anak
Kasus botulisme bayi memang tergolong langka, tetapi risikonya cukup serius hingga bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Karena itu, kewaspadaan menjadi langkah utama untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
“Masyarakat harus paham bahwa tidak semua yang alami itu aman bagi bayi, terutama madu. Pencegahan lebih baik daripada penanganan yang terlambat,” pungkas dr. Ian.
Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia terus mengedukasi masyarakat melalui berbagai kanal resmi mengenai keamanan pangan untuk bayi, termasuk panduan MPASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak.
Dengan memahami risiko yang dapat ditimbulkan oleh madu bagi bayi di bawah satu tahun, diharapkan para orang tua dapat mengambil keputusan yang tepat demi tumbuh kembang anak yang optimal dan sehat.