JAKARTA - Indonesia mencatat langkah besar dalam pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang berdaulat melalui peluncuran model AI lokal bernama Sahabat AI, hasil kolaborasi antara GoTo dan Indosat Ooredoo Hutchison. Model ini telah dilatih dengan 72 miliar parameter dan mampu memahami lima bahasa lokal sekaligus: Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.
Langkah ini mendapatkan apresiasi dan dukungan penuh dari pemerintah, yang menilai pengembangan AI lokal sebagai bagian strategis dari peta jalan nasional menuju kedaulatan teknologi digital.
“Inisiatif yang dilakukan oleh GoTo dan Indosat lewat program Sahabat AI ini selaras dengan peta jalan pengembangan ekosistem AI Indonesia yang sedang disusun pemerintah,” tegas Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, saat peluncuran resmi Sahabat AI Model 70B dan chatbot-nya di Jakarta.
Nezar menekankan bahwa pengolahan data dalam bahasa lokal sangat penting untuk menciptakan sistem AI yang inklusif, kontekstual, dan benar-benar memahami kebutuhan masyarakat Indonesia. “Kita tidak bisa hanya bergantung pada model AI luar negeri yang tidak mengenal konteks budaya lokal kita. Inilah pentingnya kita memiliki model sendiri yang memahami keragaman bahasa dan budaya Indonesia,” ujarnya.
Langkah Strategis Menuju Kedaulatan AI Nasional
Peluncuran Sahabat AI dinilai bukan sekadar langkah teknologi, tapi merupakan bagian dari upaya nasional dalam membangun ekosistem AI yang berdaulat dan mandiri. Nezar juga menyoroti pentingnya pemerataan akses teknologi dan efisiensi dalam penerapannya di sektor publik dan swasta.
Ia menyebut model seperti Sahabat AI dapat digunakan secara luas, mulai dari sektor e-commerce, layanan pelanggan (customer service), hingga sebagai agen AI untuk layanan publik di masa depan.
Lebih lanjut, Nezar juga menyoroti peran penting pengembangan Sahabat AI dalam mengakselerasi ketersediaan talenta digital dalam negeri. Berdasarkan studi Bank Dunia, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital hingga tahun 2030, namun saat ini baru tersedia sekitar 25% dari kebutuhan tersebut.
“Masih panjang perjalanan kita, dan inisiatif seperti Sahabat AI ini akan memperkuat ekosistem yang sedang kita bangun di Kementerian Kominfo dan juga industri secara keseluruhan,” pungkas Nezar.
Dari Gojek ke Nasional: Transformasi Digital dengan Sentuhan AI Lokal
CEO GoTo, Patrick Walujo, menjelaskan bahwa pengembangan Sahabat AI bermula dari kebutuhan internal untuk menciptakan search engine yang lebih relevan dalam layanan seperti GoFood. Sistem AI ini dirancang agar mampu mengenali berbagai varian input bahasa dari pengguna.
“Misalnya orang mengetik ‘McDonald’s’, ‘McD’, atau ‘MacDonal’, semua variasi itu bisa ditangkap Sahabat AI. Ini berdampak langsung terhadap konversi pencarian menjadi pesanan. Hasilnya nyata,” terang Patrick.
GoTo juga mengambil langkah strategis dengan membuka model Sahabat AI sebagai open-source. Dengan pendekatan ini, para pengembang, peneliti, institusi pendidikan, hingga instansi pemerintahan bisa memanfaatkan dan mengadaptasi teknologi ini untuk berbagai kebutuhan.
“Model ini bisa diunduh dan digunakan oleh siapa saja. Kami berharap ini akan mendorong lebih banyak inovasi lokal berbasis LLM (Large Language Model),” ungkap Patrick.
Ia mengungkapkan bahwa inisiatif ini sudah dirintis sejak lebih dari satu tahun lalu, berawal dari kesulitan mencari mitra pengembang LLM di luar negeri yang memahami konteks Indonesia. Akhirnya, GoTo memutuskan membangun LLM sendiri dengan dukungan AI Singapore.
Indosat: Sahabat AI Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Gerakan Nasional
Dukungan kuat juga datang dari Indosat Ooredoo Hutchison. Menurut Dany Buldansyah, Director & Chief Business Officer IOH, kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi, melainkan gerakan nasional untuk memudahkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengakses AI yang relevan dan aman.
“Visi kita dengan GoTo sama: bagaimana kita bisa memberdayakan Indonesia melalui teknologi lokal yang inklusif dan relevan. Ini bukan sekadar proyek bisnis, tapi misi nasional,” kata Dany.
Menurutnya, pengembangan LLM seperti Sahabat AI harus mempertimbangkan perspektif budaya dan keberagaman bangsa. Oleh karena itu, Indosat memastikan penyediaan infrastruktur pendukung seperti GPU Merdeka dan pusat data lokal untuk mendukung keberlanjutan pengembangan AI dalam negeri.
“Kami ingin memastikan LLM ini bisa dikembangkan dan digunakan oleh siapa saja di dalam negeri. Kami punya komitmen infrastruktur yang kuat untuk itu,” jelasnya.
5 Bahasa Lokal, 1 Visi Nasional
Keunggulan Sahabat AI yang mampu memahami lima bahasa lokal menjadi nilai tambah besar dalam membangun AI yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga kontekstual dan empatik terhadap pengguna Indonesia.
Kemampuan untuk berinteraksi dalam Bahasa Jawa, Sunda, Batak, Bali, dan tentu saja Bahasa Indonesia membuat Sahabat AI menjadi model yang sangat unik dan relevan untuk kebutuhan nasional.
“Tidak banyak negara yang memiliki LLM dengan kemampuan multibahasa lokal. Ini membuktikan bahwa Indonesia bisa dan punya potensi besar dalam AI,” ujar Patrick.
Masa Depan AI Indonesia: Mandiri, Terbuka, dan Inklusif
Langkah kolaboratif antara GoTo dan Indosat ini membuka jalan bagi pengembangan model AI lokal yang mandiri, terbuka, dan inklusif. Dengan karakteristik open-source, Sahabat AI dapat menjadi katalis bagi terciptanya berbagai produk digital inovatif di Indonesia.
Ke depan, pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas digital diharapkan dapat bersinergi lebih kuat lagi untuk menciptakan ekosistem AI Indonesia yang tidak hanya kompetitif di tingkat global, tetapi juga memberdayakan masyarakat secara luas.
Dengan komitmen pada keberagaman budaya dan bahasa, serta pendekatan terbuka dalam inovasi, Sahabat AI menandai era baru dalam pengembangan AI yang berakar pada nilai-nilai Indonesia.