Samsung Kejar Produksi Chip 2nm, Exynos 2600 Jadi Penentu Masa Depan Industri Semikonduktor

Jumat, 13 Juni 2025 | 11:56:59 WIB
Samsung Kejar Produksi Chip 2nm, Exynos 2600 Jadi Penentu Masa Depan Industri Semikonduktor

JAKARTA - Samsung Electronics tengah memasuki fase krusial dalam pengembangan prosesor Exynos generasi terbaru. Perusahaan teknologi raksasa asal Korea Selatan itu kini berfokus pada produksi chip 2 nanometer (2nm) dengan arsitektur Gate-All-Around (GAA), sebuah teknologi manufaktur tercanggih yang digadang-gadang bakal menjadi senjata utama untuk menghadapi dominasi TSMC di pasar global. Chip baru ini diberi nama Exynos 2600, dan diproyeksikan bakal menjadi otak di balik Galaxy S26, smartphone flagship terbaru yang akan meluncur pada awal 2026.

Produksi Exynos 2600 dipandang sebagai momen penentu bagi masa depan divisi semikonduktor Samsung. Keberhasilan proyek ini bukan hanya berpengaruh pada lini produk Galaxy, tetapi juga reputasi Samsung Foundry di mata dunia, terutama dalam persaingannya melawan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang saat ini memegang posisi sebagai produsen chip terbesar dunia.

Produksi Masih di Fase Prototipe, Tingkat Hasil Masih Rendah

Saat ini, Exynos 2600 masih berada di tahap produksi prototipe. Berdasarkan laporan media Korea Selatan, hasil produksi awal chip 2nm Samsung sempat mengalami masalah besar dengan tingkat hasil atau yield hanya sekitar 30 persen, jauh dari standar industri manufaktur semikonduktor yang idealnya berada di kisaran 70 persen untuk efisiensi produksi massal.

Namun, setelah melakukan serangkaian riset dan pengembangan intensif dalam beberapa bulan terakhir, Samsung menargetkan mampu meningkatkan yield Exynos 2600 menjadi di atas 50 persen sebelum akhir tahun 2025.

“Ini adalah fase krusial. Jika Samsung gagal mencapai stabilitas produksi, peluncuran Exynos 2600 dan Galaxy S26 bisa terganggu,” demikian dikutip dari laporan media lokal Korea.

Proses produksi massal chip ini sendiri dijadwalkan akan dimulai pada akhir tahun 2025, menyusul jadwal peluncuran Galaxy S26 sekitar Februari 2026. Setiap peningkatan efisiensi produksi menjadi kunci agar Samsung dapat bersaing secara optimal dengan TSMC yang sudah lebih dulu meluncurkan chip 2nm sejak April 2025 lalu.

Upaya Menghidupkan Kembali Nama Besar Exynos

Samsung menaruh harapan besar terhadap Exynos 2600 sebagai momentum kebangkitan merek Exynos, setelah beberapa tahun performa chipset internal mereka menuai kritik. Pada beberapa generasi terakhir, Samsung bahkan lebih memilih menggunakan Snapdragon dari Qualcomm untuk varian flagship mereka di sejumlah pasar besar.

Namun kini, Samsung tidak ingin terus bergantung pada Qualcomm. Melalui Exynos 2600, perusahaan berharap bisa membuktikan bahwa mereka mampu memproduksi prosesor berkualitas tinggi secara mandiri.

“Exynos 2600 bukan hanya soal kebangkitan chip internal. Ini juga menjadi kesempatan Samsung Foundry menunjukkan kematangan teknologi GAA 2nm kepada klien global yang terus membandingkan mereka dengan TSMC,” tulis laporan tersebut.

Jika produksi Exynos 2600 berhasil memenuhi ekspektasi, Samsung berpotensi menggoyang dominasi TSMC di pasar manufaktur chip kelas atas.

Rencana Besar: Produksi Snapdragon Generasi Baru

Di tengah persaingan dengan TSMC, Samsung disebut juga sedang menjajaki kerja sama strategis dengan Qualcomm. Rumor yang beredar menyebut bahwa Samsung Foundry berpeluang memproduksi Snapdragon 8 Elite 2 menggunakan proses fabrikasi 2nm milik mereka. Jika kolaborasi ini benar-benar terwujud, posisi Samsung di peta industri semikonduktor global akan semakin kokoh.

Meski demikian, hingga kini belum ada konfirmasi resmi baik dari Samsung maupun Qualcomm terkait kerja sama ini.

Jika berhasil, langkah tersebut akan menempatkan Samsung sebagai produsen chip utama tidak hanya untuk Exynos, tetapi juga untuk chipset flagship Qualcomm, mengancam dominasi TSMC yang selama ini menjadi mitra utama Qualcomm.

Dilema Internal Samsung, Restrukturisasi Divisi Chip Mengemuka

Di sisi lain, Samsung saat ini juga menghadapi tantangan internal yang tak kalah berat. Divisi System LSI yang bertanggung jawab atas pengembangan Exynos tengah dievaluasi secara menyeluruh. Evaluasi ini dilakukan menyusul gagalnya Exynos 2500 untuk dipakai dalam flagship Galaxy S25.

Kerugian yang terus membengkak mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan sejumlah opsi restrukturisasi, termasuk kemungkinan:

Menggabungkan divisi System LSI dengan Foundry.

Meleburkan ke dalam divisi Mobile Experience (MX).

Melakukan restrukturisasi independen.

Dari berbagai opsi tersebut, penggabungan System LSI dengan Samsung Foundry disebut sebagai pilihan yang paling realistis. Namun langkah ini juga memicu kekhawatiran dari para klien global yang khawatir akan terjadinya konflik kepentingan, terutama jika Foundry memprioritaskan produksi Exynos dibanding pesanan dari pihak luar.

“Penggabungan dengan Foundry dinilai sebagai pilihan paling realistis. Namun langkah itu bisa menimbulkan kekhawatiran dari para klien utama yang khawatir akan konflik kepentingan dalam struktur baru tersebut,” tulis laporan media Korea.

Samsung Dibayangi Tenggat Waktu Ketat

Samsung kini berpacu dengan waktu. Mereka hanya memiliki beberapa bulan tersisa sebelum produksi massal Exynos 2600 dimulai. Keberhasilan produksi Exynos 2600 akan sangat menentukan, bukan hanya bagi lini produk Galaxy, tetapi juga reputasi dan masa depan divisi chip Samsung.

Keberhasilan Exynos 2600 akan memberikan dorongan moral besar bagi divisi System LSI yang selama ini terus tertekan oleh dominasi Qualcomm dan kritik dari pengguna Samsung di berbagai pasar global.

Sebaliknya, kegagalan chip ini akan memperkuat persepsi bahwa Samsung memang belum mampu bersaing dengan TSMC, terutama dalam hal stabilitas produksi dan efisiensi manufaktur chip canggih.

Taruhan Besar Samsung untuk Masa Depan Semikonduktor

Industri chip global saat ini memang tengah memasuki fase transformasi besar, dengan persaingan ketat antara pemain utama seperti Samsung, TSMC, dan Intel. Teknologi 2nm dengan arsitektur GAA diprediksi akan menjadi standar baru dalam produksi chip masa depan.

Samsung sadar, keberhasilan atau kegagalan Exynos 2600 bukan hanya akan menentukan kiprah lini produk Galaxy mereka, tetapi juga posisi perusahaan dalam rantai pasok global semikonduktor.

Dengan tekanan dari internal dan eksternal, Samsung kini sedang menghadapi taruhan terbesar mereka dalam bisnis chip selama satu dekade terakhir.

“Samsung sedang menghadapi momen kritis. Di tengah persaingan ketat dan tekanan internal, Exynos 2600 bukan sekadar chip baru. Ini adalah taruhan besar untuk masa depan divisi System LSI dan Foundry,” demikian laporan dari sumber internal yang dikutip oleh media Korea.

Dalam beberapa bulan ke depan, dunia akan melihat apakah Samsung bisa membalikkan keadaan dan kembali menjadi pemain utama dalam industri semikonduktor global.

Terkini