Harga Gas Melon di Martapura Tembus Rp50 Ribu, Warga Keluhkan Kelangkaan

Senin, 30 Juni 2025 | 11:51:44 WIB
Harga Gas Melon di Martapura Tembus Rp50 Ribu, Warga Keluhkan Kelangkaan

JAKARTA - Warga Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengeluhkan kesulitan mendapatkan elpiji 3 kilogram atau yang akrab disebut “gas melon”. Bahkan, harga gas subsidi tersebut melonjak tajam hingga menembus Rp50.000 per tabung di sejumlah pengecer di Martapura, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) resmi yang ditetapkan pemerintah.

Pantauan di lapangan, tabung gas melon yang biasanya dijual seharga Rp20.000–25.000 per tabung, kini dibanderol lebih dari dua kali lipat. Warga pun terpaksa membelinya demi kebutuhan memasak sehari-hari, meski harus merogoh kocek lebih dalam.

Seorang warga Martapura, Rina (34), mengungkapkan dirinya terpaksa membeli elpiji 3 kilogram seharga Rp50.000 karena stok gas melon sangat langka. “Biasanya paling mahal Rp25.000, sekarang sampai Rp50.000 pun sulit dicari. Kalau tidak beli, kami tidak bisa masak,” ungkap Rina.

Kondisi serupa juga dialami pedagang warung makan, Wahid (40), yang mengaku kesulitan mempertahankan harga jual makanannya akibat naiknya harga gas melon. “Modal membengkak karena harga gas melon naik drastis. Terpaksa harga menu ikut naik,” kata Wahid.

Kelangkaan gas melon ini terjadi sejak sepekan terakhir dan semakin parah menjelang akhir bulan Juni 2025. Beberapa warga mengaku sudah berkeliling ke banyak pengecer maupun pangkalan resmi, namun gas melon tetap sulit didapatkan.

Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Banjar, Ahmad Rizali, membenarkan adanya laporan kelangkaan dan lonjakan harga gas melon di Martapura. Pihaknya sudah menerima pengaduan masyarakat dan segera berkoordinasi dengan Pertamina untuk menindaklanjuti persoalan ini.

“Kami meminta masyarakat tidak melakukan panic buying yang bisa memperparah situasi. Kami juga akan meningkatkan pengawasan bersama agen resmi untuk memastikan penyaluran elpiji 3 kilogram tepat sasaran,” ujar Ahmad Rizali dalam keterangan pers, dikutip dari Kantor Berita Kalimantan.

Menurut Rizali, saat ini Dinas Perdagangan sedang menelusuri penyebab utama kelangkaan, termasuk kemungkinan adanya praktik penimbunan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. “Jika ditemukan indikasi penimbunan, kami akan menyerahkan ke aparat penegak hukum untuk diproses sesuai aturan,” tegasnya.

Sementara itu, Sales Branch Manager Pertamina Wilayah Kalimantan Selatan, Dedy Santoso, menyatakan pihaknya sudah menyalurkan elpiji 3 kilogram sesuai kuota yang ditetapkan pemerintah. Ia menduga lonjakan permintaan masyarakat secara mendadak menjadi salah satu pemicu kelangkaan.

“Kami terus melakukan monitoring ke seluruh pangkalan resmi untuk memastikan stok aman. Jika ditemukan pangkalan yang menjual di atas HET, kami tidak segan menjatuhkan sanksi,” kata Dedy Santoso.

Pertamina menegaskan HET elpiji 3 kilogram di Kabupaten Banjar masih sesuai ketentuan yang berlaku, yakni sekitar Rp18.500–Rp20.000 per tabung di pangkalan resmi, tergantung lokasi.

Sebagai langkah jangka pendek, Pertamina bersama pemerintah daerah berencana menambah pasokan gas melon untuk wilayah Martapura. Upaya ini diharapkan bisa meredam kenaikan harga dan memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi.

“Penambahan pasokan ini merupakan bentuk komitmen kami agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan gas melon,” tambah Dedy.

Selain itu, Pemkab Banjar juga mengimbau warga membeli gas melon hanya di pangkalan resmi untuk menghindari harga yang tidak wajar. Warga diminta melapor jika menemukan oknum yang menjual gas melon dengan harga di atas HET.

Kelangkaan elpiji 3 kilogram di Martapura ini berdampak signifikan pada aktivitas ekonomi rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM). Banyak pedagang kaki lima, warung makan, hingga penjual gorengan yang mengaku tertekan dengan mahalnya harga gas melon.

Salah satu pedagang gorengan, Siti (46), mengaku kesulitan bertahan karena pengeluaran untuk membeli gas melon menjadi dua kali lipat dari biasanya. “Setiap hari saya butuh satu tabung gas. Kalau harganya segitu terus, saya rugi,” ujarnya.

Masyarakat berharap pemerintah dan Pertamina segera menstabilkan pasokan gas melon agar harga kembali normal, sehingga aktivitas sehari-hari dan usaha kecil bisa berjalan tanpa hambatan.

Terkini