JAKARTA - Dalam upaya memperkuat posisinya sebagai pelopor transisi energi di sektor transportasi udara, PT Pertamina (Persero), melalui subholding-nya PT Pertamina Patra Niaga, terus berinovasi dengan menghadirkan produk bahan bakar rendah karbon. Salah satu langkah strategisnya diwujudkan lewat pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang menjadi sorotan utama dalam gelaran Pertamina Investor Day 2025 yang digelar di Jakarta.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang komunikasi korporat kepada para investor dan pemangku kepentingan, tetapi juga menjadi bukti konkret komitmen Pertamina terhadap tata kelola lingkungan, sosial, dan keberlanjutan (Environmental, Social, and Governance/ESG). Upaya perusahaan dalam menyelaraskan strategi bisnis dengan ekspektasi investor global terhadap keberlanjutan terlihat jelas dari beragam inisiatif yang dipaparkan, termasuk SAF.
Komitmen terhadap Net Zero Emission 2060
Pada sesi Sustainability Dialogue, Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso, menjelaskan bahwa SAF bukanlah proyek jangka pendek semata, melainkan bagian dari strategi besar Pertamina dalam menghadapi tantangan masa depan. Harsono menegaskan bahwa produk ini dirancang untuk mendukung Indonesia mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
“Dalam dua tahun terakhir, kami telah melakukan tiga kali uji pasar SAF serta proses sertifikasi di seluruh rantai distribusi, mulai dari terminal BBM hingga depot pengisian bahan bakar pesawat udara. Ini kami lakukan untuk memastikan produk SAF yang kami distribusikan memenuhi standar industri dan siap digunakan oleh pelanggan (maskapai penerbangan),” ujar Harsono.
Langkah tersebut membuktikan bahwa Pertamina Patra Niaga tidak hanya berfokus pada pengembangan produk, tetapi juga memastikan ekosistem pendukung dari sisi distribusi hingga regulasi siap untuk mendorong adopsi SAF secara luas.
Dorongan Kolaboratif untuk Adopsi SAF
Harsono juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mempercepat penggunaan SAF di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Peta Jalan SAF yang telah disusun pemerintah sebagai bagian dari strategi nasional pengurangan emisi karbon di sektor aviasi.
"Kami tengah menjajaki kemitraan strategis dengan penyedia teknologi agar pengembangan SAF dapat dilakukan lebih luas. Ini merupakan langkah strategis kami dalam mendukung keberlanjutan energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau," jelasnya.
Upaya ini menjadi bentuk sinergi antara sektor BUMN, swasta, dan pemangku kebijakan dalam menciptakan pasar yang kondusif bagi bahan bakar berkelanjutan.
Diversifikasi Produk Rendah Karbon
Selain SAF, Pertamina Patra Niaga juga telah meluncurkan beberapa produk energi rendah karbon lainnya, seperti Biosolar dan Pertamax Green 95, yang merupakan bagian dari langkah dekarbonisasi produk hilir perusahaan.
Dengan pengalaman panjang dalam distribusi energi dan kesiapan infrastruktur nasional, Pertamina Patra Niaga percaya diri bahwa SAF dapat menjadi pendorong utama transformasi energi sektor transportasi udara. Harsono bahkan menyebut SAF sebagai game changer.
"Kami percaya, SAF bukan sekadar produk, melainkan simbol kesiapan Indonesia memimpin transisi energi di sektor aviasi. Dengan dukungan infrastruktur dan pengalaman Pertamina, SAF diharapkan membuka jalan menuju masa depan yang lebih hijau," tutup Harsono.
Sertifikasi Internasional dan Penerapan Nyata
Komitmen Pertamina terhadap kualitas produk SAF juga terlihat dari keberhasilan memperoleh sertifikasi ISCC CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) dan ISCC EU (Renewable Energy Directive - European Union). Sertifikasi ini memungkinkan Pertamina Patra Niaga untuk memasarkan produk SAF sesuai dengan standar keberlanjutan internasional, baik dalam kerangka CORSIA maupun RED EU.
Adapun implementasi SAF di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2023, ketika Pertamina Patra Niaga berhasil melakukan uji coba perdana untuk penerbangan komersial bersama Garuda Indonesia, dari Bandara Soekarno-Hatta (CGK) ke Bandara Adi Soemarmo Solo (SOC).
Langkah tersebut berlanjut di tahun berikutnya, ketika SAF digunakan dalam Bali International Airshow 2024, sebuah acara bergengsi yang mempertemukan berbagai maskapai dan pelaku industri aviasi. Dalam ajang ini, uji coba SAF dilakukan bersama mitra strategis seperti Citilink, Pelita Air, dan Virgin Australia, sebagai bagian dari upaya mendorong ekosistem penerbangan rendah emisi di Indonesia.
Langkah Nyata untuk Masa Depan Energi Nasional
Transformasi energi melalui SAF merupakan cerminan dari visi Pertamina dalam menjawab tantangan global terkait perubahan iklim. Dengan fokus pada inovasi dan keberlanjutan, perusahaan BUMN ini menegaskan bahwa pengembangan energi hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Langkah Pertamina Patra Niaga ini juga menjadi sinyal kuat bagi industri lain untuk ikut bergerak ke arah yang sama. Dalam konteks global di mana transisi energi dan pengurangan emisi menjadi parameter utama penilaian korporasi, kehadiran SAF menjadi bukti bahwa Indonesia tak sekadar mengikuti arus, tetapi mulai mengambil peran sebagai pemimpin di kawasan.