Anies Baswedan Tanpa Pagar: Membangun Kebersamaan dan Keamanan Komunitas di Lebak Bulus

Anies Baswedan Tanpa Pagar: Membangun Kebersamaan dan Keamanan Komunitas di Lebak Bulus

Jakarta– Dalam sebuah langkah yang mencerminkan filosofi “keamanan kita adalah komunitas kita, keamanan Anda adalah komunitas Anda,” Anies Baswedan, tokoh perubahan dan mantan Gubernur DKI Jakarta, mengambil pendekatan unik dalam membangun rumahnya. Bertempat di kawasan Jalan Lebak Bulus II Dalam, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, rumah pendopo joglo miliknya berdiri tanpa pagar, sebuah keputusan yang menimbulkan beragam respons positif dari masyarakat sekitar.

Keputusan Anies Baswedan ini tidak hanya sekadar soal estetika, tetapi merupakan manifestasi dari visinya tentang kebersamaan dan saling percaya. “Pada saat kami membangun rumah di sini, kami putuskan tidak memasang pagar. Jadi rumah ini tanpa pagar,” ungkap Anies dalam pernyataannya melalui kanal YouTube pribadinya, seperti yang dikutip oleh KBA News pada Selasa, 11 Februari 2025.

Mendorong Kebersamaan dengan Rumah Tanpa Pagar

Anies menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan dari desain ini adalah agar rumah tersebut dapat menjadi bagian yang lebih terbuka bagi komunitas sekitar. “Tujuannya agar segala fasilitas di rumah ini bisa dinikmati masyarakat lainnya,” ujar Anies sambil menunjukkan indahnya area terbuka di sekitarnya yang dulunya rumput hijau.

Keputusan untuk tidak memasang pagar ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, dengan halaman rumah yang kosong dan terbuka, jalur gang di depan rumah hanya bisa dilalui satu mobil. Hal ini berarti, ketika ada warga atau tamu yang datang, mereka bisa dengan mudah memutar mobil di halaman rumah tersebut. “Kalau ada warga atau masyarakat yang datang bisa putar balik mobil dengan mudah,” jelas Anies.

Ruang Bermain untuk Anak-Anak

Tujuan kedua dari desain tanpa pagar ini adalah menyediakan ruang bermain untuk anak-anak di kawasan tersebut. “Anak-anak di kawasan ini bisa main bola di halaman rumah ini,” imbuhnya. Dengan menyediakan ruang terbuka yang luas, Anies ingin memastikan bahwa anak-anak memiliki ruang yang aman dan menyenangkan untuk bermain sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan sejak dini.

“Di sini sore hari terlihat ramai oleh anak-anak yang bermain. Itu adalah pemandangan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menguatkan hubungan antarwarga,” tambahnya. Lingkungan yang ramah anak ini, menurut Anies, adalah elemen penting dalam membangun komunitas yang lebih kuat dan kohesif.

Respons Positif dari Masyarakat Sekitar

Langkah berani Anies untuk tidak memasang pagar tampaknya mendapatkan sambutan positif dari warga sekitar. Masyarakat di lingkungan tersebut merasa bahwa keputusan ini menumbuhkan sikap saling percaya satu sama lain. “Ternyata lingkungan merespon positif. Bahwa kita percaya satu sama lain di kampung ini,” tuturnya. Kepercayaan yang terbentuk tidak hanya menghasilkan rasa aman, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara warga.

Sebagai tokoh yang dikenal memperjuangkan berbagai perubahan positif selama menjabat sebagai gubernur, Anies Baswedan dengan jelas menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial bisa dimulai dari hal kecil, seperti melepaskan pagar di rumah. Keputusan ini mengirim pesan kuat tentang pentingnya mengedepankan keamanan dan kebersamaan komunitas di tengah kehidupan urban yang sering kali penuh dengan batasan fisik dan sosial.

Dengan filosofi “keamanan kita adalah komunitas kita, keamanan Anda adalah komunitas Anda,” Anies mengundang masyarakat untuk terus membangun kota bukan hanya dengan infrastruktur yang baik, tetapi juga dengan rasa saling memiliki dan saling percaya.

Mampukah langkah yang dilakukan Anies ini menjadi model bagi daerah lain dalam mengembangkan hubungan antarwarga yang lebih harmonis? Hanya waktu yang akan menjawab, namun yang pasti, konsep kebersamaan seperti inilah yang dapat menjadi fondasi kuat bagi masa depan komunitas di perkotaan.