Reaktivasi Jalur Kereta Banjar–Pangandaran Dinilai Paling Siap, Pemprov Jabar Siapkan Skema Anggaran Bertahap
- Kamis, 24 April 2025

JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa jalur kereta api Banjar–Cijulang yang membentang menuju kawasan wisata Pangandaran menjadi kandidat paling realistis untuk direaktivasi dalam waktu dekat. Jalur ini diproyeksikan menjadi pionir dari lima lintasan kereta mati yang tengah dikaji untuk dihidupkan kembali sebagai bagian dari program peningkatan konektivitas dan pembangunan wilayah di Jawa Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman, menuturkan bahwa proses reaktivasi bukanlah hal yang mudah. Pemerintah daerah masih membutuhkan kajian menyeluruh dari berbagai aspek sebelum benar-benar mengeksekusi proyek tersebut.
“Tentu kondisi lapangannya beda-beda. Nantinya bersama Kemenhub dan PT KAI, kita akan mapping dan carikan solusi terbaik. Yang jelas, pembangunan harus memperhatikan kepentingan masyarakat,” ujar Herman.
Baca Juga
Jalur Banjar–Cijulang: Penghubung Strategis Kawasan Wisata Selatan Jabar
Jalur Banjar–Cijulang memiliki panjang sekitar 82 kilometer dan akan menjadi penghubung utama antara Kota Banjar dan kawasan wisata andalan Jawa Barat, yakni Pantai Pangandaran. Selama ini, Pangandaran belum memiliki akses langsung kereta api, sehingga wisatawan hanya bisa mengandalkan moda darat seperti bus dan mobil pribadi.
Pemprov Jabar melihat peluang besar dalam pembukaan kembali jalur ini, bukan hanya untuk mempercepat mobilitas, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di sektor pariwisata, UMKM, dan logistik.
“Reaktivasi ini bukan semata-mata proyek transportasi, tapi lebih kepada upaya membangun konektivitas dan ekonomi kawasan. Pangandaran memiliki potensi luar biasa,” kata Herman.
Lima Jalur Prioritas Reaktivasi di Jawa Barat
Jalur Banjar–Cijulang menjadi satu dari lima lintasan rel mati yang masuk dalam proyek besar reaktivasi oleh Pemprov Jawa Barat. Lima jalur tersebut adalah:
Bandung–Ciwidey (37,8 km)
Garut–Cikajang (28,2 km)
Rancaekek–Tanjungsari (11,5 km)
Cipatat–Padalarang (17 km)
Banjar–Cijulang (82 km)
Dari kelima jalur itu, Banjar–Cijulang dinilai paling memungkinkan untuk segera direaktivasi karena kondisi infrastruktur masih cukup terjaga dan nilai strategis wilayah yang dilewati.
Proyeksi Anggaran Capai Rp 15 Triliun
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat bahwa reaktivasi jalur kereta di seluruh wilayah tersebut membutuhkan anggaran yang tidak kecil. Total kebutuhan diperkirakan mencapai Rp 15 triliun. Angka tersebut masih merupakan proyeksi awal dan bisa berubah setelah kajian teknis lengkap selesai dilakukan.
“Untuk reaktivasi jalur di Jawa Barat, kebutuhan umumnya adalah kurang lebih Rp 15 triliun. Ini tentu harus didetailkan melalui perencanaan engineering (DED),” jelas Herman.
Herman juga menambahkan bahwa pendanaan proyek ini tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada APBD Jawa Barat. Oleh karena itu, pihaknya berharap dukungan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat agar beban fiskal daerah bisa ditekan.
“Nantinya tentu akan dilihat juga bagaimana kapasitas fiskal kita untuk memastikan proyek ini berjalan optimal,” ungkapnya.
Tantangan Reaktivasi: Relokasi Warga dan Dampak Sosial Budaya
Salah satu tantangan utama dalam proyek reaktivasi jalur kereta api adalah relokasi warga yang tinggal di sekitar atau di atas lahan rel yang mati. Pemprov Jabar mengaku tengah membahas solusi yang bersifat humanis dan berkeadilan agar proses pemindahan tidak menimbulkan konflik sosial.
Reaktivasi juga harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan hidup, budaya lokal, serta integrasi dengan proyek strategis nasional lainnya seperti jalan tol dan pelabuhan logistik.
“Aspek sosial, budaya, dan lingkungan tidak bisa diabaikan. Harus ada pendekatan partisipatif dengan masyarakat,” ujar Herman.
Kolaborasi dengan Kemenhub dan PT KAI
Pemprov Jabar tidak berjalan sendiri dalam menjalankan proyek reaktivasi ini. Mereka berkoordinasi intensif dengan Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku operator transportasi kereta api nasional. Kemenhub akan melakukan validasi teknis, sementara PT KAI bertanggung jawab dalam aspek pengelolaan operasional dan kesiapan sarana-prasarana.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten/Kota yang wilayahnya dilewati jalur reaktivasi akan dilibatkan secara langsung dalam tahapan sosialisasi, pemetaan sosial, hingga penyusunan anggaran berbasis prioritas lokal.
Efek Ekonomi: Dorong Investasi dan Buka Lapangan Kerja
Reaktivasi jalur Banjar–Pangandaran tidak hanya akan menghidupkan konektivitas, tapi juga diharapkan mendorong investasi swasta ke sektor perhotelan, kuliner, dan pariwisata berbasis lokal. Ribuan tenaga kerja baru diproyeksikan terserap dalam tahap pembangunan hingga pengoperasian.
Dampaknya juga dirasakan oleh pelaku UMKM di kawasan selatan Jabar yang selama ini mengalami kendala distribusi karena akses logistik yang terbatas.
Dukungan Masyarakat dan Akademisi
Sinyal positif juga datang dari masyarakat dan sejumlah akademisi transportasi. Warga di kawasan Tanjungsari, yang jalurnya juga termasuk dalam rencana reaktivasi, menyatakan dukungannya karena melihat potensi untuk penataan lalu lintas dan pengembangan kawasan pendidikan di Jatinangor.
Sementara para ahli transportasi dari beberapa perguruan tinggi di Bandung mendorong agar pemerintah juga mempersiapkan sistem intermoda yang saling terhubung agar jalur kereta reaktivasi ini tidak berdiri sendiri.
Jalur Banjar–Pangandaran Jadi Andalan Masa Depan Transportasi Selatan Jabar
Dengan potensi besar dan kesiapan infrastruktur yang relatif lebih baik dibanding lintasan lainnya, jalur Banjar–Cijulang disebut-sebut akan menjadi jalur pertama yang direaktivasi dalam proyek kebangkitan transportasi kereta api di Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat saat ini tengah menyusun skema pembiayaan bersama pemerintah pusat agar proyek ini tidak hanya menjadi mimpi di atas kertas, tetapi bisa terealisasi secara konkret dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
Jika tahapan reaktivasi berjalan lancar, bukan tidak mungkin kawasan selatan Jawa Barat akan segera menikmati kembali moda transportasi kereta api yang cepat, efisien, dan ramah lingkungan dalam beberapa tahun ke depan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.