Cina Luncurkan Kapal Produksi Minyak Terapung Berteknologi Penangkap Karbon: Inovasi Ramah Lingkungan Terkini

Cina Luncurkan Kapal Produksi Minyak Terapung Berteknologi Penangkap Karbon: Inovasi Ramah Lingkungan Terkini
Cina Luncurkan Kapal Produksi Minyak Terapung Berteknologi Penangkap Karbon: Inovasi Ramah Lingkungan Terkini

JAKARTA - Dalam langkah inovatif yang menandai kemajuan pesat di bidang teknologi ramah lingkungan, perusahaan asal China, COSCO, baru-baru ini meluncurkan kapal produksi dan penyimpanan minyak terapung pertama yang dilengkapi dengan sistem penangkap karbon (carbon capture). Teknologi canggih ini diharapkan dapat membantu mengurangi jejak karbon dari operasi minyak mentah yang selama ini menjadi sorotan dunia.

Kapasitas dan Teknologi Terdepan

Kapal ini memiliki kapasitas produksi yang mengesankan, yakni 120.000 barel minyak mentah per hari. Tidak hanya berfungsi sebagai alat produksi dan penyimpanan minyak, kapal ini juga dilengkapi dengan sistem penangkap karbon yang berfungsi untuk menangkap emisi dari bahan bakar yang digunakan selama pelayaran ke lokasi produksi, serta menangani emisi yang dihasilkan selama proses produksi minyak itu sendiri.

Mengutip laporan dari Oilprice.com, keberadaan teknologi penangkapan karbon ini menjadi fitur kunci kapal, yang diharapkan dapat berperan signifikan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. “Menara tinggi yang Anda lihat di sini sebenarnya adalah menara pengumpulan dan pemurnian untuk penangkapan karbon,” ujar Xu Xiaohua, sebagai Manajer Proyek Senior COSCO.

Fungsi dan Cara Kerja Sistem Penangkapan Karbon

Sistem penangkapan karbon pada kapal ini beroperasi dengan memanfaatkan menara pemurnian yang dirancang khusus. Di dalamnya, gas buang dialirkan melalui pipa yang ditandai hijau menuju menara tersebut. “Pipa yang diberi tanda hijau adalah titik masuk untuk gas buang, yang disedot ke dalam menara pemurnian oleh kipas. Di dalam menara, terdapat penyerap yang menangkap hidrokarbon dari gas buang, sehingga udara buangan yang dikeluarkan memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah,” jelas Xu Xiaohua lebih lanjut.

Dengan mengimplementasikan teknologi seperti ini, COSCO memposisikan diri sebagai salah satu pelopor dalam upaya dekarbonisasi industri perkapalan, yang telah lama dianggap sebagai salah satu sektor dengan emisi tinggi. Penggunaan teknologi penangkap karbon ini juga diharapkan dapat memodernisasi cara operasi minyak dan gas dilakukan di tengah peralihan menuju energi yang lebih bersih.

Kontroversi dan Tantangan

Baca Juga

Harga BBM di Apau Kayan Tembus Rp 60 Ribu per Liter, Pertamina: Itu Ulah Pengecer

Meski demikian, penggunaan teknologi penangkap karbon tidak lepas dari kontroversi. Beberapa kritik menyatakan bahwa meskipun teknologi ini dapat menurunkan emisi, tetap memungkinkan perusahaan minyak dan gas untuk melanjutkan operasi pengeboran dan produksi mereka, yang sebaliknya perlu dibatasi untuk mencapai target iklim global.

Untuk menyinggung topik ini, laporan dari Wood Mackenzie menunjukkan bahwa investasi global dalam teknologi penangkapan karbon diperkirakan akan meningkat drastis hingga mencapai hampir USD 200 miliar pada tahun 2034. Investasi ini terutama ditujukan untuk memperluas kapasitas penangkapan, transportasi, dan penyimpanan karbon.

Asia Pasifik: Pusat Pengembangan Teknologi Carbon Capture

Di sisi lain, laporan terbaru dari Rystad Energy tahun 2024 menunjukkan bahwa perhatian dunia kini mulai beralih ke Asia Pasifik sebagai pusat pengembangan teknologi penangkapan karbon. Negara seperti Australia, Malaysia, dan Indonesia dipandang sebagai pemain utama dalam inisiatif ini. Potensi besar untuk investasi di wilayah Asia Pasifik telah menarik perhatian banyak investor, dengan proyeksi investasi yang diperkirakan mencapai USD 15 miliar dalam dekade mendatang.

Kapal baru dari COSCO ini, dengan kemampuan menangkap karbon, menandakan fase baru dalam inovasi industri perkapalan dan produksi minyak. Dengan melakukan investasi yang berkelanjutan dalam teknologi hijau, diharapkan dapat menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan untuk tantangan energi di masa depan. Keberhasilan inisiatif seperti ini akan sangat bergantung pada dukungan yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat internasional, untuk memastikan transisi energi yang adil dan efektif.

Dengan perkembangan ini, COSCO tidak hanya menunjukkan komitmen pada tanggung jawab lingkungan tetapi juga menyiapkan diri dalam menyongsong masa depan industri minyak dan gas yang lebih ramah lingkungan. Bagaimana perkembangan selanjutnya dan apakah langkah ini akan mempercepat adopsi teknologi serupa di industri perkapalan lain masih harus dilihat, tetapi langkah COSCO dapat menjadi preseden penting bagi masa depan energi dunia.

Zahra

Zahra

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga BBM Masih Stabil hingga Akhir April 2025, Pertamina hingga Shell Belum Lakukan Penyesuaian

Harga BBM Masih Stabil hingga Akhir April 2025, Pertamina hingga Shell Belum Lakukan Penyesuaian

PLN Diusulkan Kembali Berikan Diskon Tarif Listrik untuk Masyarakat Menengah ke Bawah

PLN Diusulkan Kembali Berikan Diskon Tarif Listrik untuk Masyarakat Menengah ke Bawah

Bank Mandiri Siapkan 3.000 Rumah Murah Lelang Tahun 2025, Harga Mulai Rp 100 Jutaan: Solusi Hunian Terjangkau untuk Rakyat

Bank Mandiri Siapkan 3.000 Rumah Murah Lelang Tahun 2025, Harga Mulai Rp 100 Jutaan: Solusi Hunian Terjangkau untuk Rakyat

Indonesia dan Swiss Tingkatkan Kerja Sama Bilateral melalui Proyek PLTA untuk Mendorong Transisi Energi Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi Karbon

Indonesia dan Swiss Tingkatkan Kerja Sama Bilateral melalui Proyek PLTA untuk Mendorong Transisi Energi Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi Karbon

Listrik 24 Jam Kini Terang di Pulau Parit Karimun, Pemprov Kepri dan PLN Perkuat Kolaborasi Demi Pemerataan Energi

Listrik 24 Jam Kini Terang di Pulau Parit Karimun, Pemprov Kepri dan PLN Perkuat Kolaborasi Demi Pemerataan Energi