Indonesia Memperkuat Transisi Energi dan Ekonomi Hijau Melalui Kolaborasi Strategis dengan Komunitas Asia Zero Emission
- Senin, 24 Februari 2025

JAKARTA - Pada 21 Februari 2025, langkah besar diambil oleh Indonesia dalam memperkuat transisi energi dan memajukan ekonomi hijau dengan bergabung dalam Asia Zero Emission Community (AZEC). Langkah ini dipandang sebagai bagian penting dari upaya global untuk mencapai emisi nol bersih. AZEC menjadi platform utama yang melibatkan kolaborasi dengan negara-negara di kawasan Asia, termasuk Jepang, dengan tujuan mengurangi jejak karbon secara signifikan dan mempromosikan sumber energi terbarukan.
Pertemuan penting terjadi di Jakarta, dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, Chairman Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Tadashi Maeda, dan Duta Besar untuk Promosi AZEC, Takio Yamada. Pertemuan ini membahas perkembangan dan rencana tindak lanjut proyek-proyek yang berkaitan dengan energi hijau, berfokus pada percepatan transisi energi di Indonesia.
Peran AZEC dalam Transisi Energi Indonesia
Inisiatif AZEC berperan penting dalam strategi Indonesia untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga menekankan pentingnya AZEC dalam pembicaraan resmi antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru yang berlangsung pada Januari 2025. "Kolaborasi ini adalah langkah maju yang menentukan bagi Indonesia dalam berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim," ujar Airlangga Hartarto.
Kedua negara berkomitmen untuk segera mewujudkan proyek-proyek unggulan seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh. PLTP ini diharapkan menjadi pilar utama dalam transisi energi yang diusung oleh Indonesia sambil mewujudkan komitmen kepada AZEC.
Kerja Sama Strategis Indonesia-Jepang
Chairman JBIC, Tadashi Maeda, menyampaikan bahwa kerja sama yang telah dijalankan dengan Indonesia mengalami kemajuan signifikan. Sebagai contoh, kerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam pengembangan transmisi energi antara pulau Jawa dan Sumatera serta rencana strategis Jepang terkait energi baru terbarukan (EBT) diharapkan dapat menggandeng Indonesia. Selain itu, Tadashi Maeda menyampaikan optimisme terhadap kerja sama ini. "Kami berharap dukungan dari Indonesia dapat menciptakan ketahanan energi hijau yang jauh lebih berkelanjutan bagi kedua negara," ungkap Tadashi Maeda.
Komitmen Indonesia untuk Memajukan Proyek AZEC
Menko Airlangga menegaskan percepatan pengerjaan proyek-proyek energi hijau sangat penting, seperti pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Legok Nangka. Proyek ini diharapkan bisa menjadi model sukses yang menginspirasi inisiatif serupa di seluruh negeri. Selain itu, potensi besar untuk PLTS di Riau, pengembangan jaringan transmisi ASEAN Powergrid, serta penelitian dalam energi berbasis kelapa sawit untuk bahan bakar penerbangan juga akan menjadi fokus utama.
Salah satu langkah yang ingin diambil pemerintah adalah memfasilitasi proses "debottlenecking" atau penyelesaian hambatan yang ada dalam proyek-proyek, agar bisa segera diimplementasikan dan memberikan manfaat nyata. "Komitmen pemerintah adalah untuk memastikan proses ini berjalan lancar, sehingga proyek-proyek ini dapat segara direalisasikan untuk kesejahteraan masyarakat," jelas Airlangga Hartarto.
Kategori Proyek Energi dalam Kerangka AZEC
Pada pertemuan ini, peserta juga mendiskusikan status proyek-proyek dalam kerangka AZEC di Indonesia, yang dibagi menjadi tiga kategori utama:
1. Kategori I: Proyek-proyek yang sudah siap dilaksanakan secara komersial, seperti PLTP Muara Laboh, PLTSa Legok Nangka, dan pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
2. Kategori II: Proyek yang masih dalam tahap studi kelayakan namun memiliki potensi tinggi untuk dikomersialkan. Proyek ini termasuk pengembangan PLTA Kayan, pengelolaan lahan gambut, dan pembangunan jaringan transmisi Jawa-Sumatera.
3. Kategori III: Proyek-proyek dalam tahap uji coba dan penelitian awal, seperti teknologi baru tenaga panas bumi, produksi amonia hijau, serta pengembangan hidrogen dan biofuel untuk sektor transportasi.
Menko Airlangga berharap agar proyek-proyek yang saat ini berada di Kategori II dan III dapat segera dipercepat untuk naik ke Kategori I, sehingga manfaatnya dapat segera dirasakan oleh masyarakat dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.
Menguatkan Komitmen Indonesia kepada AZEC
Melalui pertemuan ini, Indonesia menunjukkan komitmen serius dalam mendukung proyek transisi energi berkualitas tinggi yang sangat sesuai dengan tujuan AZEC. Kerja sama ini tidak hanya difokuskan pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada penciptaan dampak positif langsung bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan ada dukungan yang kuat serta kemitraan yang solid, Indonesia berencana untuk memainkan peran penting dalam memimpin ekonomi Asia menuju arah yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Melihat potensi yang ada, Menko Airlangga optimis bahwa kerja sama bilateral Indonesia-Jepang dan inisiatif AZEC secara luas akan mempercepat pengembangan energi terbarukan dan implementasi teknologi hijau di kawasan ini. "Kami percaya, dengan kolaborasi ini, Indonesia dapat menjadi contoh utama ekonomi hijau di Asia," ucap Airlangga Hartarto, menyimpulkan pentingnya komitmen antarnegara dalam menjaga keberlanjutan lingkungan serta keberlanjutan energi di masa depan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.