
JAKARTA - Memanfaatkan lahan sempit di belakang rumah bukan sekadar solusi pemenuhan kebutuhan dapur, tetapi juga peluang bisnis yang menjanjikan. Inilah yang dibuktikan oleh Adi, seorang petani muda dari Nagori Karang Bangun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.
Berbekal pengalaman keluarga dan tanah seluas 6 rante, Adi menyulap pekarangan rumah menjadi kebun sawi yang produktif. Dalam waktu hanya 14 hari, hasil panen sayuran hijau itu mampu memberikan keuntungan hampir Rp2 juta, tanpa perlu mengeluarkan modal besar.
“Awalnya, orang tua saya yang memulai berkebun sawi ini. Sejak tahun 1960 kebun sawi ini sudah ada. Sekarang saya yang melanjutkannya,” ujar Adi.
Baca Juga
Kisah Adi menjadi inspirasi bagi banyak orang—terutama generasi muda yang ingin memulai usaha tani tanpa harus menunggu memiliki lahan luas atau modal besar. Lewat perawatan yang konsisten dan teknik yang tepat, lahan terbatas pun bisa menghasilkan panen yang menguntungkan.
Hasil Maksimal dari Modal Minim
Tak banyak petani yang mampu meraih keuntungan besar dalam waktu singkat dengan lahan terbatas. Namun Adi membuktikan bahwa hal itu sangat mungkin. Apalagi saat ini harga sawi di pasaran sedang tinggi, yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan para petani.
“Modal awal tidak terlalu besar. Tapi, melihat hasilnya sekarang, ini adalah investasi yang sangat menguntungkan,” jelasnya.
Di pasar, harga sawi hijau saat ini mencapai Rp12.000 hingga Rp15.000 per kilogram, sedangkan dari petani ke pengepul dihargai Rp10.000 per kilogram. Lonjakan harga ini tentu memberikan angin segar bagi petani seperti Adi.
Adi mengungkapkan, perawatan tanaman dilakukan cukup sederhana namun konsisten. Selama masa tanam dua minggu, ia melakukan pemupukan sebanyak dua kali serta penyemprotan rutin untuk menjaga kesehatan dan kesuburan tanaman.
Teknik Tanam yang Efisien
Meskipun menggunakan lahan yang terbatas, Adi tidak asal dalam menanam. Menurutnya, jarak tanam yang tepat, serta pemilihan jenis pupuk yang sesuai, menjadi kunci utama agar tanaman tumbuh dengan optimal. Ia memanfaatkan pupuk subsidi seperti urea dan posca untuk menjaga kesuburan tanah dan memberikan nutrisi yang cukup bagi tanaman.
“Selain faktor perawatan tanaman, kondisi tanah yang subur, pasokan air yang cukup, dan penggunaan pupuk subsidi, seperti urea dan posca, berkontribusi untuk hasil yang melimpah,” tuturnya.
Kesadaran akan pentingnya teknik budidaya yang baik ini pula yang membuat kebun sawi milik Adi tetap produktif dan menghasilkan panen berkualitas, bahkan di tengah keterbatasan ruang.
Bertani Sebagai Warisan dan Jalan Masa Depan
Menjadi petani bukanlah pilihan baru bagi Adi. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia pertanian, karena orang tuanya telah mengelola kebun sawi sejak tahun 1960. Kini, warisan itu dilanjutkan oleh Adi dengan semangat baru dan pendekatan yang lebih efisien.
Menariknya, Adi tidak sekadar mempertahankan usaha keluarga, tetapi juga memiliki rencana pengembangan untuk kebun sawi yang ia kelola. Ia ingin meningkatkan hasil panen dan memperluas skala usahanya dalam waktu dekat.
“Saya akan mengembangkan kebunnya lebih baik lagi dalam waktu dekat,” katanya mantap.
Langkah ini menunjukkan bahwa pertanian skala rumahan bisa menjadi sumber penghasilan yang serius jika dikelola dengan strategi yang tepat. Terlebih lagi, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap konsumsi sayuran segar, peluang pasar bagi produk-produk seperti sawi semakin terbuka lebar.
Inspirasi dari Belakang Rumah
Cerita Adi adalah pengingat bahwa keberhasilan tidak selalu dimulai dari sesuatu yang besar. Bahkan halaman belakang rumah pun bisa menjadi titik awal menuju usaha mandiri yang menguntungkan. Apa yang ia lakukan adalah bukti bahwa dengan tekad, disiplin, dan pemanfaatan sumber daya yang ada, siapa pun bisa menciptakan peluang.
Dengan kondisi harga sayur yang kompetitif dan dukungan dari program subsidi pupuk pemerintah, potensi sektor pertanian kecil semakin besar. Model pertanian seperti yang dilakukan Adi bisa menjadi contoh bagi banyak masyarakat desa lainnya untuk memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif.
Selain menjadi solusi ekonomi keluarga, praktik seperti ini juga turut mendukung ketahanan pangan lokal. Jika semakin banyak orang mengikuti jejak Adi, bukan tidak mungkin kawasan perdesaan bisa menjadi pusat produksi sayuran berkualitas tanpa harus bergantung pada pasokan dari luar daerah.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Liverpool Siap Tempur di Pramusim Tanpa Jota
- 16 Juli 2025
2.
Industri Sawit Rakyat Diperkuat di Kutai Timur
- 16 Juli 2025
3.
iPhone Bekas Juli 2025: Cek Harga Terbarunya
- 16 Juli 2025
4.
3 HP Oppo A Series Tahan Lama Harga Rp 3 Jutaan
- 16 Juli 2025