
JAKARTA - Gangguan distribusi elpiji 3 kilogram kembali menimbulkan keresahan di masyarakat Blitar. Sejumlah warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas bersubsidi tersebut dalam beberapa hari terakhir. Menyikapi situasi ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Blitar segera berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk Hiswana Migas dan Pertamina, untuk mencari solusi atas kelangkaan yang terjadi.
Masyarakat mulai merasakan dampak dari berkurangnya pasokan gas melon sebutan populer untuk elpiji 3 kilogram sejak awal pekan ini. Di sejumlah warung dan pengecer, tabung gas bersubsidi itu sudah tidak terlihat, bahkan sebagian warga harus berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan satu tabung elpiji.
Seorang warga Kecamatan Wlingi, Dwi (32), mengungkapkan bahwa ia harus mengantre sejak pagi hanya untuk mendapatkan satu tabung gas. “Biasanya beli di warung depan rumah, sekarang harus keliling ke tempat lain, itu pun belum tentu dapat,” ujarnya.
Baca Juga
Keluhan serupa juga disampaikan oleh beberapa pelaku usaha mikro, seperti penjual gorengan dan warung makan. Mereka mengaku operasional terganggu karena ketiadaan gas. “Saya jual gorengan, sehari butuh dua tabung. Ini dua hari enggak dapat sama sekali,” kata Rini (40), warga Kecamatan Kanigoro.
Merespons situasi ini, Kepala Disperindag Kabupaten Blitar, Suhendro Wibowo, menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam. Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi langsung dengan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) serta PT Pertamina Patra Niaga.
“Koordinasi dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kelangkaan dan memastikan distribusi berjalan lancar kembali,” ujar Suhendro. Menurutnya, berdasarkan pemantauan awal, kelangkaan ini terjadi bukan karena pengurangan kuota atau kelalaian dalam pendistribusian, melainkan akibat lonjakan permintaan di beberapa wilayah.
Suhendro menjelaskan bahwa lonjakan permintaan bisa dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perilaku panic buying dari masyarakat yang mendengar isu kelangkaan. Hal ini memicu pembelian dalam jumlah besar secara bersamaan, sehingga stok cepat habis di tingkat pengecer.
“Banyak masyarakat yang membeli dua atau tiga tabung sekaligus karena takut tidak kebagian. Ini yang mempercepat habisnya stok,” ungkap Suhendro.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihak Disperindag bersama Pertamina tengah menyiapkan operasi pasar atau penyaluran tambahan (extra dropping) ke wilayah-wilayah yang mengalami kekosongan. Upaya ini dilakukan agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dalam waktu dekat.
“Pertamina siap menyalurkan tambahan, kita sudah sampaikan titik-titik mana saja yang mengalami kekurangan. Diharapkan dalam waktu dekat distribusi kembali normal,” kata Suhendro.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan penimbunan dan tetap membeli elpiji sesuai kebutuhan. Pemerintah mengimbau warga agar tidak terpengaruh isu yang belum tentu benar, serta tetap tenang menghadapi situasi ini.
Sementara itu, Ketua Hiswana Migas Blitar, Imam Suryanto, menyampaikan bahwa pihaknya juga sedang melakukan evaluasi internal terkait distribusi elpiji. Ia menyebutkan bahwa distribusi dari agen ke pangkalan dan pengecer tetap berjalan, namun terjadi kendala teknis dalam penyaluran.
“Kami cek di lapangan, pengiriman tetap berjalan, hanya mungkin ada gangguan teknis seperti keterlambatan atau hambatan kendaraan. Tapi stok di agen sebenarnya ada,” kata Imam.
Ia menambahkan, masyarakat diharapkan membeli gas elpiji di pangkalan resmi untuk mendapatkan harga sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi), serta menghindari oknum pengecer yang menaikkan harga seenaknya.
Terkait harga, sejumlah warga mengaku bahwa tabung elpiji 3 kilogram kini dijual di atas HET. Jika sebelumnya dibeli seharga Rp16.000–Rp18.000 di pangkalan, kini harga di tingkat pengecer bisa mencapai Rp25.000–Rp30.000 per tabung.
“Kalau di warung sudah mahal. Biasanya Rp18.000, sekarang Rp28.000,” ujar Yuli, warga Kecamatan Talun.
Imam mengakui bahwa adanya lonjakan harga di pengecer di luar kontrol pihaknya karena pangkalan resmi hanya melayani penjualan sesuai ketentuan. Ia mendorong warga untuk membeli langsung ke pangkalan atau melalui jalur distribusi resmi.
“Pangkalan hanya boleh menjual sesuai HET, kalau di luar itu bukan tanggung jawab kami,” tegasnya.
Pihak Pertamina Patra Niaga wilayah Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) juga angkat bicara terkait fenomena ini. Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menyatakan bahwa Pertamina siap menambah pasokan jika memang diperlukan.
“Jika terjadi kelangkaan karena lonjakan permintaan, kami siap melakukan extra dropping untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Ahad.
Ia menegaskan bahwa distribusi elpiji 3 kilogram diatur berdasarkan kuota yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Namun jika ditemukan ketidaksesuaian antara kebutuhan dan pasokan, maka penyesuaian akan dilakukan.
“Kami terus berkoordinasi dengan Disperindag dan Hiswana Migas agar penyaluran berjalan lancar dan tidak menimbulkan gejolak di masyarakat,” tambahnya.
Disperindag Kabupaten Blitar bersama Hiswana Migas dan Pertamina akan terus memantau situasi di lapangan dan berkomitmen menuntaskan persoalan kelangkaan ini. Masyarakat diminta untuk tetap waspada, namun tidak panik. Pemerintah menjamin ketersediaan elpiji bersubsidi untuk masyarakat yang membutuhkan, serta akan mengambil tindakan tegas jika ditemukan pelanggaran distribusi atau penimbunan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
MIND ID Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
- 31 Juli 2025
3.
KPR BTN Gerakkan Ekonomi dan Perkuat Akses Rumah
- 31 Juli 2025
4.
BRI Fokus UMKM, Kredit Capai Rp1.416 Triliun
- 31 Juli 2025