BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim

BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim

JAKARTA - Perubahan iklim global bukan sekadar isu lingkungan, tapi sudah langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari di Indonesia. Hujan lebat dan fenomena cuaca ekstrem muncul bahkan di luar musim hujan, menunjukkan bagaimana kondisi iklim dunia memengaruhi pola cuaca nasional. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, menekankan bahwa pemanasan global mempercepat siklus hidrologi, sehingga curah hujan menjadi lebih deras dan tidak menentu.

“Pemanasan global mempercepat siklus hidrologi (menyebabkan) lebih banyak penguapan dan hujan lebih deras,” kata Guswanto. Menurutnya, perubahan ini juga memengaruhi durasi musim hujan di berbagai wilayah, membuat musim hujan cenderung lebih panjang dan intens. Tidak hanya itu, fenomena ini menciptakan pola ekstrem: kekeringan di satu daerah, sementara hujan deras melanda wilayah lain.

Guswanto menambahkan bahwa suhu maksimum meningkat, sedangkan suhu minimum menurun di beberapa lokasi. “Perubahan iklim membuat cuaca ekstrem lebih sering, lebih intens, dan lebih sulit diprediksi,” jelasnya. Prediksi BMKG menunjukkan cuaca ekstrem akan berlangsung hingga tiga hari ke depan, atau sekitar 21 Agustus 2025, terutama di wilayah barat dan tengah Indonesia.

Baca Juga

Hyundai Luncurkan Kendaraan Stargazer Cartenz dan Cartenz X di Bandung

Peringatan Dini dan Upaya Pemerintah

Sejak awal Agustus, BMKG telah mencatat peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah, sehingga peringatan dini dikeluarkan untuk beberapa daerah, termasuk Jakarta, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Papua. Sebagai langkah mitigasi, pemerintah juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mencegah potensi banjir dan gangguan aktivitas masyarakat.

Guswanto menjelaskan bahwa cuaca ekstrem saat ini dipicu oleh kombinasi fenomena atmosfer berskala lokal, regional, dan global. Salah satunya adalah Madden-Julian Oscillation (MJO), sistem cuaca tropis yang mendorong pembentukan awan hujan. Selain itu, Dipole Mode negatif (DMI) menyebabkan meningkatnya pasokan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia.

“Adanya labilitas atmosfer, udara yang tidak stabil memicu pertumbuhan awan hujan masif,” ujar Guswanto. Faktor lain yang memperkuat cuaca ekstrem adalah sirkulasi siklonik, bibit siklon tropis, serta suhu laut yang lebih hangat, yang semuanya berkontribusi terhadap pembentukan awan konvektif dan angin kencang.

Dampak Cuaca Ekstrem dan Kesiapsiagaan

Fenomena cuaca ekstrem tidak hanya soal hujan deras. Guswanto menekankan, naik turunnya suhu, angin kencang, dan potensi banjir memerlukan kewaspadaan masyarakat, terutama di kota-kota besar dan wilayah rawan bencana. Pihak BMKG secara rutin mengeluarkan peringatan melalui berbagai kanal, termasuk media sosial dan aplikasi resmi, untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi terkini.

Selain itu, pemerintah daerah juga meningkatkan koordinasi dengan lembaga terkait agar langkah antisipatif dapat dilakukan secara cepat. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), misalnya, dilakukan untuk mengurangi risiko banjir dan menjaga kegiatan masyarakat tetap lancar. Namun Guswanto menekankan, meski upaya mitigasi dilakukan, masyarakat tetap perlu waspada terhadap perubahan cuaca yang mendadak.

Faktor Global yang Memengaruhi Cuaca Indonesia

BMKG menyoroti bahwa fenomena global seperti pemanasan laut, perubahan pola angin, dan fenomena sirkulasi tropis memiliki dampak signifikan pada cuaca di Indonesia. Kondisi ini membuat prediksi cuaca semakin menantang. MJO dan DMI, misalnya, tidak hanya meningkatkan curah hujan, tetapi juga memicu angin kencang dan awan konvektif yang masif. Proses kondensasi yang dipicu oleh suhu laut hangat membuat hujan semakin deras dan ekstrem.

Guswanto menegaskan, kombinasi faktor lokal, regional, dan global ini membuat Indonesia mengalami cuaca yang lebih ekstrem, sulit diprediksi, dan terjadi lebih sering dibandingkan dekade sebelumnya. Dampak nyata sudah terlihat di berbagai wilayah, mulai dari banjir hingga perubahan pola panas dan dingin yang memengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Antisipasi Masyarakat

Masyarakat diimbau untuk selalu memperbarui informasi cuaca melalui aplikasi resmi BMKG atau media informasi terpercaya. Mengetahui prediksi cuaca, memahami risiko banjir, dan menyiapkan langkah mitigasi menjadi hal penting dalam menghadapi kondisi ekstrem. BMKG menekankan bahwa semua proses pencairan risiko, seperti Operasi Modifikasi Cuaca, dilakukan secara resmi dan tanpa biaya tambahan bagi masyarakat.

Dengan pemahaman yang tepat dan kesiapsiagaan masyarakat, dampak cuaca ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim dapat diminimalkan. Guswanto menyatakan, langkah antisipatif ini penting agar masyarakat tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan aman, meskipun kondisi cuaca tidak menentu.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Bansos KLJ Agustus 2025: Informasi Lengkap untuk Lansia DKI Jakarta

Bansos KLJ Agustus 2025: Informasi Lengkap untuk Lansia DKI Jakarta

Update Sembako Yogyakarta: Cabai Merah Besar Melonjak

Update Sembako Yogyakarta: Cabai Merah Besar Melonjak

Kementrian Perhubungan  Selesaikan Deregulasi Angkutan Barang 2025

Kementrian Perhubungan Selesaikan Deregulasi Angkutan Barang 2025

Panduan Lengkap Mengecek Jadwal Kereta Api 2025, Online dan Offline

Panduan Lengkap Mengecek Jadwal Kereta Api 2025, Online dan Offline

Suzuki Fronx, Primadona Baru Otomotif Nasional

Suzuki Fronx, Primadona Baru Otomotif Nasional