JAKARTA - Banyak pekerja muda di Indonesia menghadapi dilema yang sama setiap bulannya: gaji yang pas-pasan, pengeluaran yang terus meningkat, dan keinginan untuk menata masa depan melalui investasi. Di tengah tekanan ekonomi dan tingginya biaya hidup, tantangan untuk bisa menabung, apalagi berinvestasi, menjadi semakin nyata.
Namun, menurut para pakar keuangan, memulai investasi tak harus menunggu gaji besar. Justru, semakin cepat seseorang memulai kebiasaan finansial yang sehat, semakin besar peluang untuk membangun kekayaan di masa depan.
“Investasi bukan soal jumlah, tapi soal kebiasaan. Meskipun penghasilan terbatas, jika seseorang mampu mengatur keuangannya dengan disiplin, investasi tetap sangat memungkinkan,” kata Perencana Keuangan dari Finansialku, Melvin Mumpuni, dalam wawancaranya beberapa waktu lalu.
Berikut adalah tiga strategi cerdas yang bisa diterapkan untuk mulai berinvestasi, bahkan dengan gaji yang terbatas.
1. Buat Anggaran Keuangan yang Realistis dan Disiplin Terapkan
Langkah pertama dalam mengatur keuangan adalah membuat anggaran bulanan yang realistis. Mengetahui secara detail pemasukan dan pengeluaran akan membantu seseorang memahami ke mana saja uangnya mengalir. Dengan mencatat seluruh pengeluaran, baik besar maupun kecil, seseorang bisa mengidentifikasi area mana yang bisa dihemat.
Gunakan metode 50/30/20 sebagai pedoman sederhana:
-50% untuk kebutuhan pokok (makan, transportasi, sewa),
-30% untuk keinginan atau lifestyle (hiburan, nongkrong),
-20% untuk tabungan dan investasi.
Jika gaji Anda Rp 5 juta, maka alokasikan Rp 1 juta untuk investasi dan tabungan. Bila belum bisa mencapai 20%, mulailah dengan jumlah kecil seperti 5%-10%. Yang terpenting adalah konsistensi, bukan besarannya.
“Pengelolaan anggaran adalah fondasi utama dalam perencanaan keuangan. Tanpa disiplin dalam budgeting, investasi hanya akan jadi wacana,” ujar Melvin.
2. Sisihkan Dana Investasi di Awal, Bukan Akhir Bulan
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah menunggu sisa uang di akhir bulan untuk ditabung atau diinvestasikan. Padahal, pendekatan ini justru membuat kita lebih mudah tergoda untuk membelanjakan uang lebih banyak.
Solusinya, terapkan prinsip "pay yourself first" atau bayar diri sendiri terlebih dahulu. Begitu menerima gaji, langsung sisihkan porsi tertentu untuk investasi. Manfaatkan fitur autodebet yang tersedia di banyak aplikasi keuangan dan bank untuk secara otomatis memindahkan dana ke rekening investasi.
Dengan strategi ini, investasi menjadi prioritas, bukan sisa dari gaya hidup konsumtif.
“Kalau menunggu sisa, biasanya nggak akan ada yang tersisa. Maka dari itu, alokasi investasi harus dilakukan di awal,” tegas Melvin Mumpuni.
3. Pilih Instrumen Investasi yang Terjangkau dan Sesuai Profil Risiko
Banyak orang beranggapan bahwa investasi memerlukan modal besar. Padahal saat ini, berbagai platform digital telah memungkinkan investasi dimulai dari Rp 10.000 saja, seperti reksa dana, emas digital, atau bahkan saham fraksional.
Yang terpenting adalah memahami profil risiko pribadi, apakah konservatif, moderat, atau agresif. Bagi pemula, produk seperti Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi pilihan awal karena fluktuasinya rendah dan cocok untuk jangka pendek.
Selain itu, emas digital juga banyak diminati karena nilainya relatif stabil dan mudah dicairkan jika dibutuhkan. Sementara itu, saham bisa menjadi pilihan yang lebih agresif untuk jangka panjang, namun membutuhkan pengetahuan dan riset yang lebih mendalam.
“Pilihlah instrumen yang sesuai dengan tujuan dan jangka waktu investasi. Jangan ikut-ikutan tren tanpa tahu risikonya,” pesan Melvin.
Mindset Positif, Kunci dari Kebiasaan Keuangan yang Baik
Selain strategi teknis, mindset dan pola pikir juga memainkan peran penting dalam pengelolaan keuangan. Mulailah mengubah cara pandang dari "saya tidak mampu berinvestasi" menjadi "bagaimana saya bisa mulai berinvestasi dengan apa yang saya punya".
Menurut survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2023, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%. Angka ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memiliki pemahaman menyeluruh tentang pengelolaan keuangan dan investasi.
“Literasi keuangan harus terus ditingkatkan agar masyarakat tidak hanya menabung, tetapi juga mampu mengembangkan kekayaannya secara berkelanjutan,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.
Peran Teknologi: Mempermudah Akses dan Edukasi Finansial
Di era digital, akses terhadap investasi menjadi lebih mudah. Berbagai aplikasi investasi kini menyediakan fitur edukasi, simulasi investasi, hingga pilihan portofolio yang disesuaikan dengan profil pengguna. Fitur-fitur ini sangat membantu pemula dengan gaji terbatas untuk memahami dan memulai langkah awal berinvestasi.
Platform seperti Bareksa, Bibit, Ajaib, hingga layanan emas digital seperti Pluang dan Tokopedia Emas memberikan opsi yang terjangkau dan user-friendly.
Namun, penting untuk memilih platform yang terdaftar di OJK agar keamanan dana dan data pribadi tetap terjamin.
Gaji Terbatas Bukan Penghalang untuk Kaya
Berinvestasi bukan hanya untuk orang bergaji besar. Dengan strategi keuangan yang tepat, disiplin dalam anggaran, dan pemilihan instrumen investasi yang sesuai, siapa pun dapat memulai perjalanan menuju kemandirian finansial.
Yang paling penting adalah konsistensi dan kesabaran, karena investasi adalah permainan jangka panjang. Semakin cepat memulai, semakin besar keuntungan yang dapat dikumpulkan di masa depan.
“Kita tidak perlu kaya dulu untuk mulai berinvestasi. Justru dengan investasi, kita bisa menuju kemerdekaan finansial meski gaji terbatas,” tutup Melvin Mumpuni.