Bank Indonesia Optimalkan Kebijakan Stabilkan Rupiah, Menguat 1,13 Persen di Mei 2025

Kamis, 22 Mei 2025 | 08:38:56 WIB
Bank Indonesia Optimalkan Kebijakan Stabilkan Rupiah, Menguat 1,13 Persen di Mei 2025

JAKARTA  – Bank Indonesia (BI) berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah kondisi pasar keuangan global yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Hingga 20 Mei 2025, rupiah tercatat menguat sebesar 1,13 persen secara point-to-point terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dibandingkan posisi akhir April 2025. Penguatan ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional di tengah tantangan global yang masih berlangsung.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual pada Rabu, 21 Mei 2025 menyatakan bahwa penguatan rupiah ini didukung oleh serangkaian kebijakan stabilisasi yang konsisten dan terkoordinasi.

“Nilai tukar rupiah tetap stabil dan cenderung menguat, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia serta ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai mereda,” ujar Perry.

Kondisi Pasar dan Peran Bank Indonesia

Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan pasar keuangan global mulai menunjukkan tanda-tanda mereda. Perbaikan kondisi ini turut berkontribusi pada perbaikan nilai tukar rupiah. Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari langkah strategis Bank Indonesia yang terus aktif melakukan intervensi dan pengelolaan kebijakan moneter.

Menurut Perry, selain menguat terhadap dolar AS, rupiah juga menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia serta beberapa mata uang negara maju non-dolar AS.

“Rupiah cenderung menguat dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang dan negara maju non-dolar AS,” tambahnya.

Strategi Stabilisasi Nilai Tukar

Bank Indonesia menjalankan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas rupiah agar tidak terjebak dalam gejolak berlebihan, sekaligus memaksimalkan potensi penguatan mata uang nasional.

Salah satu langkah utama adalah intervensi pasar valuta asing secara terukur dan berkelanjutan, baik di pasar domestik maupun luar negeri. BI melakukan intervensi di pasar non-delivery forward (NDF) di luar negeri seperti di Hong Kong, Eropa, dan Amerika Serikat.

Di sisi lain, BI juga melakukan strategi travel intervention yang dilaksanakan di pasar spot domestik, pasar NDF dalam negeri, serta di pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).

“Untuk memperkuat stabilitas nilai tukar, BI terus mengintensifkan intervensi secara terukur dan berkelanjutan di pasar non-delivery forward (NDF) luar negeri, termasuk di Hong Kong, Eropa, dan Amerika Serikat,” jelas Perry.

Selain intervensi langsung di pasar valuta asing, Bank Indonesia juga mengoptimalkan berbagai instrumen moneter guna menarik investasi portofolio asing yang berkontribusi pada kestabilan rupiah.

Instrumen tersebut meliputi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

“Seluruh instrumen moneter terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi pasar uang yang pro-pasar,” tegas Perry.

Dukungan Fundamental Ekonomi

Penguatan dan stabilitas rupiah tidak hanya didorong oleh kebijakan moneter BI semata. Kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat turut memberikan landasan kokoh bagi pergerakan rupiah.

Inflasi yang terkendali, imbal hasil aset domestik yang kompetitif, dan prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif menjadi faktor pendukung utama.

“Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan tetap stabil dengan dukungan komitmen BI dalam menjaga stabilitas, imbal hasil yang menarik, inflasi yang terkendali, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik,” kata Perry.

Peran sektor eksternal juga signifikan, khususnya dari sisi neraca perdagangan Indonesia yang terus mengalami surplus. Hal ini mendorong masuknya devisa yang memperkuat posisi rupiah.

Implikasi Penguatan Rupiah bagi Ekonomi Nasional

Penguatan rupiah membawa sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Pertama, rupiah yang lebih kuat menurunkan biaya impor, sehingga harga barang impor yang masuk ke dalam rantai produksi dan konsumsi domestik menjadi lebih terjangkau.

Kedua, stabilitas rupiah memperkuat daya beli masyarakat, sehingga inflasi dapat dikendalikan dan konsumsi domestik tetap sehat.

Ketiga, kestabilan rupiah meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, terhadap pasar keuangan Indonesia. Hal ini mendorong masuknya investasi portofolio yang menambah likuiditas pasar dan cadangan devisa negara.

Namun, BI juga mewaspadai risiko apabila rupiah menguat terlalu tajam, yang dapat mengurangi daya saing produk ekspor Indonesia di pasar global.

Tantangan dan Prospek Ke Depan

Meskipun saat ini kondisi rupiah menunjukkan perbaikan, BI tetap waspada terhadap berbagai risiko eksternal yang dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar.

Ketidakpastian terkait kebijakan moneter di Amerika Serikat, konflik geopolitik, dan volatilitas harga komoditas dunia menjadi tantangan utama yang harus diantisipasi.

Perry Warjiyo menegaskan bahwa BI akan terus memonitor situasi secara cermat dan siap melakukan penyesuaian kebijakan yang diperlukan.

“Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas rupiah dan sistem keuangan nasional, dengan kesiapan mengambil langkah-langkah yang diperlukan menghadapi dinamika pasar global,” ujarnya.

Bank Indonesia berhasil menunjukkan kinerja positif dalam menjaga nilai tukar rupiah yang menguat 1,13 persen hingga 20 Mei 2025, di tengah ketidakpastian pasar global. Hal ini merupakan hasil dari strategi intervensi pasar terukur, pengoptimalan instrumen moneter, serta dukungan fundamental ekonomi domestik yang kuat.

Dengan komitmen yang konsisten dari BI dan dukungan dari berbagai pihak, rupiah diperkirakan akan terus stabil dan berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Terkini