JAKARTA — Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), yang merupakan kekuatan utama dalam pasar energi global, kembali menjadi sorotan dunia setelah analis Goldman Sachs memperkirakan langkah strategis mereka berikutnya. OPEC+ diprediksi akan kembali menaikkan produksi minyak mentah global sebesar 0,41 juta barel per hari (mb/d) pada Agustus 2025.
Prediksi ini mencuat dalam laporan yang dikutip dari Reuters pada Selasa, 03 Juni 2025, menyusul penguatan pasar spot, permintaan musiman yang menguat di musim panas, serta ketahanan ekonomi global. Kenaikan produksi ini disebut sebagai respons terhadap pasar minyak yang tetap ketat dan kebutuhan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.
“Fundamental pasar spot yang relatif ketat, data aktivitas global yang mengalahkan ekspektasi, dan dukungan musiman dari permintaan musim panas menunjukkan bahwa perlambatan permintaan yang diperkirakan tidak cukup tajam untuk menghentikan kenaikan produksi,” ujar Goldman Sachs dalam laporannya.
OPEC+ Bersiap Tingkatkan Produksi Minyak
Peningkatan produksi yang diperkirakan akan dilakukan pada Agustus 2025 ini, merupakan kelanjutan dari kebijakan yang telah disepakati sebelumnya oleh OPEC+. Pada bulan Juli, organisasi tersebut telah menyetujui peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari. Keputusan itu dilatarbelakangi oleh strategi kolektif untuk memperluas pangsa pasar serta memberikan sinyal disiplin kepada negara anggota dan pesaing seperti produsen minyak serpih di Amerika Serikat.
Langkah ini diperkirakan akan melibatkan delapan negara anggota utama yang memiliki kapasitas produksi cukup besar untuk merespons kebutuhan pasar. Mereka antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, dan beberapa negara dari kawasan Afrika dan Asia Tengah.
Permintaan Global Tetap Solid
Menurut laporan Goldman Sachs, kondisi pasar menunjukkan bahwa permintaan minyak dunia tetap tinggi, terutama di tengah musim panas di belahan bumi utara, yang secara historis memicu lonjakan konsumsi energi, baik untuk transportasi maupun pendinginan. Di sisi lain, belum tampak perlambatan signifikan dalam aktivitas ekonomi global, sehingga tekanan terhadap kebutuhan minyak mentah tetap besar.
“Ketahanan ekonomi global dan dukungan musiman akan terus memperkuat permintaan, terutama di sektor transportasi dan industri,” kata Goldman Sachs.
Mereka juga menyebut bahwa tekanan terhadap kapasitas cadangan membuat negara-negara produsen berupaya untuk menormalkan tingkat produksinya agar tetap mampu merespons lonjakan permintaan mendadak.
Stabilitas Produksi Dipertahankan Usai Agustus
Setelah potensi kenaikan pada Agustus, OPEC+ diprediksi akan menjaga stabilitas produksi hingga setidaknya akhir 2025. Goldman Sachs menilai bahwa pertumbuhan ekonomi global yang mulai melambat serta masuknya proyek-proyek produksi baru dari negara non-anggota seperti Guyana, Brasil, dan Norwegia akan memberi tekanan terhadap harga dan produksi dalam jangka menengah.
Langkah stabilisasi ini juga berkaitan dengan upaya menjaga kohesi internal OPEC+, yang kerap diuji oleh kepentingan nasional masing-masing negara anggota. Salah satu tantangan utama adalah mencegah produsen melakukan produksi berlebih demi keuntungan jangka pendek, yang bisa mengganggu harga pasar.
“Keputusan ini mencerminkan upaya jangka panjang OPEC+ untuk menormalkan kapasitas cadangan, menjaga kohesi internal organisasi, dan mendisiplinkan produsen minyak serpih di Amerika Serikat,” papar Goldman Sachs.
Prospek Harga Minyak dan Tantangan dari Energi Alternatif
Di tengah proyeksi peningkatan produksi ini, Goldman Sachs tetap berhati-hati dalam menilai pergerakan harga minyak. Lembaga keuangan ternama itu mempertahankan proyeksi harga minyak di kisaran US$56 hingga US$60 per barel pada 2025, meskipun faktor geopolitik dan gangguan pasokan sewaktu-waktu bisa memicu volatilitas harga.
Salah satu faktor penyeimbang yang dianggap krusial adalah pertumbuhan produksi dari sektor shale non-AS serta perlambatan transisi energi di negara maju. Kendati kendaraan listrik (EV) digadang-gadang sebagai pengganti dominan bahan bakar fosil di masa depan, kenyataannya penetrasi EV di negara Barat masih di bawah ekspektasi.
“Permintaan global diprediksi mengalami revisi moderat ke bawah, namun prospek kendaraan listrik (EV) yang lebih lambat dari perkiraan di pasar Barat memberikan ruang bagi minyak tetap dominan,” ujar Goldman Sachs.
Relevansi Strategi OPEC+ dalam Peta Energi Global
Langkah-langkah OPEC+ menunjukkan bahwa mereka masih memegang peranan vital dalam menentukan arah pasar minyak dunia. Di tengah transisi menuju energi bersih dan tekanan pengurangan emisi karbon, minyak mentah masih menjadi tulang punggung pasokan energi global, terutama di negara berkembang yang belum memiliki infrastruktur energi alternatif yang memadai.
Secara politis dan ekonomis, OPEC+ juga memainkan peran strategis dalam menyeimbangkan kepentingan pasar global dan nasional. Penyesuaian produksi yang hati-hati tidak hanya bertujuan untuk menjaga harga tetap kompetitif, tetapi juga memastikan keberlangsungan industri migas di tengah tekanan eksternal dan perubahan struktur permintaan energi global.