Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

Jumat, 13 Juni 2025 | 10:18:50 WIB
Tingkatkan Literasi Digital Petani, Rohul Siap Wujudkan Perkebunan Sawit Berkelanjutan

JAKARTA - Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau, yang dikenal sebagai Negeri Seribu Suluk, memiliki potensi besar dalam sektor perkebunan kelapa sawit. Namun, di tengah besarnya kontribusi perkebunan tersebut terhadap perekonomian daerah, literasi digital di kalangan petani sawit dinilai masih sangat rendah. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu pun menegaskan pentingnya peningkatan wawasan para petani agar sejalan dengan target nasional menuju perkebunan sawit berkelanjutan.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Kabid Sarana dan Prasarana Peningkatan SDM dan Kelembagaan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Rohul, Nur Ikhlas, dalam kegiatan Literasi Media dan Digital Petani Sawit yang digelar oleh Elaeis Media Group (EMG) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

"Rohul memiliki kebun kelapa sawit yang sangat luas di Provinsi Riau. Dari data yang kita dapat, ada 545 ribu hektare kebun kelapa sawit berdiri di sini. Atau sekitar 69 persen dari total luas Kabupaten Rohul adalah perkebunan kelapa sawit," kata Nur Ikhlas.

Dari total luas tersebut, sekitar 330 ribu hektare merupakan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh masyarakat atau petani mandiri. Sementara sisanya merupakan kebun milik perusahaan besar. Artinya, hampir setengah lebih penduduk Rohul menggantungkan hidupnya dari sektor perkebunan sawit.

Melihat besarnya kontribusi masyarakat terhadap sektor ini, Nur Ikhlas menekankan bahwa petani sawit di Rohul harus melek teknologi. Literasi digital dinilai menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan serta mendukung program pemerintah di sektor perkebunan sawit.

"Besarnya jumlah petani yang menggantungkan hidupnya di perkebunan kelapa sawit tentu harus diikuti dengan peningkatan literasi digital, agar mereka tidak tertinggal informasi dan perkembangan zaman," tambahnya.

Tantangan Petani Sawit di Rokan Hulu

Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih rendahnya pemahaman petani terkait teknologi digital. Salah satu dampak dari minimnya literasi digital ini adalah penggunaan bibit kelapa sawit tidak bersertifikat (abal-abal) yang banyak dipilih petani karena harga yang lebih murah. Padahal, bibit tersebut berdampak langsung pada rendahnya hasil produksi sawit.

"Kondisi saat ini boleh dikatakan mulai dari nol, di mana kebun yang ada sebagian besar menggunakan bibit abal-abal atau tidak bersertifikat karena minimnya pengetahuan petani. Sehingga produksi juga sangat rendah," jelas Nur Ikhlas.

Selain itu, rendahnya literasi digital membuat para petani sering kali tidak mengetahui adanya berbagai program pemerintah untuk mendukung peremajaan sawit rakyat. Banyak program dari BPDPKS yang disediakan secara online, sehingga tanpa pemahaman digital, petani kerap tidak bisa mengakses fasilitas tersebut.

“Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar bagi kita semua. Petani membutuhkan pemahaman tentang media digital agar tidak tergiur bibit murah, dapat membedakan bibit unggul dan abal-abal, serta dapat mengakses program yang dihadirkan pemerintah melalui BPDP yang kebanyakan melalui online,” paparnya.

Peran Sosialisasi Literasi Digital

Pemerintah Kabupaten Rohul menyambut baik dan mengapresiasi berbagai program sosialisasi literasi digital yang telah dilakukan oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah kegiatan Literasi Media dan Digital Petani Sawit yang diadakan oleh Elaeis Media Group (EMG) bekerja sama dengan BPDPKS.

Menurut Nur Ikhlas, kegiatan semacam ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan pengetahuan para petani sawit tentang perkembangan dunia digital. Dengan literasi digital yang baik, petani akan lebih mudah mengakses berbagai informasi penting terkait tata cara budidaya sawit yang baik, program pendanaan, hingga pemasaran hasil panen.

"Pemkab Rohul sangat terbantu dengan berbagai kegiatan sosialisasi mengenai media digital di lini petani sawit. Ini mendukung petani memahami perkembangan teknologi dan memanfaatkannya untuk pembangunan kebun kelapa sawitnya," tuturnya.

Tidak hanya soal peningkatan hasil produksi, literasi digital juga penting agar para petani dapat membangun praktik perkebunan sawit yang lebih ramah lingkungan. Salah satu syarat utama kelapa sawit berkelanjutan adalah adanya upaya petani dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kebun.

"Harapan kita tentu wawasan petani meningkat mengenai media digital itu. Sehingga petani terbantu dalam memaksimalkan kebun kelapa sawitnya tanpa mengesampingkan lingkungan," ujar Nur Ikhlas.

Literasi Digital untuk Sawit Berkelanjutan

Program kelapa sawit berkelanjutan menjadi salah satu prioritas nasional yang dicanangkan pemerintah melalui berbagai lembaga, termasuk BPDPKS. Salah satu aspek penting dalam konsep sawit berkelanjutan adalah prinsip keterlacakan (traceability), mulai dari bibit hingga proses pengolahan hasil panen.

Dengan meningkatnya literasi digital, para petani akan lebih mudah untuk terlibat dalam program Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang mensyaratkan transparansi dan tanggung jawab lingkungan. Selain itu, petani juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mencari informasi terkait harga tandan buah segar (TBS), praktik pertanian ramah lingkungan, dan tren pasar internasional.

Dalam konteks lokal Rohul, perbaikan dari hulu ke hilir di sektor perkebunan sawit diyakini akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengingat mayoritas masyarakatnya menggantungkan hidup dari sektor ini.

Pemerataan Sosialisasi

Meski program sosialisasi literasi digital sudah mulai berjalan, Nur Ikhlas menegaskan perlunya pemerataan pelaksanaan kegiatan tersebut di seluruh wilayah Rohul. Ia berharap ke depannya seluruh petani kelapa sawit di berbagai kecamatan juga bisa mendapatkan akses informasi dan pendampingan yang sama.

"Harapan kita sosialisasi ini dapat dirasakan semua petani. Sehingga pemahaman akan media digital merata didapat oleh petani kelapa sawit kita," tandasnya.

Selain pemerintah daerah, peran aktif lembaga swadaya masyarakat, media, dan organisasi petani seperti Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) juga sangat diharapkan dalam upaya mempercepat peningkatan literasi digital petani sawit.

Masa Depan Sawit Berkelanjutan di Rohul

Dengan total luas perkebunan sawit yang mencapai 545 ribu hektare, Rokan Hulu memiliki posisi strategis dalam mendukung capaian target sawit berkelanjutan nasional. Namun, tanpa peningkatan pengetahuan petani dan pemanfaatan teknologi digital, potensi tersebut akan sulit dioptimalkan.

Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, swasta, media, dan para petani menjadi sangat penting agar transformasi menuju perkebunan sawit berkelanjutan benar-benar bisa terwujud, tidak hanya di atas kertas tetapi juga di tingkat lapangan.

Rokan Hulu memiliki peluang besar untuk menjadi contoh sukses dalam pengembangan sawit berkelanjutan berbasis petani mandiri. Dengan dukungan program literasi digital yang merata dan berkelanjutan, impian tersebut bukan mustahil bisa tercapai dalam waktu dekat.

Terkini