Kapasitas Penyeberangan Ketapang Harus Ditambah

Rabu, 02 Juli 2025 | 09:23:21 WIB
Kapasitas Penyeberangan Ketapang Harus Ditambah

JAKARTA - Rencana rampungnya Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) diprediksi membawa dampak signifikan terhadap arus kendaraan yang menyeberang dari Jawa menuju Bali. Jika tidak diantisipasi sejak sekarang, lonjakan kendaraan akibat tol yang menghubungkan Probolinggo ke ujung timur Pulau Jawa ini dapat memicu kemacetan panjang di Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk.

Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo, mengingatkan pentingnya langkah antisipasi melalui penambahan kapasitas dermaga pada lintasan penyeberangan Ketapang–Gilimanuk. Ia menyampaikan hal ini saat melakukan kunjungan kerja ke Kantor Cabang ASDP Indonesia Ferry Ketapang.

“Penambahan minimal satu pasang dermaga, atau maksimal bisa dua hingga tiga pasang dermaga di Ketapang dan Gilimanuk sangat diperlukan,” tegas Bambang. Menurutnya, saat ini terdapat tujuh pasang dermaga di masing-masing sisi pelabuhan, namun belum cukup untuk melayani lebih dari 50 kapal yang terdaftar pada lintasan ini.

Dermaga Terbatas, Kapal Belum Optimal

Bambang menjelaskan, keterbatasan jumlah dermaga mengakibatkan hanya sekitar 30 kapal yang bisa beroperasi setiap hari. “Kapasitas dermaga yang ada saat ini hanya memungkinkan sekitar 30 kapal beroperasi dalam satu hari. Akibatnya, masih banyak kapal yang belum bisa dioperasikan secara maksimal,” paparnya.

Ia menekankan bahwa dengan bertambahnya dermaga, kapal-kapal yang saat ini lebih banyak diam ketimbang beroperasi dapat mulai diaktifkan. Frekuensi pelayaran pun meningkat, dan potensi antrean panjang kendaraan di pelabuhan dapat diminimalisasi. Hal ini penting, apalagi setelah tol Probowangi terhubung, lalu lintas kendaraan dari Jawa ke Bali pasti akan melonjak.

“Kalau tol Probowangi sudah terhubung ke pelabuhan, lalu lintas kendaraan dari Jawa ke Bali akan meningkat tajam. Ini harus diantisipasi sejak sekarang. Jika tidak, bisa terjadi overload yang menyebabkan kemacetan panjang,” tegas Bambang.

Load Factor Sudah 70 Persen, Risiko Kepadatan Mengintai

Data yang disampaikan Bambang juga menunjukkan bahwa tingkat keterisian (load factor) Pelabuhan Ketapang sudah menyentuh 70 persen. Angka ini dianggap cukup tinggi dan rentan melonjak, terutama saat periode libur panjang sekolah, libur akhir tahun, maupun libur Lebaran. Kondisi ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk segera melakukan langkah konkret.

“Kondisi load factor ini sangat rawan jika ada lonjakan tiba-tiba. Kita harus ingat, Ketapang–Gilimanuk adalah jalur vital distribusi logistik dan mobilitas wisatawan dari Jawa ke Bali,” lanjutnya.

ASDP Ketapang Akui Lonjakan Penumpang dan Kendaraan

General Manager ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Yani Andriyanto, mengonfirmasi adanya peningkatan signifikan penumpang dan kendaraan pada periode libur panjang sekolah tahun ini. Ia mencatat lonjakan sebesar 5–10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Khusus untuk angkutan barang, terjadi peningkatan sekitar 7 persen. Ini menunjukkan adanya pertumbuhan pergerakan logistik yang cukup signifikan dari Jawa ke Bali,” ungkap Yani.

Menurut Yani, tren kenaikan ini menjadi indikator kuat bahwa kebutuhan pengembangan fasilitas penyeberangan semakin mendesak. Jika tidak segera ditangani, pelabuhan bisa kewalahan menghadapi lonjakan kendaraan, terutama truk logistik dan kendaraan pribadi yang akan menyeberang ke Bali.

Penyeberangan Vital untuk Logistik dan Wisata

Penyeberangan Ketapang–Gilimanuk selama ini menjadi urat nadi penghubung Jawa-Bali. Selain menjadi jalur utama distribusi logistik, lintasan ini juga mengangkut ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin berkunjung ke Bali. Oleh karena itu, kelancaran layanan di lintasan ini berdampak langsung pada perekonomian daerah hingga nasional.

Peningkatan kapasitas dermaga diyakini tidak hanya membantu arus kendaraan pribadi dan penumpang, tetapi juga memastikan distribusi logistik berjalan lancar, termasuk bahan pangan, barang kebutuhan pokok, hingga bahan baku industri di Bali.

Dermaga Tambahan Jadi Solusi Jangka Panjang

Bambang menyarankan agar Kementerian Perhubungan bersama ASDP segera merumuskan rencana strategis penambahan dermaga. “Penambahan dermaga tidak hanya solusi untuk hari ini, tapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan Jawa Timur dan Bali,” ujar politisi yang dikenal vokal dalam isu transportasi laut ini.

Ia juga mengingatkan, konektivitas antarpulau harus terus diperkuat sebagai bagian dari upaya pemerataan pembangunan dan mendukung sektor pariwisata yang menjadi andalan perekonomian Bali. Bambang menambahkan, “Semakin baik infrastruktur penyeberangan, semakin tinggi daya saing daerah dan semakin besar multiplier effect yang dirasakan masyarakat.”

Dukungan Masyarakat dan Stakeholder Dibutuhkan

Sementara itu, Yani Andriyanto menegaskan ASDP siap mendukung rencana penambahan dermaga dan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, pusat, serta stakeholder terkait lainnya. Ia juga mengajak masyarakat pengguna jasa penyeberangan untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dengan tertib, terutama dalam menghadapi masa liburan panjang yang kerap memicu kepadatan.

“Kami mohon kerja sama semua pihak agar proses naik-turun kendaraan dan penumpang berjalan lancar, sehingga jadwal kapal bisa tepat waktu dan tidak menimbulkan penumpukan,” tutur Yani.

Dengan proyeksi selesainya tol Probowangi dalam waktu dekat, penambahan kapasitas penyeberangan Ketapang–Gilimanuk menjadi kebutuhan mendesak yang tidak boleh ditunda. Kesiapan infrastruktur akan menentukan kelancaran arus kendaraan dan barang yang melintasi dua pulau strategis di Indonesia ini.

Terkini

Crypto Whale Bidik Tiga Altcoin Juli 2025

Kamis, 03 Juli 2025 | 07:04:59 WIB

PLTGU Muara Tawar, Simbol Energi Hijau PLN

Kamis, 03 Juli 2025 | 07:08:36 WIB

Optimisme Target Lifting Minyak 2026

Kamis, 03 Juli 2025 | 07:10:48 WIB

Upaya Konversi Energi Perkuat Kuota BBM

Kamis, 03 Juli 2025 | 07:15:15 WIB