JAKARTA - Kebiasaan minum teh setelah makan sudah melekat dalam budaya masyarakat. Banyak orang melakukannya karena merasa rileks setelah menyantap makanan berat. Namun, di balik kenikmatan secangkir teh yang diminum setelah makan, muncul pertanyaan: apakah kebiasaan ini sebenarnya berdampak buruk bagi penyerapan nutrisi?
Pertanyaan ini cukup sering muncul di tengah masyarakat, terutama ketika dikaitkan dengan risiko anemia. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah efek kandungan tanin dalam teh yang disebut-sebut mampu menghambat penyerapan zat besi dari makanan.
Namun, benarkah minum teh setelah makan bisa berbahaya bagi kesehatan?
Dokter Dion Haryadi memberikan penjelasan melalui unggahan yang dibagikannya di media sosial. Ia menyatakan bahwa memang benar tanin dalam teh memiliki potensi mengganggu penyerapan zat besi, tetapi prosesnya tidak sesederhana itu.
Efek Tanin dalam Teh terhadap Zat Besi
“Tanin pada teh memang bisa mengurangi penyerapan zat besi, yang lama kelamaan menyebabkan anemia defisiensi besi. Tapi nggak sesimpel itu juga (prosesnya),” ujar dr Dion.
Menurutnya, dampak tanin terhadap penyerapan zat besi sangat bergantung pada beberapa faktor, mulai dari jumlah teh yang dikonsumsi, waktu konsumsinya, serta apakah seseorang termasuk dalam kelompok yang berisiko kekurangan zat besi.
Kelompok yang termasuk populasi berisiko defisiensi zat besi antara lain adalah bayi dan anak-anak, remaja perempuan, wanita usia produktif, ibu hamil dan menyusui, serta orang-orang dengan pola makan rendah zat besi seperti vegetarian.
Bagi orang-orang di luar kelompok tersebut, dr Dion menegaskan bahwa konsumsi teh setelah makan tidak serta-merta menyebabkan masalah kesehatan.
“Kalau konsumsi tehmu tidak berlebihan dan nggak sering, terus kamu juga tidak termasuk dalam populasi berisiko, maka minum teh setelah makan seharusnya aman,” ungkapnya.
Mitos Tentang Teh dan Protein
Selain isu zat besi, belakangan muncul pula klaim bahwa minum teh usai makan bisa mengganggu penyerapan protein. Namun menurut dr Dion, anggapan ini tidak tepat.
“Proteinnya tetap bisa terserap kok,” tegasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa teh tidak secara langsung merusak atau menetralkan seluruh kandungan gizi dalam makanan. Penyerapan nutrisi tetap terjadi, hanya saja untuk zat besi, efek tanin bisa memengaruhinya pada kondisi tertentu.
Tips Aman Bagi Pecinta Teh
Bagi orang yang gemar minum teh namun ingin tetap menjaga kesehatan dan penyerapan nutrisi, ada sejumlah kiat praktis yang bisa diterapkan.
Pertama, penting untuk memastikan asupan makanan tinggi zat besi tercukupi. Beberapa sumber makanan yang kaya zat besi antara lain daging merah, sayuran berdaun hijau, jeroan, tahu, kacang-kacangan, serta seafood.
Kedua, bagi mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko anemia defisiensi besi, disarankan untuk tidak mengonsumsi teh terlalu dekat dengan waktu makan. Memberi jeda sekitar satu jam antara makan dan minum teh dapat membantu meminimalkan gangguan penyerapan zat besi.
“Kasih jarak setidaknya 1 jam antara waktu makan dan minum teh. Pertimbangkan juga suplementasi zat besi untuk remaja wanita dan wanita usia produktif. Saran dari WHO adalah 30-60 mg per hari selama 3 bulan,” kata dr Dion.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa untuk dosis suplementasi yang lebih tinggi, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Langkah ini penting agar konsumsi zat besi tidak melebihi kebutuhan tubuh dan tetap berada dalam batas aman.
Masalah Gizi Bukan Cuma Soal Teh
dr Dion mengingatkan bahwa masalah gizi tidak seharusnya hanya dilihat dari satu kebiasaan, seperti minum teh. Fokus pada satu hal semata dapat menyesatkan dan mengaburkan akar permasalahan yang sebenarnya.
Menurutnya, pola makan yang buruk masih menjadi penyebab utama dari banyak gangguan nutrisi, termasuk defisiensi zat besi. Banyak orang yang tidak memenuhi kebutuhan gizi harian secara seimbang, sehingga tubuh pun lebih rentan terhadap kekurangan nutrisi penting.
Oleh karena itu, pendekatan terhadap pola makan sehat sebaiknya tidak hanya menyoroti minuman seperti teh, tetapi melihat keseluruhan konsumsi makanan, mulai dari kuantitas, kualitas, hingga variasi sumber nutrisi yang diasup setiap hari.
Kekhawatiran mengenai bahaya minum teh setelah makan memang ada dasarnya, terutama terkait kandungan tanin yang bisa memengaruhi penyerapan zat besi. Namun, dampaknya tidak terjadi secara instan dan hanya akan menjadi masalah serius bila dikombinasikan dengan pola makan yang buruk atau terjadi pada kelompok yang rentan mengalami defisiensi zat besi.
Selama konsumsi teh tidak dilakukan secara berlebihan dan diatur jaraknya dengan waktu makan, kebiasaan ini masih tergolong aman. Bahkan, dengan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat, teh tetap bisa menjadi bagian dari rutinitas yang menyenangkan tanpa harus mengorbankan kesehatan tubuh.
Bagi yang ingin tetap menikmati teh tanpa risiko kekurangan zat besi, cukup lakukan penyesuaian kecil, seperti memperhatikan waktu minum dan memastikan asupan zat besi tetap terpenuhi. Maka, teh bisa tetap dinikmati tanpa rasa khawatir.