Meningkatkan Efisiensi Perbankan Indonesia Melalui Distributed Database: Kunci Transformasi Digital
- Selasa, 18 Februari 2025

JAKARTA - Dalam era transformasi digital yang makin berkembang pesat, sektor perbankan di Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang harus diantisipasi secara cermat. Menurut laporan baru yang dikeluarkan oleh IDC Infobrief dan disponsori oleh TiDB, bank-bank di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kini lebih memprioritaskan peningkatan ketahanan infrastruktur. Namun, masalah yang mencuat adalah 50% dari data mereka masih tidak terstruktur, sehingga membatasi kemampuan inovasi dan menghambat skalabilitas.
Teknologi telah menjadi pendorong utama dalam meningkatkan ketahanan, efisiensi biaya, dan kecepatan operasional. Di seluruh Asia Tenggara, terdapat sebuah dorongan kuat untuk memanfaatkan teknologi keuangan terhubung, atau dikenal sebagai connected finance. Sebuah survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) menunjukkan bahwa 68% bank di kawasan ini sudah memulai proses digitalisasi untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah mereka. Di samping itu, 56% dari responden survei menggarisbawahi pentingnya digitalisasi untuk memperbaiki efisiensi operasional dan 41% menyatakan bahwa digitalisasi penting untuk memperluas basis pelanggan.
Tidak terkecuali, transformasi digital juga melanda sektor perbankan di Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan berfokus pada peningkatan kenyamanan nasabah dan penyempurnaan sistem internal mereka. Sebagian bank telah beralih ke solusi terintegrasi yang memungkinkan nasabah untuk mengakses layanan perbankan mereka lebih mudah, misalnya dengan menghubungkan rekening bank ke e-wallet.
Satu teknologi yang dianggap krusial dalam mendukung upaya connected finance ini adalah distributed database. Teknologi ini dikenal mumpuni dalam meningkatkan skalabilitas, kecepatan analitik, dan ketahanan sistem tanpa mengorbankan keamanan. Distributed database mampu mengatasi berbagai tantangan di bidang data dengan mendukung pemrosesan data core, menopang sistem periferal, dan memperbaiki infrastruktur perbankan yang terhubung.
“Distributed database memainkan peranan penting dalam mempercepat pertumbuhan bisnis. Teknologi ini meningkatkan efisiensi operasional dengan mengurangi waktu batch processing hingga 58% serta mengatasi kendala performa dan kapasitas. Selain itu, distributed database dapat menurunkan total biaya kepemilikan secara signifikan mencapai lebih dari 30%, menawarkan arsitektur backend yang lebih efisien dan mengurangi biaya operasional,” ujar Arwinto P. Nugroho, Country Head dari PingCAP Indonesia.
Data terkini dari IDC mengungkapkan bahwa 68% Chief Information Officer (CIO) di Asia menganggap analitik data sebagai prioritas utama. Teknologi distributed database, dengan keluwesannya, menawarkan solusi pengelolaan data yang lebih efektif, memberikan kesempatan analisis real-time yang menunjang kecepatan dan skalabilitas operasional. Namun, 44% CIO juga mengutarakan bahwa risiko migrasi tetap menjadi hambatan besar dalam perjalanan transformasi digital mereka. Pada konteks ini, migrasi dari MySQL ke sistem distributed database dianggap aman dan cepat.
Di Indonesia, tantangan utama dalam implementasi distributed database mencakup kurangnya tenaga kerja terampil (70%), ketergantungan pada infrastruktur lama (63%), risiko operasional selama migrasi (47%), ketahanan operasional (40%), resistensi dari manajemen puncak (23%), dan ketidakcocokan vendor (23%).
Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, sektor perbankan Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah strategis. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Pemilihan Mitra yang Tepat: Bank harus mencari mitra yang dapat membimbing mereka melalui perjalanan transformasi digital yang kompleks.
2. Peningkatan Akses Data: Struktur basis data yang ada saat ini sering kali membatasi akses terhadap data historis. Dengan distributed database, akses kepada data historis dapat ditingkatkan yang memungkinkan terjadinya hyper-personalization layanan.
3. Strategi Migrasi yang Aman: Ketika memindahkan data ke distributed database, bank harus memilih opsi migrasi dengan risiko rendah untuk memastikan keamanan dan integritas data.
4. Implementasi Cloud yang Siap: Distributed database secara inheren lebih tangguh, terutama ketika diimplementasikan di lingkungan cloud yang terkontrol.
5. Penghematan Biaya: Struktur lisensi distributed database dapat membantu bank mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi layanan.
Melalui proses transformasi digital dengan database terdistribusi, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan kapabilitas digital mereka secara efektif. "Dengan mengadopsi solusi data terdistribusi, bank-bank di Indonesia dapat membuka efisiensi baru, meningkatkan pengalaman nasabah, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sistem yang semakin terhubung," pungkas Arwinto.
Pasar Asia Tenggara melanjutkan transisi ke connected finance, dengan pendapatan yang diperkirakan mencapai US$57 miliar. Untuk mencapai pertumbuhan ini, bank diharuskan mengatasi kendala dalam manajemen data yang dihadapi 52% responden survei IDC.
Kesimpulannya, di tengah kemajuan connected finance, distributed database bukan hanya menjadi keuntungan, tetapi kebutuhan mendesak bagi sektor keuangan untuk dapat bersaing di era digital. Solusi ini tidak hanya relevan untuk meningkatkan operasional dan efisiensi, namun juga memberikan arah baru bagi bank dalam menyediakan layanan nasabah yang lebih baik dan berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.