Saham Bank Raksasa Melambung, Optimisme Meningkat Didukung Aksi Buyback
- Selasa, 18 Februari 2025

JAKARTA - Pergerakan saham sektor perbankan belakangan ini menunjukkan tren positif yang menggembirakan. Di tengah ketidakpastian global, sektor perbankan mendapatkan angin segar melalui aksi buyback yang dilakukan oleh beberapa bank besar tanah air. Pada sesi perdagangan Selasa, 18 Februari 2025, harga saham bank-bank raksasa kembali mengalami penguatan. Hal ini menandakan kembali tumbuhnya optimisme dari investor, baik domestik maupun asing.
Sentimen Positif Mendorong Kebangkitan Saham
Kenaikan saham perbankan tidak hanya didorong oleh masuknya kembali investor asing, tetapi juga berbagai sentimen positif yang menyertai sektor ini. Salah satunya adalah solidnya pertumbuhan kinerja keuangan perbankan, yang mampu bertahan secara stabil meskipun sebelumnya sempat mengalami penurunan tajam.
Kinerja keuangan yang solid, khususnya dengan Non-Performing Loan (NPL) yang terjaga dan pertumbuhan kredit yang berkesinambungan, menjadikan investor lokal kian melakukan aksi beli. “Non-performing loan kami tetap terkendali, dan ini memberikan keyakinan kepada para pemegang saham mengenai pertumbuhan jangka panjang,” ungkap Direktur Keuangan salah satu bank BUMN.
Aksi Buyback Menambah Optimisme
Tak hanya kinerja keuangan yang solid, tiga bank pelat merah melakukan aksi korporasi berupa buyback saham, yang menjadi pendorong utama optimisme di pasar. Aksi ini menunjukkan bahwa pihak perbankan yakin terhadap potensi pertumbuhan mereka di masa depan.
Bank BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) salah satunya, yang merencanakan buyback saham senilai Rp 3 triliun. Manajemen menyebutkan aksi ini bertujuan untuk program kepemilikan saham oleh pekerja serta direksi dan dewan komisaris, sebagai upaya meningkatkan keterlibatan pekerja dalam keberlanjutan kinerja perusahaan. “Kami telah melaksanakan buyback sesuai POJK, dan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat fundamental perusahaan,” sebut manajemen BRI.
Bank BNI
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga meningkatkan nilai rencana buyback mereka hingga maksimum Rp 1,5 triliun, atau 10% dari total modal disetor. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menyatakan buyback ini dilakukan meskipun kinerja bank cukup baik secara tahunan. Hal ini diambil di tengah tekanan saham akibat sentimen negatif dari hasil pemilu AS 2024 lalu. Rencana buyback ini akan dibahas lebih lanjut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Maret 2025 mendatang.
Bank Mandiri
Sementara itu, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan buyback senilai Rp 1,17 triliun. Manajemen menyatakan bahwa pelaksanaan langkah ini bertujuan untuk memperkuat keyakinan terhadap nilai dan prospek jangka panjang perseroan. RUPS untuk membahas ini dijadwalkan pada 25 Maret 2025 dan jika disetujui, buyback akan berlangsung selama 12 bulan.
Sinyal Dividen Jumbo Menguatkan Sentimen Pasar
Optimisme di sektor perbankan semakin kuat dengan adanya sinyal dividen jumbo yang akan dibagikan. Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa dividen dari BUMN bisa mencapai Rp 300 triliun pada 2025, berdasarkan laporan dari Menteri BUMN Erick Thohir. Presiden mengindikasikan bahwa pemerintah akan menggunakan Rp 200 triliun dari setoran tersebut untuk anggaran negara, sementara sisanya akan dikembalikan ke BUMN dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).
Perusahaan pelat merah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah memberikan sinyal positif terkait rasio dividen. Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa BRI berencana membagikan dividen dengan rasio sekitar 80% hingga 85%. Pihak BRI yakin dengan kecukupan modal mereka, yang tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 26%.
Sedangkan Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, memperkirakan rasio dividen berkisar antara 55% hingga 60%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 50%. “Laba yang kami capai memungkinkan kami untuk meningkatkan rasio dividen, tentunya setelah keputusan final di RUPS,” jelas Royke.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo, mencatat bahwa pihaknya akan menjaga rasio dividen di level 60% sesuai arahan Kementerian BUMN. “Kinerja kita stabil, sehingga bisa dipertahankan dividen seperti tahun lalu,” tambah Direktur Utama Mandiri, Darmawan Junaidi.
Dengan berbagai faktor pendorong ini, sentimen positif bagi saham-saham perbankan big caps pun menguat, membuka jalan menuju tren bullish. Kebangkitan ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pergerakan positif di sektor perbankan ini diharapkan terus berlanjut, seiring dengan strategi buyback serta pembagian dividen yang memberikan kepercayaan pada para investor terhadap potensi pertumbuhan perbankan Indonesia ke depan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.