Rendah Gairah Pelaku Jasa Keuangan untuk Terlibat dalam Bisnis Bank Emas, Apa Penyebabnya?
- Jumat, 21 Februari 2025

JAKARTA - Bisnis bank emas di Indonesia tampaknya tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari pelaku jasa keuangan. Meski potensi pasar untuk layanan ini cukup besar, gairah institusi keuangan untuk berpartisipasi dalam bisnis tersebut masih terbilang rendah. Hal ini tentu menarik untuk ditelaah lebih lanjut, mengingat popularitas emas sebagai instrumen investasi yang terus berkembang, baik di tingkat domestik maupun internasional.
Pada dasarnya, bank emas adalah institusi keuangan yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi emas, baik dalam bentuk fisik maupun digital. Bisnis ini menjanjikan peluang menarik, mengingat emas dikenal sebagai komoditas yang relatif stabil dan menjadi pilihan bagi banyak investor untuk melindungi aset mereka dari inflasi dan ketidakpastian pasar. Namun, meskipun potensi tersebut ada, para pelaku jasa keuangan tampaknya masih enggan terlibat secara signifikan dalam sektor ini.
Mengapa Pelaku Jasa Keuangan Enggan Terlibat?
Baca JugaBatasi Transaksi Tunai, Pemerintah Dorong Digitalisasi Demi Tingkatkan Penerimaan Pajak
Para pelaku jasa keuangan yang telah memiliki pengalaman dalam bidang perbankan dan investasi, seharusnya melihat bank emas sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Namun, kenyataannya banyak yang masih memilih untuk tidak terjun ke dalam pasar ini. Menurut sejumlah pengamat industri, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat pelaku jasa keuangan untuk bergabung dalam bisnis bank emas.
Salah satunya adalah tingginya volatilitas harga emas yang seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi bank-bank besar dalam menawarkan produk berbasis emas. Bank-bank yang sudah mapan umumnya lebih memilih untuk fokus pada produk-produk finansial yang lebih stabil dan telah teruji seiring waktu, seperti simpanan tabungan, deposito, dan pinjaman. Meskipun emas sering dianggap sebagai instrumen lindung nilai, fluktuasi harga yang tajam kadang membuat pelaku pasar khawatir akan dampak negatif terhadap kestabilan bisnis mereka.
"Meskipun pasar emas memiliki potensi besar, kami harus mempertimbangkan risiko volatilitas harga yang bisa sangat mempengaruhi portofolio kami. Sebagian besar bank lebih memilih untuk tetap beroperasi dalam sektor yang lebih stabil," kata Rina Pramudita, seorang analis industri keuangan yang telah berpengalaman di sektor perbankan.
Selain itu, regulasi yang belum memadai juga menjadi salah satu hambatan utama dalam pengembangan bisnis bank emas. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki regulasi yang jelas dan terstruktur terkait dengan operasional bank emas. Ketidakpastian hukum ini membuat banyak pelaku jasa keuangan merasa ragu untuk berinvestasi dalam sektor ini, meskipun potensi keuntungan jangka panjang bisa sangat besar. Tanpa adanya landasan hukum yang kuat, mereka takut menghadapi tantangan di masa depan yang mungkin bisa merugikan.
Tantangan Dalam Pengembangan Bank Emas
Meskipun ada sejumlah kendala, beberapa pihak menyebutkan bahwa pengembangan bank emas di Indonesia masih bisa berjalan dengan lancar jika regulasi yang lebih jelas diterapkan. Masyarakat Indonesia sendiri, menurut beberapa survei, menunjukkan minat yang tinggi terhadap emas sebagai instrumen investasi. Bahkan, data menunjukkan bahwa jumlah pembelian emas digital, yang dapat dibeli dengan mudah melalui aplikasi, mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, tantangan utama bukan hanya pada ketidakpastian regulasi atau volatilitas harga emas. Hal lainnya adalah kurangnya edukasi dan pemahaman masyarakat mengenai cara berinvestasi dalam emas, serta bagaimana bank emas dapat memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan cara tradisional. Banyak masyarakat yang masih lebih nyaman berinvestasi emas dalam bentuk fisik, seperti membeli perhiasan atau batangan emas, karena lebih mudah dipahami dan tidak memerlukan teknologi atau prosedur rumit.
"Kami percaya bahwa jika ada peningkatan kesadaran dan pemahaman mengenai keuntungan investasi emas digital melalui bank emas, maka pasar akan berkembang pesat. Namun, hal ini memerlukan upaya edukasi yang lebih intensif," ujar M. Syamsudin, seorang praktisi di sektor perbankan yang juga memiliki pengalaman di dunia investasi emas.
Bank Emas Digital: Peluang di Tengah Ketidakpastian
Di tengah rendahnya gairah pelaku jasa keuangan untuk terlibat langsung dalam bisnis bank emas, muncul model baru yang berfokus pada emas digital. Konsep bank emas digital ini bertujuan untuk menghubungkan investor dengan produk emas melalui platform online yang memungkinkan transaksi jual beli emas secara lebih mudah dan cepat. Sistem ini menawarkan keuntungan berupa kemudahan akses dan pengelolaan investasi emas secara praktis.
Dengan bank emas digital, investor dapat membeli emas dengan nominal kecil, bahkan mulai dari seratus ribu rupiah, dan menjualnya kembali kapan saja tanpa perlu khawatir tentang penyimpanan fisik emas tersebut. Model bisnis ini cukup populer di beberapa negara maju, dan Indonesia mulai menunjukkan tren serupa, meski masih terbatas pada beberapa aplikasi fintech.
Salah satu contoh perusahaan fintech yang sukses di pasar Indonesia adalah Tamasia, sebuah platform yang memfasilitasi transaksi emas digital. Tamasia menyediakan layanan bagi masyarakat untuk membeli, menyimpan, dan menjual emas dengan sistem yang mudah digunakan melalui aplikasi mobile. Tamasia telah mengedukasi masyarakat Indonesia tentang keuntungan berinvestasi emas digital, dengan tujuan untuk menjadikan emas sebagai instrumen investasi yang lebih mudah diakses oleh semua kalangan.
"Kami melihat tren yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang semakin tertarik untuk berinvestasi emas melalui platform digital. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi yang kami lakukan mulai membuahkan hasil," kata Sigit Pramono, CEO Tamasia.
Peran Regulator Dalam Mendorong Perkembangan Bank Emas
Selain dari sisi pelaku pasar, peran regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat penting dalam mendorong pengembangan bank emas di Indonesia. Regulasi yang jelas dan terstruktur tidak hanya akan memberikan rasa aman bagi pelaku industri, tetapi juga akan mempermudah konsumen dalam bertransaksi.
"Kami mendukung inovasi di sektor ini, dan kami berharap bahwa ke depan, peraturan yang ada akan semakin memadai untuk mendukung perkembangan bank emas. Namun, kami juga menekankan pentingnya transparansi dan keamanan bagi para konsumen," ujar Fenny Novita, seorang pejabat senior di OJK, dalam sebuah kesempatan diskusi mengenai masa depan industri keuangan di Indonesia.
Jika Indonesia dapat memperkenalkan regulasi yang jelas dan aman untuk bank emas, serta mendukung perkembangan teknologi emas digital, potensi pasar untuk produk ini akan semakin besar. Dalam beberapa tahun ke depan, kita dapat melihat peran lebih besar dari bank-bank yang terlibat dalam bisnis ini, yang pada akhirnya dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Kesimpulan: Potensi yang Belum Terjamah
Meski potensi pasar untuk bank emas di Indonesia sangat besar, gairah pelaku jasa keuangan untuk terlibat dalam sektor ini masih tergolong rendah. Masalah volatilitas harga emas, regulasi yang belum memadai, serta kurangnya pemahaman masyarakat menjadi beberapa faktor penghambat. Namun, dengan adanya inovasi dalam bentuk bank emas digital dan upaya edukasi yang lebih intensif, masa depan sektor ini tetap menjanjikan.

Aldi
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.