Bursa Asia Mengawali Pekan dengan Pelemahan: IHSG Diproyeksikan Menghadapi Tekanan

Bursa Asia Mengawali Pekan dengan Pelemahan: IHSG Diproyeksikan Menghadapi Tekanan
Bursa Asia Mengawali Pekan dengan Pelemahan: IHSG Diproyeksikan Menghadapi Tekanan

JAKARTA - Bursa saham di kawasan Asia dibuka melemah pada sesi perdagangan Senin pagi, 24 Februari 2025. Fenomena ini melanjutkan tren negatif yang telah terlihat di pasar global, khususnya setelah bursa saham utama di Wall Street ditutup dengan penurunan pada akhir pekan lalu. Tekanan jual yang terjadi di berbagai bursa utama dunia ini turut mempengaruhi sentimen investor di Asia. Hari ini, bursa saham Jepang tidak beroperasi karena adanya libur nasional.

Mengacu pada laporan dari CNBC, mayoritas indeks saham utama di kawasan Asia mencatatkan penurunan. Indeks ASX 200 di Australia dibuka turun sebesar 0,81 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi juga mengalami pelemahan dengan penurunan sebesar 0,71 persen, sementara indeks Kosdaq mencatat penurunan tipis sebesar 0,12 persen.

Tidak hanya di kawasan Asia Pasifik, tekanan juga dirasakan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Berbagai analis memperkirakan bahwa IHSG akan menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan penguatannya setelah ditutup menguat 0,22 persen pada akhir pekan lalu di level 6.803.

Merujuk pada data yang diperoleh dari New York Stock Exchange, salah satu faktor yang menjadi perhatian investor adalah anjloknya harga ETF saham Indonesia, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), yang turun 1,43 persen menjadi 17,60 dolar AS. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran terhadap kondisi pasar Indonesia di tengah tren negatif yang melanda bursa internasional.

Ketegangan yang melanda pasar global terutama dipicu oleh laporan ekonomi yang suram dari Amerika Serikat. Data ekonomi yang tidak menggembirakan tersebut memicu aksi jual besar-besaran di Wall Street pada akhir pekan lalu, yang kemudian menjalar ke bursa Asia.

Seorang analis pasar, yang tidak ingin disebutkan namanya, berkomentar mengenai situasi ini, "Saat ini, kekhawatiran global mengenai inflasi dan kebijakan moneter yang ketat oleh bank sentral utama terus membayangi pasar. Ini berimbas pada langkah investor yang cenderung berhati-hati, dan cenderung menarik diri dari aset berisiko seperti saham."

Sejalan dengan pernyataan tersebut, banyak pelaku pasar mengamati pergerakan bank sentral utama, khususnya Federal Reserve di Amerika Serikat. Kebijakan moneter yang ketat, seperti pengetatan suku bunga untuk mengekang inflasi, berpotensi memperdalam tekanan di pasar ekuitas global.

Selain itu, data inflasi yang tinggi dan ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi di beberapa negara Eropa dan Asia menambah dorongan kepada investor untuk lebih waspada. Situasi ini membuat banyak pengamat pasar tetap waspada dan terus memantau berbagai rilis data ekonomi serta kebijakan dari bank sentral.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan dari sektor yang sensitif terhadap suku bunga dan inflasi, seperti teknologi dan konsumen, menjadi sektor yang paling terdampak oleh perkembangan ini. "Kami melihat adanya risiko penguatan dolar AS lebih lanjut, yang bisa berimbas negatif pada pasar saham di negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar analis lainnya.

Kendati demikian, beberapa pengamat melihat peluang dari situasi ini. Terbukanya kemungkinan bagi bank sentral untuk merespons dengan kebijakan yang lebih akomodatif guna mendukung pertumbuhan ekonomi, bisa menjadi momentum bagi pasar saham untuk kembali menguat.

Di tengah situasi yang tidak menentu ini, investor diharapkan bisa mengambil sikap yang bijak dan melakukan diversifikasi portofolio mereka untuk mengantisipasi volatilitas yang mungkin terjadi. Para pelaku pasar disarankan untuk terus memantau perkembangan global serta kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah sebagai langkah mitigasi risiko investasi.

Melihat ke depan, investor dan pelaku pasar di Asia terfokus pada berbagai data ekonomi penting yang dijadwalkan akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, termasuk data inflasi dan pertumbuhan ekonomi dari berbagai negara.

Dengan ketidakpastian yang tinggi di pasar, bursa Asia diprediksi akan terus bergerak dalam kisaran yang volatil. "Pasar Asia, termasuk Indonesia, harus bersiap menghadapi berbagai macam tantangan dan risiko yang datang dari global, namun di sisi lain ini juga menjadi kesempatan untuk mencari peluang investasi yang solid," pungkas analis tersebut.

Memasuki minggu baru, bursa Asia secara umum dihadapkan pada tekanan dari sentimen global negatif, dengan banyak indeks utama menunjukkan penurunan. Situasi ini terutama dipicu oleh dampak laporan ekonomi yang kurang menggembirakan dari Amerika Serikat serta aksi jual di Wall Street. IHSG sebagai salah satu indeks di kawasan ini diperkirakan akan menghadapi tekanan serupa, di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi. Para investor diharapkan dapat menyikapi keadaan ini dengan bijak dan mempersiapkan portofolio mereka untuk menghadapi potensi perubahan kondisi pasar.

Aldi

Aldi

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

Telepon Spam dari Pinjaman Online Semakin Mengganggu, Begini Cara Efektif Menghentikannya di Android dan iPhone

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

BNI Catat Pertumbuhan Pesat Segmen Nasabah Premium di Kuartal I 2025, Dana Kelolaan dan Jumlah Nasabah Meningkat Signifikan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Penjualan Emas PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Meroket 357 Persen dalam Setahun, Targetkan Pertumbuhan Berkelanjutan

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Top Up GoPay Lewat BCA: Mudah dan Cepat via BCA Mobile, myBCA, KlikBCA, dan ATM

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin

Cara Ajukan KPR BTN 2025 Syarat Mudah, Tenor Panjang hingga 30 Tahun, Proses Cepat dan Legalitas Rumah Terjamin