Bisnis Trade Finance Perbankan Tumbuh Positif, Dorong Kinerja Ekspor Indonesia Awal 2025
- Kamis, 19 Juni 2025

JAKARTA - Kinerja bisnis pembiayaan perdagangan atau trade finance perbankan di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan sepanjang awal 2025. Momentum positif ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekspor nasional yang terus mencatatkan tren kenaikan sejak awal tahun.
Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia dalam periode Januari hingga April 2025 berhasil tumbuh sebesar 6,65% secara tahunan (year on year/YoY), dengan total nilai mencapai US$87,36 miliar. Peningkatan kinerja ekspor ini menjadi salah satu pendorong utama membaiknya performa sektor pembiayaan perdagangan di kalangan perbankan nasional.
Khusus untuk ekspor nonmigas, pertumbuhan yang dicatatkan bahkan lebih tinggi dibandingkan total ekspor nasional. Sepanjang empat bulan pertama 2025, ekspor nonmigas tumbuh 7,68% YoY, menjadi US$82,56 miliar, menunjukkan bahwa produk-produk industri nasional, terutama di sektor manufaktur, agribisnis, hingga otomotif, semakin diterima di pasar global.
Baca JugaHarga Emas Antam Turun Rp6.000 per Gram pada 19 Juni 2025, Ini Rinciannya
Pertumbuhan kinerja ekspor tersebut memberikan dampak positif bagi industri perbankan, khususnya dalam lini bisnis trade finance. Salah satu bank yang mencatatkan kinerja gemilang di segmen ini adalah PT Bank DBS Indonesia, yang mengonfirmasi pertumbuhan rata-rata nilai aset trade finance sebesar 12% YoY hingga Mei 2025.
Sektor Strategis Jadi Kontributor Utama
Head of Global Transaction Services PT Bank DBS Indonesia, Dandy Pandi, menjelaskan bahwa kenaikan signifikan dalam bisnis pembiayaan perdagangan ini banyak ditopang oleh kontribusi dari beberapa sektor strategis nasional. Menurutnya, tiga sektor utama yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan trade finance adalah makanan dan minuman (F&B), agribisnis, dan otomotif.
“Hal ini mencerminkan fokus kami dalam mendukung sektor-sektor strategis yang berkontribusi signifikan terhadap rantai pasok domestik maupun kegiatan ekspor-impor nasional,” ungkap Dandy Pandi.
Lebih lanjut, Dandy menjelaskan bahwa kinerja ekspor Indonesia memang semakin menunjukkan penguatan terutama di sektor agribisnis. Permintaan global terhadap produk agribisnis Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO), karet, kopi, hingga rempah-rempah, masih stabil bahkan mengalami peningkatan di beberapa negara tujuan utama seperti India, Tiongkok, dan negara-negara Eropa.
Di sisi lain, sektor otomotif juga menunjukkan geliat positif dengan meningkatnya ekspor kendaraan utuh (completely built up/CBU) ke berbagai pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah. Menurut Dandy, tren positif dari sektor-sektor tersebut merupakan sinyal kuat bagi industri perbankan untuk terus memperbesar dukungan dalam pembiayaan perdagangan dan mendukung rantai pasok nasional.
Dukungan Berkelanjutan dari Perbankan
Sebagai salah satu perbankan yang fokus mengembangkan layanan global transaction banking, Bank DBS Indonesia memastikan akan terus memperluas akses pembiayaan perdagangan bagi para pelaku bisnis di Indonesia, baik untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Hal ini dilakukan agar sektor industri Indonesia dapat tetap kompetitif di tengah dinamika global yang terus berubah.
“Kami berkomitmen untuk mendorong aktivitas perdagangan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan kompetitif. Tidak hanya mendukung transaksi ekspor-impor saja, tapi juga membantu pelaku usaha dalam mengoptimalkan pengelolaan rantai pasoknya,” kata Dandy.
Komitmen ini semakin penting mengingat tantangan global yang masih terus membayangi, mulai dari gejolak geopolitik, fluktuasi nilai tukar, hingga perubahan kebijakan perdagangan dari negara mitra. Oleh karena itu, dukungan perbankan terhadap dunia usaha menjadi salah satu kunci menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil.
Kinerja Positif Bank Lain di Segmen Trade Finance
Tidak hanya Bank DBS Indonesia, sejumlah bank lain juga mencatatkan pertumbuhan yang positif pada bisnis trade finance. PT Bank Danamon Indonesia Tbk, misalnya, mencatatkan total portofolio kredit dan trade finance sebesar Rp192,7 triliun sepanjang kuartal I 2025. Dari angka tersebut, pertumbuhan bisnis trade finance mencapai sekitar 7% YoY, didorong oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan besar.
Pertumbuhan ini semakin memperkuat tren bahwa permintaan pembiayaan untuk aktivitas perdagangan internasional masih tinggi, seiring dengan kebutuhan ekspansi para eksportir dan importir nasional.
Proyeksi Positif Hingga Akhir Tahun
Melihat capaian positif di awal tahun ini, sejumlah analis memperkirakan bahwa bisnis trade finance perbankan masih berpeluang melanjutkan tren pertumbuhan hingga akhir 2025. Faktor utama pendorongnya adalah proyeksi stabilnya permintaan ekspor global terhadap produk unggulan Indonesia, terutama komoditas agribisnis, produk manufaktur, dan kendaraan bermotor.
Selain itu, upaya pemerintah Indonesia dalam memperluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional turut menjadi katalis positif bagi aktivitas trade finance. Program diversifikasi pasar ekspor ke kawasan Timur Tengah, Afrika, hingga Asia Selatan diyakini akan semakin meningkatkan kebutuhan pembiayaan perdagangan dari perbankan nasional.
Di sisi lain, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang paruh pertama 2025 juga memberikan sentimen positif bagi pelaku bisnis ekspor, karena dapat menekan beban biaya produksi yang menggunakan komponen impor.
“Selama fundamental ekonomi kita stabil, pertumbuhan bisnis trade finance akan terus berlanjut. Bank-bank besar dan menengah di Indonesia juga semakin agresif meningkatkan layanan digital untuk mempercepat proses transaksi ekspor-impor,” ungkap seorang analis perbankan dari sebuah lembaga riset di Jakarta.
Digitalisasi Trade Finance Jadi Kunci
Tak bisa dipungkiri, tren digitalisasi dalam layanan trade finance menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan bisnis ini. Digitalisasi proses letter of credit (L/C), invoice financing, hingga supply chain financing memungkinkan pelaku usaha mendapatkan akses pembiayaan yang lebih cepat, transparan, dan aman.
Bank DBS Indonesia, misalnya, telah menerapkan sejumlah inovasi digital untuk mempermudah proses transaksi pembiayaan perdagangan. Inovasi tersebut mencakup penerapan sistem berbasis blockchain untuk memastikan transparansi dokumen perdagangan serta penggunaan AI untuk analisis risiko secara lebih akurat.
Dengan berbagai inovasi ini, perbankan nasional diyakini mampu memberikan kontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui sektor perdagangan.
“Ke depannya, digitalisasi layanan trade finance akan terus kami tingkatkan agar proses bisnis nasabah semakin optimal dan dapat bersaing di pasar global,” tegas Dandy Pandi.
Dengan tren pertumbuhan bisnis pembiayaan perdagangan yang positif, optimisme terhadap prospek ekspor Indonesia sepanjang 2025 semakin menguat. Sinergi antara dunia usaha, perbankan, dan pemerintah diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.