Strategi Petani Hadapi Kemarau Basah

Strategi Petani Hadapi Kemarau Basah
Strategi Petani Hadapi Kemarau Basah

JAKARTA - Ketidakpastian cuaca di musim kemarau tak membuat para petani bawang merah kehilangan akal. Di tengah kondisi iklim yang dikenal sebagai kemarau basah—yakni musim kemarau yang masih disertai curah hujan—para petani di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengambil langkah adaptif dalam budidaya komoditas hortikultura tersebut.

Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi plastik mulsa dalam proses budidaya bawang merah. Metode ini tidak hanya ditujukan untuk menekan biaya perawatan, tetapi juga sebagai solusi menghadapi gangguan gulma dan serangan hama yang biasanya meningkat saat kelembapan tanah cenderung tinggi akibat curah hujan tak menentu.

Budidaya Hemat dengan Plastik Mulsa

Baca Juga

Harga BBM di SPBU Masih Stabil di Tengah Tekanan Global

Para petani di wilayah Ngantang terlihat aktif memupuk tanaman bawang merah di lahan mereka. Dengan plastik mulsa yang membalut permukaan tanah di antara barisan tanaman, kegiatan pemupukan berlangsung lebih cepat dan efisien.

Penggunaan plastik mulsa dalam budidaya bawang merah bukanlah hal baru, tetapi semakin menjadi pilihan utama di tengah tantangan cuaca. Mulsa plastik ini membantu menjaga kelembapan tanah tetap stabil dan menghambat pertumbuhan gulma, sehingga kebutuhan tenaga kerja untuk penyiangan menjadi berkurang.

"Penggunaan plastik mulsa bisa memangkas biaya perawatan hingga 50 persen," kata salah satu petani. Efisiensi ini sangat penting mengingat ongkos produksi seperti tenaga kerja dan pengendalian hama kian meningkat, sementara harga jual komoditas hortikultura tak selalu stabil.

Menghadapi Kemarau Tak Lazim

Kondisi kemarau basah yang terjadi tahun ini telah menimbulkan tantangan tersendiri bagi petani. Biasanya, musim kemarau identik dengan curah hujan yang rendah dan intensitas penyinaran matahari yang tinggi—ideal bagi pertumbuhan bawang merah. Namun, saat hujan tetap turun secara berkala, kelembapan berlebih pada lahan bisa menyebabkan tanaman rentan terhadap penyakit akar dan membusuk.

Di sinilah mulsa plastik berperan penting. Selain menghambat pertumbuhan gulma yang bisa menjadi inang hama, lapisan mulsa juga menjaga agar akar tanaman tidak langsung tergenang air saat hujan turun. Dengan begitu, risiko kerusakan tanaman dapat diminimalkan.

Strategi ini juga mendukung efisiensi pemupukan, karena pupuk yang ditabur tidak mudah tercuci oleh air hujan. Ini berarti unsur hara tetap tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, dan hasil panen diharapkan tetap optimal meskipun cuaca tidak menentu.

Keseimbangan Biaya dan Produksi

Dari sisi ekonomi, penghematan hingga 50 persen biaya perawatan tentu menjadi angin segar bagi petani. Dalam konteks skala kecil dan menengah, pengeluaran terbesar dalam budidaya bawang merah biasanya berasal dari upaya pengendalian gulma dan hama. Dengan penggunaan plastik mulsa, kebutuhan penyemprotan herbisida berkurang drastis.

Selain itu, kondisi tanah yang tertutup mulsa cenderung lebih stabil secara suhu dan kelembapan, sehingga menciptakan mikroklimat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini penting terutama dalam fase awal pertumbuhan, ketika bawang merah sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

Petani di Ngantang telah membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, kemarau basah bukan penghalang untuk tetap produktif. Adaptasi teknologi sederhana seperti ini justru bisa menjadi solusi jangka panjang dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi.

Tantangan Lain Masih Mengintai

Meski penggunaan plastik mulsa terbukti membantu, bukan berarti semua tantangan telah teratasi. Kemarau basah juga membawa dampak lain, seperti meningkatnya populasi hama yang berkembang biak lebih cepat di lingkungan lembap. Oleh karena itu, petani tetap harus waspada dan rutin melakukan pengamatan lapangan.

Di sisi lain, ketersediaan plastik mulsa berkualitas dan harga yang terjangkau menjadi faktor penentu keberhasilan strategi ini. Tak semua petani memiliki akses yang mudah terhadap sarana produksi tersebut, apalagi di daerah pedesaan dengan keterbatasan distribusi.

Namun secara umum, upaya para petani di Ngantang patut diapresiasi sebagai contoh adaptasi terhadap tantangan cuaca yang berubah. Budidaya bawang merah yang ramah biaya dan efisien ini bisa menjadi model bagi petani di daerah lain, terutama yang juga menghadapi pola musim yang tak menentu.

Harapan ke Depan

Dengan makin seringnya terjadi pergeseran pola musim, pendekatan-pendekatan seperti yang dilakukan petani Ngantang perlu mendapatkan dukungan lebih luas. Pemerintah daerah dan instansi terkait bisa ikut memperluas akses terhadap teknologi pertanian adaptif, termasuk pelatihan penggunaan plastik mulsa dan bantuan subsidi alat pertanian.

Lebih jauh lagi, kolaborasi antara petani, penyuluh pertanian, dan peneliti perlu ditingkatkan agar inovasi seperti ini bisa terus dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan, ke depan akan muncul metode-metode budidaya yang makin hemat, ramah lingkungan, dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Kemarau basah tak selalu membawa kerugian jika disikapi dengan strategi yang tepat. Petani bawang merah di Ngantang, Malang, menunjukkan bahwa keberhasilan budidaya di tengah cuaca tak menentu bisa dicapai lewat pemanfaatan teknologi sederhana seperti plastik mulsa. Langkah ini tidak hanya menghemat biaya perawatan hingga setengahnya, tetapi juga menjaga produktivitas tanaman dari ancaman hama dan kelembapan berlebih. Sebuah adaptasi cerdas yang layak ditiru oleh petani di daerah lain.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Perumahan Srimaya Malang Hadirkan Cluster S Work Mulai Rp800 Juta

Perumahan Srimaya Malang Hadirkan Cluster S Work Mulai Rp800 Juta

Pertamina Dorong Transisi Energi Aviasi

Pertamina Dorong Transisi Energi Aviasi

Minyak Sawit Masih Jadi Andalan RI

Minyak Sawit Masih Jadi Andalan RI

Harga BBM Pertamina 21 Juli 2025: Pertamax Naik, Pertalite Tetap

Harga BBM Pertamina 21 Juli 2025: Pertamax Naik, Pertalite Tetap

PGN Bawa Gas dan Energi Positif ke Generasi Muda

PGN Bawa Gas dan Energi Positif ke Generasi Muda