
JAKARTA - Pergerakan harga minyak global kembali menunjukkan penguatan pada Senin, 18 Agustus 2025, seiring perhatian pasar yang tertuju pada hasil pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.Pertemuan ini dipandang sebagai langkah awal menuju kemungkinan dialog trilateral yang melibatkan Rusia, yang diyakini bisa memengaruhi dinamika pasokan energi di tingkat global.
Mengacu pada data Reuters, Selasa, 19 Agustus 2025, harga Brent Crude tercatat naik 1,14% ke level US$66,60 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,99%, berada di angka US$63,42 per barel.
Kenaikan ini muncul di tengah optimisme pasar bahwa pertemuan antara Trump dan Zelenskiy dapat membuka jalan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin dan Zelensky untuk menggelar pertemuan trilateral. Trump menyampaikan harapannya agar dialog tersebut dapat mengarah pada penyelesaian konflik yang telah berlangsung lama antara Rusia dan Ukraina. “Saya yakin keduanya ingin mengakhiri perang dari Rusia-Ukraina,” ujar Trump.
Baca JugaHarga BBM di Indonesia Turun Lagi, Berlaku Mulai 19 Agustus 2025
Meski demikian, Zelensky menghadapi tekanan diplomatik untuk menahan ambisinya dalam merebut kembali wilayah Krimea, serta mempertimbangkan untuk menghentikan upaya bergabung dengan NATO. Hal ini menjadi salah satu faktor yang diperhatikan pasar dalam menilai potensi stabilisasi geopolitik yang berimplikasi pada harga minyak.
Giovanni Staunovo, Analis dari UBS, menekankan, “Pasar kini fokus pada apakah akan diumumkan tanggal pertemuan trilateral.” Pernyataan ini menunjukkan betapa sentimen pasar terhadap minyak sangat terkait dengan perkembangan politik internasional dan diplomasi tinggi.
Selain faktor diplomasi, ketegangan di lapangan turut mendukung kenaikan harga. Ukraina dilaporkan meningkatkan serangan drone ke infrastruktur energi Rusia, yang salah satunya menyebabkan penghentian sementara pasokan energi. Gangguan produksi ini menambah tekanan pada pasokan global, sehingga turut mendorong harga minyak naik.
Di sisi lain, peringatan terkait perdagangan minyak juga menjadi sorotan. Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa pembelian minyak dari Rusia telah secara tidak langsung membiayai konflik, sehingga ia mendesak agar pembeli global menghentikan transaksi tersebut. Pernyataan ini dapat menimbulkan ketidakpastian tambahan dalam pasar minyak, karena pembeli besar mungkin harus menyesuaikan strategi pasokannya.
Pergerakan harga minyak juga dipengaruhi oleh faktor domestik AS. Investor menantikan pidato Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, yang diyakini bisa memberi arah lebih jelas terkait kebijakan suku bunga. Pernyataan Powell dipandang sebagai indikator penting bagi para pelaku pasar, karena kebijakan moneter AS memiliki dampak signifikan terhadap nilai dolar dan harga komoditas, termasuk minyak.
Kenaikan harga minyak kali ini juga terjadi bersamaan dengan sentimen geopolitik yang fluktuatif. Pasokan energi yang terganggu akibat serangan drone, tekanan diplomatik terhadap Ukraina, dan potensi pertemuan trilateral menciptakan kombinasi faktor yang mendorong investor untuk menilai risiko dan peluang pasar dengan lebih hati-hati.
Selain itu, perhatian pasar terhadap pernyataan pejabat AS terkait perdagangan minyak menambah lapisan ketidakpastian. Navarro menegaskan pentingnya menghentikan pembelian minyak dari Rusia karena kontribusinya pada konflik, yang bisa memicu penyesuaian strategi pasokan oleh negara-negara konsumen minyak utama.
Dengan dinamika tersebut, pasar tampak menunggu konfirmasi lebih lanjut tentang kapan pertemuan trilateral bisa berlangsung. Apabila tercapai kesepakatan diplomatik, potensi stabilisasi geopolitik bisa menekan harga minyak. Namun, jika negosiasi berjalan lambat atau menemui jalan buntu, gangguan pasokan dan ketidakpastian politik bisa terus mendorong harga naik.
Pergerakan harga Brent dan WTI yang menguat mencerminkan sentimen investor yang masih optimistis, namun tetap berhati-hati. Brent naik 1,14% menjadi US$66,60, sedangkan WTI menguat 0,99% ke US$63,42. Data ini menunjukkan bahwa meski ada tekanan geopolitik, pasar masih merespons peluang diplomatik dan prospek stabilisasi konflik.
Secara keseluruhan, kombinasi faktor diplomasi internasional, gangguan pasokan energi, dan arah kebijakan moneter AS menjadi variabel utama yang menentukan pergerakan harga minyak saat ini. Investor dan pelaku pasar global kini menempatkan perhatian tinggi pada hasil pertemuan Trump-Zelenskiy, serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia, serta pidato Jerome Powell. Semua ini menjadi indikator penting bagi strategi perdagangan minyak di minggu-minggu mendatang.
Dengan perkembangan ini, pasar global berada dalam fase menunggu, di mana keputusan politik dan aksi militer di lapangan dapat menentukan arah harga minyak dunia. Kenaikan harga Brent dan WTI menjadi cerminan dari ketidakpastian geopolitik sekaligus optimisme terhadap potensi tercapainya kesepakatan trilateral yang bisa mengubah dinamika pasokan energi.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Bansos KLJ Agustus 2025: Informasi Lengkap untuk Lansia DKI Jakarta
- Selasa, 19 Agustus 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga BBM di Indonesia Turun Lagi, Berlaku Mulai 19 Agustus 2025
- 19 Agustus 2025
2.
3.
4.
5.
Kendaraan Listrik Wuling Air EV Jadi Sorotan di GIIAS 2025
- 19 Agustus 2025