Biodiesel dari Buah Simpalak: Solusi Energi Terbarukan

Biodiesel dari Buah Simpalak: Solusi Energi Terbarukan
Biodiesel dari Buah Simpalak: Solusi Energi Terbarukan

JAKARTA - Selama ini, buah simpalak atau yang dikenal juga sebagai buah bintaro sering dianggap tanaman berbahaya karena sifatnya yang beracun dan biasa digunakan sebagai pengusir hama. Namun, tim siswa SMAN 21 Makassar membuktikan bahwa buah ini memiliki potensi lain: dijadikan bahan bakar biodiesel B100. Inovasi ini muncul dalam ajang Toyota Eco Youth (TEY) ke-13, sebuah kompetisi yang mendorong generasi muda menciptakan solusi lingkungan berbasis sains dan teknologi.

Dari Buah Beracun Menjadi Biodiesel

Fairuz Zacky Sadewa, salah satu anggota tim, menjelaskan proses pembuatan biodiesel dari buah simpalak. “Oh ya, jadi proses kami itu mulai dari pengumpulan buah, ya, dari buah-buah simpalak yang kering,” ujar Fairuz. Buah-buah yang dikumpulkan kemudian dibelah untuk mengambil bijinya. “Setelah bijinya kita ambil, kita keringkan bijinya, setelah itu kita haluskan bijinya. Nah, setelah dihaluskan kita ekstraksi untuk mendapatkan minyak nabatinya,” jelasnya.

Baca Juga

Harga Minyak Dunia Bergerak Tipis Pagi Ini

Langkah berikutnya adalah ekstraksi untuk mengikat asam lemak bebas dalam biji buah simpalak. Fairuz menekankan pentingnya ketelitian dalam tahap ini. “Proses produksi ini membutuhkan ketelitian. Kandungan asam lemak bebas harus berada di bawah 2 persen. Jika tidak, akan terjadi proses penyabunan saat pencucian biodiesel, yang tentu akan memengaruhi kualitas bahan bakar,” kata Fairuz.

Setelah kandungan asam lemak bebas sesuai standar, tim melanjutkan proses transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel. Tahap terakhir meliputi pencucian dan pengemasan biodiesel. Dari sekitar 600 kilogram buah simpalak, tim berhasil memperoleh 500 mililiter biodiesel. Meskipun skala produksi masih kecil, inovasi ini menunjukkan bahwa sumber daya alam yang sering diabaikan bisa menjadi energi terbarukan yang potensial.

Uji Coba dan Penggunaan Biodiesel Simpalak

Penggunaan biodiesel dari buah simpalak saat ini masih terbatas pada uji coba sederhana. “Kami karena masih dalam skala kecil, jadi belum bisa dicoba di mesin-mesin gitu, karena biodiesel ini kan sifatnya korosif. Ketika kena benda-benda besi dalam tangki bensin, nanti yang ada muncul karat-karat,” jelas Fairuz.

Meski demikian, tim telah melakukan pengujian dengan membandingkan biodiesel simpalak dengan minyak sawit menggunakan media sumbu api. “Belum sampai sana, tapi kita sudah uji-coba di sumbu api, kita jadikan pembanding itu minyak sawit,” ungkap Fairuz. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan signifikan. “Minyak sawit itu kalau misalkan kita taruh di sumbu, minyaknya nggak naik. Tapi kalau biodiesel ini, minyaknya naik karena mengandung etanol,” tutupnya.

Potensi Energi Terbarukan dari Sumber yang Diabaikan

Inovasi ini menandai langkah awal yang menjanjikan dalam pengembangan energi terbarukan dari sumber daya yang selama ini dianggap tidak berguna. Buah simpalak, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai pengusir tikus alami, kini memiliki peran penting dalam keberlanjutan energi.

Melalui inovasi ini, siswa SMAN 21 Makassar menunjukkan bahwa kreativitas dan pemanfaatan sumber daya lokal dapat menghasilkan solusi lingkungan yang inovatif. Potensi buah simpalak sebagai bahan bakar biodiesel memberikan harapan bagi pengembangan energi bersih di masa depan, sekaligus membuka peluang penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan skala produksi dan efisiensi bahan bakar.

Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 menekankan pentingnya generasi muda dalam menciptakan solusi berkelanjutan. Inovasi biodiesel dari buah simpalak menjadi contoh nyata bagaimana sains dan teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah lingkungan sekaligus menciptakan sumber energi alternatif.

Ke depan, biodiesel simpalak berpotensi menjadi salah satu bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan, dengan proses yang lebih hemat biaya dan memanfaatkan bahan yang sebelumnya dianggap limbah atau tidak bernilai. Langkah kecil yang dilakukan tim ini bisa menjadi inspirasi bagi inovator muda lain untuk menjelajahi sumber daya alam lokal dan mengubahnya menjadi solusi energi yang bermanfaat.

Dengan uji coba awal yang menjanjikan, langkah berikutnya adalah pengembangan skala produksi dan pengujian yang lebih luas. Jika berhasil, biodiesel simpalak bisa menjadi alternatif yang lebih aman, efisien, dan ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil.

Inovasi dari tim SMAN 21 Makassar ini sekaligus menjadi pengingat bahwa bahan yang tampak sepele atau berbahaya pun bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, asalkan dibarengi dengan kreativitas, penelitian, dan kerja keras. Buah simpalak yang selama ini dihindari kini membuka peluang bagi masa depan energi terbarukan di Indonesia.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Aturan Baru Gas LPG 3 Kg Mulai Berlaku Tahun Depan

Aturan Baru Gas LPG 3 Kg Mulai Berlaku Tahun Depan

PLN Siapkan Listrik Andal dan Ramah Lingkungan untuk IKN

PLN Siapkan Listrik Andal dan Ramah Lingkungan untuk IKN

Sentimen Positif Dorong Harga Batu Bara Naik

Sentimen Positif Dorong Harga Batu Bara Naik

Kendaraan Listrik Tesla Kini Ditenagai AI Canggih dari China

Kendaraan Listrik Tesla Kini Ditenagai AI Canggih dari China

Update Harga Kendaraan Listrik Hyundai Agustus 2025

Update Harga Kendaraan Listrik Hyundai Agustus 2025