Keterlambatan Proyek Infrastruktur di Banjarmasin: Tantangan, Denda, dan Solusi

Jumat, 03 Januari 2025 | 16:21:49 WIB
Keterlambatan Proyek Infrastruktur di Banjarmasin: Tantangan, Denda, dan Solusi

Pembangunan infrastruktur di Banjarmasin kembali menuai sorotan publik. Salah satu proyek andalan, yaitu pembangunan rumah pompa dan pintu air di Sungai Belasung, yang terletak di Jalan RE Martadinata, Banjarmasin Barat, menghadapi rintangan signifikan. Proyek tersebut gagal mencapai penyelesaian sesuai jadwal yang ditentukan, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah.

Proyek infrastruktur ini, yang diawali dengan optimisme besar, diharapkan dapat meningkatkan sistem pengendalian banjir di kawasan tersebut. Namun, hingga berakhirnya kontrak kerja pada Jumat, 27 Desember 2024, kemajuan proyek ini baru mencapai tahap 40 persen dari target yang ditetapkan. Dengan total nilai anggaran sebesar Rp5 miliar, keterlambatan ini menjadi perhatian utama bagi Pemerintah Kota Banjarmasin.

Hizbulwathony, Kepala Bidang Sungai di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin, menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan tertundanya penyelesaian proyek ini. Salah satu alasan utama adalah adanya kendala koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), yang berkantor di sekitar lokasi proyek. "Awalnya, rumah pompa direncanakan dibangun persis di samping kantor BPBD. Namun, karena mereka berencana memperluas kantornya, lokasinya terpaksa dipindahkan. Hal ini menyebabkan keterlambatan hampir satu bulan," ungkap Thony.

Faktor alam turut berperan dalam memperlambat proses pembangunan. Kondisi cuaca buruk serta fenomena rob atau pasang air tinggi menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh tim konstruksi. "Curah hujan tinggi dan pasang air yang kerap terjadi belakangan menghambat pekerjaan kami," tambah Thony, menjelaskan betapa cuaca ekstrem mengganggu aktivitas proyek. Terlebih lagi, lokasi proyek yang sempit mempersulit manuver alat berat yang diperlukan untuk penggalian hingga kedalaman 40 meter.

Tidak hanya masalah teknis, masalah sosial pun turut muncul. Dampak dari penggalian mendalam sempat mengakibatkan penurunan tanah di dapur Rumah Makan Sambal Acan Raja Banjar yang terletak berdekatan dengan area proyek. Situasi ini memaksa pihak pengembang untuk melakukan perbaikan demi melindungi properti di sekitar.

Meski dihadapkan pada berbagai rintangan, upaya tetap dilakukan untuk menyelesaikan proyek ini. Thony optimistis bahwa jika rumah pompa telah terbangun dan sistem pompa terpasang, kemajuan proyek bisa mencapai 90 persen. Namun, penyelesaian proyek yang molor dari jadwal tetap dikenakan denda, sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kesepakatan awal.

Tidak hanya proyek di Sungai Belasung yang mengalami keterlambatan, rekonstruksi trotoar dan drainase di Jalan Lambung Mangkurat serta Pangeran Samudera di Banjarmasin Tengah juga menghadapi permasalahan serupa. Proyek dengan total anggaran Rp16,4 miliar ini, rinciannya Rp5,8 miliar untuk Jalan Lambung Mangkurat dan Rp10,6 miliar untuk Jalan Pangeran Samudera, belum mencapai tahap akhir meskipun sudah mendekati penyelesaian.

Syafiq Huwaida, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas PUPR Banjarmasin, mengungkap bahwa progres proyek Jalan Lambung Mangkurat telah mencapai 92 persen, sementara Jalan Pangeran Samudera sudah mencapai angka 90 persen. "Meski belum rampung, progresnya sudah mendekati akhir," ujar Syafiq, memberikan harapan bahwa penyelesaian proyek tersebut hanya tinggal menunggu waktu.

Seiring perkembangan ini, langkah mitigasi dan penjadwalan ulang diharapkan dapat diterapkan untuk mencegah keterlambatan lebih lanjut. Pemerintah Kota Banjarmasin terus berupaya memonitor dan mengevaluasi setiap proyek infrastruktur guna memastikan keberhasilan pembangunan yang terjadi tepat waktu, efisien, dan efektif bagi masyarakat kota. Dengan pembelajaran dari kejadian ini, harapannya adalah dapat menciptakan solusi yang lebih baik di masa mendatang.

Terkini