Gemilang Awal Tahun Pasar Modal Indonesia di Tengah Tantangan Ekonomi Global

Rabu, 19 Februari 2025 | 09:23:43 WIB
Gemilang Awal Tahun Pasar Modal Indonesia di Tengah Tantangan Ekonomi Global

JAKARTA - Pasar modal Indonesia mengawali tahun 2025 dengan performa yang gemilang, meskipun dihadapkan dengan tantangan dari sentimen negatif ekonomi global. Pada penutupan bulan Januari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan kenaikan signifikan, menunjukkan ketahanan pasar Indonesia di awal tahun ini. Menurut data per 31 Januari 2025, IHSG mengalami peningkatan sebesar 0,41 persen month-to-date (mtd) atau year-to-date (ytd), mencapai level 7.109,20.

Kendati demikian, nilai kapitalisasi pasar justru mengalami sedikit penurunan sebesar 0,14 persen mtd atau ytd, dengan total nilai mencapai Rp 12.319 triliun. Sementara itu, investor asing atau non-residen tercatat melakukan aksi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 3,71 triliun mtd atau ytd. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun IHSG mengalami penguatan, terdapat sejumlah investor yang memilih untuk melepas kepemilikan mereka di tengah situasi ekonomi global yang belum menentu.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim dan Kaltara, Parjiman, yang akrab disapa Jimmy, mengungkapkan, "Secara sektoral, sektor consumer cyclicals dan financials mengalami penguatan yang cukup besar. Namun, perlu diwaspadai likuiditas transaksi di pasar saham yang menunjukkan tren penurunan."

Meskipun terjadi penurunan dalam rata-rata nilai transaksi harian pasar saham, yang tercatat sebesar Rp 10,71 triliun secara mtd atau ytd, still menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 12,85 triliun. Hal ini menandakan adanya sikap hati-hati dari para pelaku pasar dalam melakukan transaksi.

Kinerja Pasar Obligasi yang Positif

Di sisi lain, pasar obligasi memberikan kabar positif dengan indeks pasar obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) naik 0,77 persen mtd atau ytd, mencapai level 395,70. Penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata sebesar 1,31 basis poin secara mtd atau ytd hingga akhir Januari 2025 turut mendukung penguatan ini. Investor non-residen juga tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 4,65 triliun di pasar obligasi, meskipun tetap melepaskan aset di pasar obligasi korporasi dengan penjualan bersih sebesar Rp 0,78 triliun.

Dalam hal pengelolaan investasi, nilai aset yang dikelola (Asset Under Management/AUM) tercatat sebesar Rp 834,87 triliun, mengalami penurunan sebesar 0,30 persen mtd atau ytd per 31 Januari 2025. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana juga turun 0,50 persen ytd menjadi Rp 496,75 triliun, dengan net redemption mencapai Rp 2,59 triliun.

Jimmy menyatakan bahwa, "Meskipun terdapat penurunan di sektor pengelolaan investasi, keberhasilan penghimpunan dana di pasar modal tahun 2024 yang melampaui target menjadi indikator positif untuk optimisme ke depan."

Permintaan dan Pengembangan Pasar yang Terus Berkembang

Penghimpunan dana di pasar modal pada tahun 2024 berhasil melampaui ekspektasi dengan total mencapai Rp 259,24 triliun dari 199 penawaran umum, yang didominasi oleh sektor keuangan. Sementara itu, hingga 31 Januari 2025, nilai penawaran umum telah mencapai Rp 1,10 triliun melalui dua penawaran umum berkelanjutan. Selain itu, terdapat 116 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 40,84 triliun.

Pertumbuhan jumlah investor di pasar modal juga menunjukkan tren positif, dengan angka mencapai 15,16 juta per 31 Januari 2025, meningkat 1,95 persen mtd atau ytd. Ini menunjukkan semakin tingginya minat publik terhadap investasi di pasar modal Indonesia.

Dalam ranah securities crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF di Indonesia hingga 16 Januari 2025, telah ada 18 penyelenggara yang mendapatkan izin dari OJK dengan sejumlah 727 penerbitan efek dari 478 penerbit. Jumlah pemodal mencapai 173.686, dengan total dana SCF yang dihimpun sebesar Rp 1,38 triliun.

Untuk SCF syariah, terdapat enam penyelenggara yang telah menerbitkan produk SCF syariah dengan 376 penerbitan efek dari 180 penerbit dan jumlah pemodal 56.340, dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 725,26 miliar. Jimmy menyebutkan bahwa, "SCF, termasuk yang berbasis syariah, terus menunjukkan perkembangan yang signifikan, menjadi alternatif investasi yang menarik bagi berbagai kalangan."

Inovasi di Bursa Karbon

Sejak peluncuran bursa karbon pada 26 September 2023 hingga 31 Januari 2025, terdapat 107 pengguna jasa yang memperoleh izin, dengan total volume perdagangan mencapai 1.181.255 tCO2e dan nilai mencapai Rp 62,93 miliar. Sebagian besar transaksi terjadi di pasar negosiasi, yaitu sebesar 62,14 persen. Potensi bursa karbon masih sangat besar, dengan 4.154 pendaftar di sistem registri nasional pengendalian perubahan iklim.

Untuk menambah kontribusi terhadap perubahan iklim global, bursa karbon bahkan telah memulai perdagangan luar negeri sejak 20 Januari 2025. Hingga akhir Januari, volume transaksi mencapai 49.815 tCO2e dengan nilai transaksi sebesar Rp 4,02 miliar.

Parjiman menutup dengan pernyataan optimis, "Dalam upaya untuk lebih berkontribusi mengatasi perubahan iklim global, bursa karbon kini telah membuka perdagangan luar negeri, membuktikan langkah konkret Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim."

Demikianlah start gemilang pasar modal Indonesia di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, membawa harapan positif untuk langkah inovatif dan kontribusi nyata di masa depan.

Terkini