JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI telah menjelma menjadi moda transportasi andalan masyarakat selama musim mudik Lebaran. Keberhasilan transformasi ini tak lepas dari jejak perubahan besar yang dimulai sejak kepemimpinan Ignasius Jonan sebagai Direktur Utama KAI pada 2009 hingga 2014.
Lebaran 2025 menjadi momen penting untuk kembali menyoroti keberhasilan transformasi PT KAI. Dulu, kereta api sering menjadi topik utama pemberitaan karena buruknya pelayanan, keamanan, dan kenyamanan. Masyarakat harus rela berdesak-desakan, berebut tiket, bahkan menempuh perjalanan yang tak menentu jadwalnya. Kini, wajah itu telah berubah 180 derajat.
Kereta api justru menjadi pilihan utama dalam perjalanan mudik maupun arus balik Lebaran. Layanan yang nyaman, tepat waktu, dan harga yang kompetitif menjadikan kereta api primadona di tengah masyarakat, mengalahkan moda transportasi lain seperti bus dan bahkan pesawat terbang.
Dalam dua pekan terakhir menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, banyak penumpang yang membagikan pengalaman mudik mereka menggunakan kereta api. Salah satunya adalah Arif Afandi, warga Surabaya, yang mengisahkan perjalanannya dari Yogyakarta ke Surabaya dan ke Purwokerto.
“Perjalanan 300 kilometer dari Jogja ke Surabaya hanya butuh waktu tiga jam. Sorenya saya bisa langsung kembali ke Jogja dengan kereta. Ini benar-benar efisien dan nyaman,” ungkap Arif.
Bukan hanya efisiensi waktu, perubahan besar juga terlihat dari infrastruktur stasiun. Stasiun Purwokerto misalnya, kini tampil dengan wajah modern namun tetap mempertahankan nuansa heritage-nya. Jalur masuk penumpang dirancang seperti di bandara, lengkap dengan eskalator dan lift, serta ruang tunggu berpendingin udara.
“Stasiun Purwokerto ini tak kalah dengan stasiun sentral di Berlin, Jerman,” tulis Arif dalam laporannya.
Salah satu hal paling mencolok adalah kebersihan peron, pelayanan porter yang teratur, serta kehadiran kereta kargo yang menunjukkan bahwa KAI bukan hanya unggul dalam transportasi penumpang, tapi juga logistik nasional.
Transformasi ini tentu tidak datang tiba-tiba. Sosok Ignasius Jonan menjadi kunci utama perubahan besar ini. Jonan yang menjabat sebagai Direktur Utama KAI pada 2009 hingga 2014, sukses meletakkan fondasi kuat dalam restrukturisasi layanan dan manajemen perusahaan.
“Sejarah kereta api Indonesia dapat dibagi dalam dua zaman, pra-Jonan dan pasca-Jonan,” ungkap Anton Alifandi, wartawan senior yang kini tinggal di London.
Sebelum era Jonan, PT KAI mengalami masa kegelapan. Setiap tahun, perusahaan mengalami kerugian. Layanan kacau, pengelolaan internal buruk, dan budaya korupsi merajalela. Namun dalam lima tahun kepemimpinannya, Jonan berhasil mengubah arah KAI menjadi perusahaan transportasi publik yang modern, efisien, dan menguntungkan.
Berikut adalah beberapa langkah kunci transformasi Ignasius Jonan di PT KAI:
1. Reformasi Layanan Penumpang
Jonan menerapkan sistem pemesanan tiket online dan tiket elektronik (e-ticketing) yang menghapus praktik calo. Ia memperkenalkan boarding pass seperti di bandara dan melarang penumpang berdiri. Selain itu, penumpang liar dan praktik pungli juga diberantas.
2. Perbaikan Manajemen dan SDM
Budaya kerja pegawai KAI diubah total. Disiplin kerja ditingkatkan, kesejahteraan pegawai dinaikkan melalui gaji dan fasilitas yang lebih baik. Selain itu, Jonan juga berhasil menghapus praktik korupsi di internal perusahaan.
“Semua pegawai, dari level atas hingga bawah, sekarang berorientasi pada pelanggan. Mereka menyapa penumpang dengan ramah, berdiri berjajar saat kereta berangkat seperti di Jepang,” kata Anton.
3. Modernisasi Infrastruktur dan Armada
Jonan melakukan renovasi besar-besaran di stasiun besar agar lebih bersih, modern, dan nyaman. Gerbong kereta juga diperbarui total. Kini, hampir semua kereta jarak jauh menggunakan armada berpendingin udara, baik kelas ekonomi maupun eksekutif. Bahkan tersedia gerbong kelas panoramic dan first class seperti pesawat.
Jalur kereta utama di Jawa pun kini telah menggunakan sistem rel ganda (double track) yang memungkinkan keberangkatan dan kedatangan tepat waktu dengan selisih antar kereta hanya beberapa menit.
4. Penghapusan Aktivitas Tidak Resmi
Meski mendapat banyak tantangan, Jonan berhasil menertibkan stasiun dari pedagang asongan dan pengamen. Kini, seluruh aktivitas di stasiun dan di atas kereta menjadi bagian dari sistem resmi, termasuk jasa porter yang tetap dipertahankan karena memberikan kenyamanan tambahan kepada penumpang.
Perubahan ini juga memberikan efek domino ke sektor BUMN lainnya. Salah satu yang mengikuti jejak Jonan adalah Mohamad Abdul Ghani, Direktur Utama Holding PTPN III, yang berhasil mentransformasi industri gula dari perusahaan rugi menjadi kontributor utama swasembada gula nasional.
Namun, sebagaimana diakui banyak pengamat, transformasi Jonan lebih terasa karena langsung menyentuh kebutuhan harian masyarakat banyak: transportasi. Ketika masyarakat bisa pulang kampung dengan tenang, nyaman, dan murah, maka perubahan tersebut menjadi sangat bermakna.
Jonan pun melanjutkan kiprahnya sebagai Menteri Perhubungan dalam kabinet pertama Presiden Joko Widodo. Ia membawa semangat yang sama untuk mereformasi sektor transportasi yang lebih luas.
Kini, hasil dari transformasi Jonan bisa dirasakan oleh semua pengguna kereta api di Indonesia, terutama saat musim mudik Lebaran. Bukan sekadar perjalanan, melainkan pengalaman yang menyenangkan dan membanggakan.
“Saya kini lebih memilih kereta api untuk perjalanan jarak pendek hingga menengah. Lebih hemat, lebih cepat, dan stasiunnya selalu berada di pusat kota. Berbeda dengan pesawat yang bandara-nya jauh,” kata Arif.
Kisah sukses KAI membuktikan bahwa perusahaan milik negara bisa berubah menjadi layanan publik yang unggul jika dipimpin oleh sosok berintegritas dan berkomitmen. Transformasi tidak harus menunggu puluhan tahun. Dalam waktu singkat, dengan arah yang jelas dan keberanian mengambil keputusan, hasil luar biasa bisa dicapai.
Kini publik bertanya-tanya: apakah akan muncul tokoh transformasional lainnya di masa depan seperti Jonan? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun satu hal yang pasti, jejak Jonan akan terus menjadi inspirasi bagi kepemimpinan transformasional di berbagai sektor di Indonesia.