Freeport Indonesia Kirim Perdana 125 Kg Emas Batangan ke Antam, Perkuat Hilirisasi Mineral Nasional

Senin, 14 April 2025 | 08:36:24 WIB
Freeport Indonesia Kirim Perdana 125 Kg Emas Batangan ke Antam, Perkuat Hilirisasi Mineral Nasional

JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) menorehkan sejarah baru dalam industri pertambangan nasional dengan melakukan pengiriman perdana emas batangan ke PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (Antam). Pengiriman ini menjadi langkah konkret dalam mendukung program hilirisasi sumber daya alam yang dicanangkan pemerintah, serta memperkuat sinergi antarperusahaan nasional dalam membangun industri pengolahan logam mulia.

Pengiriman emas batangan sebanyak 125 kilogram ini dilakukan dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) Smelter milik PTFI yang berlokasi di Gresik menuju fasilitas pengolahan logam mulia Antam di Pulogadung, Jakarta. Nilai emas batangan tersebut diperkirakan mencapai sekitar Rp207 miliar, dengan tingkat kemurnian 99,99 persen (fine gold).

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, menyatakan bahwa pengiriman ini menjadi tonggak penting dalam upaya PTFI menjalankan hilirisasi emas secara penuh di dalam negeri.

“Pengiriman emas batangan perdana PTFI ke Antam merupakan langkah penting dalam upaya hilirisasi emas di Indonesia. Ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memaksimalkan nilai tambah sumber daya alam dan mewujudkan Indonesia Emas 2045,” kata Tony.

Hilirisasi Makin Nyata Meski Hadapi Tantangan

Tony menjelaskan bahwa meski sempat terjadi insiden di salah satu fasilitas Smelter PTFI, hal tersebut tidak menyurutkan komitmen perusahaan untuk terus menjalankan agenda hilirisasi secara optimal. Dari total 12,56 ton lumpur anoda yang diproses oleh mitra mereka, PT Smelting, berhasil dihasilkan sekitar 189 kilogram emas batangan.

Dari jumlah tersebut, 125 kilogram telah memenuhi standar fine gold 99,99 persen, dan langsung dikirim ke Antam, sementara 64 kilogram sisanya akan menjalani proses casting ulang untuk mencapai kualitas serupa.

“Sebagai perusahaan yang memiliki pengolahan dan pemurnian terintegrasi dalam negeri mulai hulu hingga hilir, PTFI telah mewujudkan hilirisasi tembaga dan saat ini hilirisasi emas. Dalam waktu dekat akan menyusul hilirisasi perak,” ujar Tony menambahkan.

Antam Siap Perkuat Distribusi Logam Mulia Nasional

Pengiriman emas ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama antara PTFI dan Antam yang diteken pada November 2024. Dalam kesepakatan itu, Antam akan membeli emas batangan dari PTFI sebanyak 30 ton per tahun dengan tingkat kemurnian emas mencapai 99,99 persen.

Perjanjian jual beli emas antara kedua entitas ini ditandatangani secara simbolik dan disaksikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir serta Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung.

Direktur Utama PT Antam, Nico Kanter, menyambut baik kemitraan strategis ini dan menyebutnya sebagai salah satu bentuk nyata dari sinergi BUMN dan swasta nasional dalam memperkuat industri pengolahan mineral di Indonesia.

“Sinergi antara PTFI dengan Antam merupakan langkah penting dalam mewujudkan kemandirian Indonesia di sektor pertambangan. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mendorong penggunaan produk dalam negeri,” ujar Nico Kanter.

Ia juga menyampaikan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap emas batangan sebagai bentuk investasi dan tabungan jangka panjang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan tambahan pasokan dari Freeport, Antam akan semakin siap untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun internasional.

“Kerja sama ini sejalan dengan strategi Antam dalam memperkuat bisnis emas logam mulia. Dengan pasokan bahan baku emas dari PTFI, kami dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memperluas jangkauan distribusi produk emas nasional,” lanjut Nico.

Mendorong Indonesia Emas 2045 Lewat Hilirisasi

Langkah PTFI dalam melakukan pengolahan dan pengiriman emas secara mandiri dari dalam negeri merupakan bagian dari strategi besar Indonesia Emas 2045—sebuah visi pembangunan jangka panjang yang salah satu pilarnya adalah optimalisasi sumber daya alam melalui industrialisasi.

Smelter PTFI yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada awal tahun 2024 lalu. Fasilitas ini merupakan bagian dari infrastruktur strategis nasional yang diharapkan dapat mengolah produk tambang mentah menjadi produk jadi dengan nilai tambah tinggi, khususnya emas, tembaga, dan perak.

Dengan kapasitas pemurnian mencapai 50 ton emas per tahun, serta 200 ton perak, dan potensi produksi logam mulia lainnya seperti platinum dan paladium, PTFI menargetkan menjadi pemain utama dalam industri pengolahan logam mulia secara nasional maupun regional.

Langkah ke depan, menurut Tony, adalah pengembangan hilirisasi perak, yang menjadi target berikutnya setelah tembaga dan emas. Hal ini akan semakin melengkapi posisi PTFI sebagai perusahaan tambang dengan rantai pengolahan mineral terintegrasi di Indonesia.

Menopang Kemandirian Industri dan Investasi Berkelanjutan

Sinergi antara PTFI dan Antam juga diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi investor global, terutama di sektor pengolahan mineral dan logam mulia. Kemampuan Indonesia dalam mengolah sendiri hasil tambangnya akan menjadi bukti bahwa negara ini mampu bertransformasi dari pengekspor bahan mentah menjadi produsen barang jadi bernilai tinggi.

Dengan dukungan pemerintah, BUMN, dan sektor swasta nasional, model kerja sama seperti PTFI dan Antam ini dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan industri sejenis lainnya—baik di sektor nikel, bauksit, timah, maupun logam tanah jarang (rare earth).

Pengiriman perdana emas batangan dari PT Freeport Indonesia ke PT Antam menandai babak baru dalam era hilirisasi mineral nasional. Sinergi ini bukan hanya memperkuat daya saing industri pertambangan dalam negeri, tapi juga membawa Indonesia lebih dekat pada kemandirian ekonomi dan pencapaian target besar Indonesia Emas 2045.

“Kami percaya, kolaborasi ini akan terus berkembang dan membawa manfaat besar bagi bangsa,” tutup Tony Wenas.

Terkini