JAKARTA - Kondisi inflasi di Kota Malang pada Mei 2025 menunjukkan tren stabil, namun belum sepenuhnya aman. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang mencatat realisasi inflasi sebesar 1,36 persen secara Year on Year (YoY), lebih rendah dari target inflasi nasional yang dipatok antara 1,5 hingga 3,5 persen. Meski demikian, angka inflasi yang rendah ini memunculkan perhatian tersendiri terkait potensi deflasi yang dapat berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat.
“Kami terus bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” ujar Kepala KPw BI Malang, Febrina, dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu, 12 Juni 2025. Ia menegaskan bahwa penguatan program 4K menjadi salah satu strategi utama dalam menjaga kestabilan harga sekaligus memastikan daya beli tetap terjaga. Program 4K terdiri dari keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Febrina menjelaskan, program-program ini dijalankan secara intensif bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang yang rutin menggelar forum High Level Meeting (HLM). Melalui koordinasi ini, BI dan pemangku kepentingan daerah berupaya mengantisipasi gejolak harga bahan pokok sekaligus menjaga arus distribusi agar tetap lancar.
Meski inflasi secara YoY masih terkendali, Kota Malang mencatat deflasi sebesar 0,21 persen secara month to month (mtm) pada Mei 2025. Sebelumnya, pada April, inflasi tercatat masih sebesar 1,07 persen mtm. Menurut Febrina, deflasi ini terutama disebabkan oleh turunnya harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan kontribusi minus 0,24 persen terhadap deflasi.
“Kami terus memantau harga bahan pokok terutama di musim panen cabai dan tomat,” tambah Febrina.
Lima Komoditas Penyumbang Deflasi
Lima komoditas utama yang menyumbang deflasi di Kota Malang pada Mei adalah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan emas perhiasan. Dari kelima komoditas tersebut, cabai rawit menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan kontribusi 0,17 persen secara mtm.
Penurunan harga komoditas pangan ini, meskipun menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, harus diwaspadai karena dapat memengaruhi pendapatan petani dan pelaku usaha di sektor pertanian. Oleh karena itu, koordinasi antar lembaga dan sinergi dengan pemerintah daerah sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara harga yang stabil dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Febrina menekankan, “Stabilitas harga memang penting. Tapi menjaga agar daya beli masyarakat tidak melemah juga jadi prioritas.”
Menjaga Daya Beli di Tengah Tekanan Inflasi
Kepala KPw BI Malang juga menegaskan bahwa menjaga daya beli masyarakat adalah kunci utama dalam upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi daerah. Daya beli yang kuat akan mendorong konsumsi domestik, yang merupakan salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan oleh BI adalah pemantauan ketat terhadap harga bahan pokok serta penerapan kebijakan yang responsif untuk mengantisipasi fluktuasi harga yang terlalu tajam. BI juga terus mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengelola keuangan pribadi dan menyesuaikan pola konsumsi sesuai kondisi ekonomi terkini.
“Kami juga melakukan edukasi dan komunikasi intensif kepada masyarakat agar memahami dinamika harga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga,” terang Febrina.
Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah dan Stakeholder
Selain itu, BI Malang aktif menjalin kerjasama dengan berbagai instansi terkait, seperti Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, dan pelaku usaha pasar tradisional untuk memastikan distribusi barang kebutuhan pokok berjalan lancar dan tidak terjadi kelangkaan.
Dalam forum High Level Meeting TPID, berbagai langkah strategis dibahas, mulai dari pengaturan stok hingga penyesuaian pasokan berdasarkan musim panen. Pendekatan terpadu ini diyakini efektif dalam mengantisipasi lonjakan harga yang dapat membebani masyarakat.
Febrina menambahkan, “Sinergi ini menjadi fondasi utama untuk menjaga kestabilan harga sekaligus memastikan ketersediaan barang di pasar.”
Optimisme terhadap Inflasi 2025
Melihat data dan upaya yang telah dilakukan, BI Malang optimistis inflasi di Kota Malang dapat tetap terkendali sepanjang 2025. Namun, pihaknya tetap waspada terhadap potensi risiko deflasi yang bisa menurunkan daya beli, serta kenaikan harga mendadak yang berpotensi membebani masyarakat.
“Inflasi yang sehat berada dalam rentang yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan tekanan berarti bagi masyarakat,” kata Febrina.
Ia juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjaga stabilitas harga dengan tidak melakukan panic buying dan tetap mendukung upaya pemerintah serta BI dalam menjaga keseimbangan ekonomi daerah.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Malang terus memantau perkembangan inflasi di Kota Malang dengan cermat. Meski inflasi Mei 2025 menunjukkan angka yang lebih rendah dari target nasional, BI melihat hal ini sebagai tanda perlunya kehati-hatian agar tidak terjadi deflasi yang melemahkan daya beli masyarakat.
Melalui program 4K dan kolaborasi intensif bersama pemerintah daerah serta berbagai stakeholder, BI berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memastikan pasokan barang kebutuhan pokok tetap lancar. Kepala KPw BI Malang, Febrina, menegaskan bahwa menjaga daya beli masyarakat menjadi prioritas utama, karena hal ini berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Kota Malang.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan komunikasi efektif, Bank Indonesia KPw Malang optimis mampu menjaga inflasi tetap terkendali dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah di tengah tantangan global dan lokal yang terus berubah.