Bursa Asia Menguat, Optimisme Meningkat Usai Wall Street Rel

Jumat, 27 Juni 2025 | 10:49:34 WIB
Bursa Asia Menguat, Optimisme Meningkat Usai Wall Street Rel

JAKARTA — Mayoritas bursa saham di kawasan Asia Pasifik dibuka menguat pada Jumat, 27 Juni 2025, menyusul reli yang terjadi di Wall Street semalam. Penguatan ini mencerminkan meningkatnya optimisme investor setelah Gedung Putih Amerika Serikat memberikan sinyal positif mengenai kebijakan tarif dagang yang sempat menimbulkan kegelisahan pasar global.

Sentimen positif pasar Asia dipicu oleh pernyataan juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, yang menyebutkan bahwa tenggat waktu penerapan tarif pada 8 Juli mendatang—yang disebut sebagai “liberation day tariffs”bukanlah batas waktu mutlak. Ia menegaskan bahwa deadline tersebut masih berpotensi diperpanjang, sehingga meredakan kekhawatiran pelaku pasar terhadap ketegangan perdagangan antara AS dan negara mitra dagangnya, khususnya Uni Eropa.

“Batas waktu tersebut tidak krusial dan bisa saja diperpanjang. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan presiden,” ujar Leavitt.

Diketahui, 9 Juli merupakan batas waktu yang diberikan AS bagi Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan tertentu agar terhindar dari pemberlakuan tarif baru sebesar 50% pada sejumlah produk. Kepastian dari Gedung Putih ini menjadi katalis positif yang menumbuhkan optimisme investor di pasar saham global, termasuk Asia.

Pasar Jepang Memimpin Penguatan

Di Jepang, indeks Nikkei 225 dibuka menguat signifikan sebesar 1,07%. Kenaikan ini memperpanjang reli yang sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir, dengan Nikkei bahkan mencatatkan rekor tertinggi dalam lima bulan terakhir. Indeks Topix, yang mewakili saham-saham berkapitalisasi besar dan menengah di Bursa Efek Tokyo, juga menguat 1,05% pada pembukaan perdagangan.

Namun, di sisi lain, data inflasi menunjukkan perlambatan. Inflasi inti Tokyo—yang tidak memperhitungkan harga pangan segar dan bahan bakar—mencatat kenaikan 3,1% secara tahunan pada Juni 2025. Angka ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 3,6%, sekaligus lebih rendah dari proyeksi analis sebesar 3,3%. Perlambatan inflasi ini memicu spekulasi pasar bahwa Bank of Japan akan lebih berhati-hati dalam kebijakan moneter ke depan.

Korea Selatan dan Australia Bergerak Positif

Sementara itu, indeks Kospi dan Kosdaq di Korea Selatan bergerak relatif datar pada awal sesi perdagangan. Pergerakan mendatar ini mencerminkan sikap wait and see pelaku pasar di tengah sentimen global yang membaik, namun masih dibayangi kekhawatiran atas prospek ekonomi domestik dan nilai tukar won terhadap dolar AS.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga menguat 0,61% pada pembukaan perdagangan. Saham-saham di sektor pertambangan dan energi menjadi pendorong utama penguatan indeks ini, sejalan dengan kenaikan harga komoditas global.

Hong Kong Bergerak Lebih Tinggi

Pasar Hong Kong juga menunjukkan potensi penguatan. Kontrak berjangka indeks Hang Seng tercatat berada di level 24.348 pada Jumat pagi, sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya di 24.325,4. Pergerakan positif ini terjadi meskipun ketidakpastian terhadap kebijakan regulasi di Tiongkok masih menjadi perhatian investor.

Reli Wall Street Angkat Sentimen Global

Sebelumnya, reli di Wall Street pada perdagangan Kamis (26/6/2025) menjadi pendorong utama sentimen positif di bursa Asia. Indeks S&P 500 ditutup naik 0,8% ke level 6.141,02, mendekati rekor intraday tertinggi sepanjang masa di 6.147,43 yang tercatat pada akhir Februari lalu. Secara mingguan, S&P 500 sudah menguat 2,9%.

Indeks Nasdaq Composite juga mencatat kenaikan lebih besar, naik 0,97% ke posisi 20.167,91, hanya beberapa poin dari rekor tertinggi yang pernah dicapai. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melonjak 404,41 poin atau 0,94% ke level 43.386,84. Lonjakan di ketiga indeks utama AS ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS dan kebijakan moneter The Fed yang dinilai akan tetap akomodatif.

Optimisme Investor Menguat

Menurut analis senior di Tokyo Stock Exchange, Kenji Nakamura, sentimen positif dari Wall Street sangat memengaruhi pasar Asia. “Pasar Asia bergerak menguat karena kekhawatiran akan eskalasi tarif perdagangan AS mereda, setelah Gedung Putih memberi sinyal bahwa batas waktu tarif bisa diperpanjang. Ini memberikan ruang napas bagi investor untuk kembali masuk ke pasar saham,” ujar Nakamura dikutip CNBC.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar kini menantikan kepastian lebih lanjut dari pertemuan G7 mendatang, di mana isu perdagangan dan kebijakan tarif AS terhadap Uni Eropa diperkirakan akan menjadi salah satu agenda utama.

Fokus Pelaku Pasar: Data Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Selain perkembangan soal tarif perdagangan, pelaku pasar di Asia juga mencermati rilis data ekonomi penting yang dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan. Dari Amerika Serikat, laporan inflasi PCE yang akan dirilis akhir pekan ini menjadi perhatian karena dapat memengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. Di Jepang, Bank of Japan juga dijadwalkan menggelar pertemuan kebijakan moneter dalam dua minggu mendatang.

“Data inflasi dari AS dan Jepang akan sangat menentukan arah pasar saham global dalam jangka pendek,” kata ekonom Mitsubishi UFJ Financial Group, Ayaka Matsumoto, seperti dilansir Bloomberg. Ia menilai, jika inflasi kembali melandai, peluang bank sentral menahan suku bunga akan lebih besar, yang berarti kabar baik bagi pasar saham.

Terkini